Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati (Est. 4:16).
Kitab Ester adalah satu-satunya kitab dalam Alkitab yang tidak menyebutkan nama Allah (Elohim) atau YHWH (Adonai). Apakah dalam kitab Ester umat Israel di bawah pemerintahan raja Ahasyweros (Medi-Persi) tidak lagi mengenal nama Elohim atau YHWH? Apakah umat Israel telah berbalik dari imannya kepada YHWH? Di pihak lain apakah YHWH tidak lagi peduli dengan pergumulan dan penderitaan umat Israel? Karena itu umat Israel tidak lagi beribadah dan memanggil nama YHWH dalam realitas hidup sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk memahami latar-belakang kitab Ester.
Lebih jauh lagi mengapa umat Israel saat itu masih berada di wilayah kerajaan Ahasyweros? Narasi kitab Ester menunjukkan bahwa seluruh kisah yang dipaparkan tentang kehidupan umat Israel yang jauh dari tempat asalnya di Israel. Beberapa ahli Perjanjian Lama menyebutkan penulisan kitab Ester sekitar tahun 483-473 sM yang terjadi sesudah era pemerintahan raja Ahasyweros (Xerxes). Masa pemerintahan raja Ahasyweros (Xerxes) pada tahun 359-338 sM. Kitab Ester 1:1 menyatakan: “Pada zaman Ahasyweros–dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia.” Kita dapat melihat bahwa kerajaan Persia waktu itu menjadi kerajaan yang sangat berkuasa. Raja Ahasyweros menjadi penguasa dunia. Kemenangan demi kemenangan menyebabkan kerajaan Persia semakin besar dan berpengaruh. Di kitab Ester 1:3-10 mengisahkan bagaimana raja Ahasyweros mengadakan perjamuan besar-besaran untuk seluruh pembesar sampai rakyat kecil. Makanan dan minuman anggur yang berlimpah-limpah disediakan raja Ahasyweros selama 7 hari.
Untuk menunjukkan kebesarannya raja Ahasyweros menunjukkan seluruh kekayaannya. Ester 1:4 menyatakan: “Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh hari.” Lalu ia juga ingin memamerkan permaisurinya yaitu ratu Wasti yang terkenal kecantikannya. Tetapi ternyata ratu Wasti menolak permintaan raja Ahasyweros (Est. 1:12). Tindakan penolakan ratu Wasti tersebut menyebabkan para penasihat dan pembesar menyarankan agar kedudukan ratu Wasti sebagai permaisuri dicabut. Sebab penolakan ratu Wasti akan menyebabkan para perempuan di seluruh kerajaan Ahasyweros tidak tunduk dan hormat kepada suami mereka.
Kedudukan ratu Wasti yang tersingkir menyebabkan para biduanda raja mengusulkan agar raja Ahasyweros mencari seorang perempuan yang dapat menggantikan kedudukan ratu Wasti. Ester 2:3 menyatakan: “Hendaklah raja menempatkan kuasa-kuasa di segenap daerah kerajaannya, supaya mereka mengumpulkan semua gadis, anak-anak dara yang elok rupanya, di dalam benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan; hendaklah diberikan wangi-wangian kepada mereka.” Apabila kerajaan Ahasyweros mencakup 127 wilayah dari India sampai Etopia, maka kontes kecantikan untuk memperoleh kedudukan seorang ratu sangat luar biasa. Puluhan, ratusan atau ribuan perempuan cantik berlomba untuk merebut hati raja Ahasyweros. Dari seluruh kontestan kecantikan itu Hadassa atau Ester yang memenangkan. Identitas Hadassa atu Ester disebut: “Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya, sebab anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai” (Est. 2:7). Sebagai anak yatim-piatu Ester diasuh oleh Mordekhai, pamannya.
Hadassa atau Ester berhasil menjadi seorang ratu di kerajaan Persia karena kecantikannya yang sangat menonjol dan kepribadiannya berkenan di hadapan raja Ahasyweros. Tetapi satu hal yang penting disimak adalah identitas Ester sebagai orang Yahudi sengaja disembunyikan. Ester 2:10 menyatakan: “Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.” Kondisi ini menunjukkan bahwa kedudukan orang Yahudi terancam. Mereka harus menyembunyikan identitas dirinya khusus apabila menduduki suatu posisi. Orang-orang Yahudi yang hidup di kerajaan Persia waktu itu sesungguhnya adalah orang-orang yang dahulu ditangkap dan dibuang pada masa pemerintahan raja Nebukadnezar. Ester 2:6 menyatakan latar-belakang paman Ester yaitu Mordekhai, yaitu seorang: “yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel.”
Ester yang harus menyembunyikan identitas dirinya sebagai seorang Yahudi ternyata jalan hidupnya kelak akan berhadapan dengan tokoh Haman, seorang pembesar utama di kerajaan Ahasyweros yang anti-Yahudi. Peristiwa dimulai saat Haman sebagai seorang pembesar utama dia melihat bahwa satu-satunya orang yang tidak berlutut dan sujud di hadapannya adalah seorang yang bernama Mordekhai. Haman murka dengan sikap Mordekhai. Akhirnya Haman mengetahui latar-belakang Mordekhai sebagai seorang Yahudi. Ia tidak hanya ingin membunuh Mordekhai tetapi juga ingin memusnahkan seluruh orang Yahudi di wilayah kerajaan Ahasyweros (Est. 3:6). Haman mempengaruhi raja Ahasyweros agar mengeluarkan surat titah untuk membinasakan seluruh orang Yahudi di wilayah kerajaannya. Raja Ahasyweros menyetujui permintaan Haman dengan mengeluarkan surat titah pemusnahan bangsa Yahudi. Ester 3:13 menyatakan: “Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas–yakni bulan Adar–,dan supaya dirampas harta milik mereka.”
Haman adalah gambaran tokoh anti Yahudi sama seperti tokoh Hitler yang membunuh 6 juta orang Yahudi dalam perang dunia ke-2. Sampai saat ini kita juga menjumpai orang-orang yang anti-Yahudi. Mereka terus-menerus bersikap provokatif menyebarkan kebencian kepada umat Israel dalam berbagai bentuk dan cara. Bahkan beberapa kalangan orang Kristen juga bersikap anti-Yahudi. Kita menyesalkan bahwa tokoh sekaliber Martin Luther juga membuat tulisan-tulisan yang sifatnya rasistik dan menyebarkan kebencian kepada orang Yahudi. Sosok Martin Luther sebagai seorang reformator yang berjasa membawa umat untuk mengenal kebenaran Injil tetapi juga sekaligus seorang yang memanipulasi berita Injil dengan menyebarkan kebencian kepada umat Israel.
Haman disebut oleh Ester 3:10 sebagai keturunan Agag, yaitu: “Haman bin Hamedata, orang Agag.” Data ini mengingatkan kita dalam kasus di kitab 1 Samuel 15:8-9 yang mengisahkan bagaimana Saul melanggar perintah Allah yang memerintahkan untuk membunuh Agag orang Amalek. Sebaliknya Saul menyelamatkan Agag. Akibatnya Allah menyatakan penyesalannya telah mengangkat Saul sebagai raja (1Sam. 15:11). Ternyata keturunan raja Agag dalam diri Haman menjadi malapetaka bagi umat Israel. Namun rencana kejam dari Haman orang Agag tersebut terhalang oleh Mordekhai dan Ester yang adalah keturunan raja Saul. Sebab Mordekhai dan Ester berasal dari suku Benyamin.
Melalui tokoh Haman yang memiliki kuasa penuh dari raja Ahasyweros untuk membunuh seluruh orang Yahudi dan 2 tokoh Yahudi dalam diri Mordekhai dan Ester, kita diajak untuk melihat siapakah yang akan menjadi pemenangnya. Apakah Haman ataukah Ester? Ester sebagai pelaku utama yang menghadapi Haman. Sebagai seorang ratu, Ester berhadapan dengan Haman sebagai pembesar utama atau tangan kanan raja Ahasyweros yang memiliki otoritas untuk membasmi bangsanya.
Di tengah-tengah kondisi genting ini kita bertanya di manakah peran Allah? Apakah Allah yang tidak disebutkan nama-Nya adalah juga Allah yang absen dengan bencana yang akan dihadapi oleh umat Israel di seluruh wilayah kerajaan Persia? Apabila Allah absen, apakah keselamatan umat Israel ditentukan oleh kecantikan dan kecerdikan ratu Ester bersama dengan Mordekhai pamannya?
Ester seorang ratu yang diangkat resmi oleh raja Ahasyweros. Tentunya Ester memiliki pengaruh dan kuasa sebagai permaisuri raja Ahasyweros. Tetapi Ester terkendala oleh hukum yang berlaku di kerajaan Persia. Kitab Ester 4:14 mengungkapkan persoalan yang dihadapi oleh ratu Ester, yaitu: “Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.” Ester sebagai ratu juga tidak bisa mendatangi raja setiap waktu. Orang yang memaksakan datang menghadap raja dapat dihukum mati apabila raja tidak mengulurkan tongkat emas yang dipegangnya. Ester menghadapi situasi yang dilematis, apabila ia datang menghadap raja untuk memperjuangkan keselamatan bangsanya akan menghadapi kemungkinan hukuman mati, tetapi apabila ia tidak menghadap raja Ahasyweros sudah dipastikan bangsanya akan dimusnahkan. Dari kedua kemungkinan itu manakah yang harus ia pilih?
Dalam kebingungan itu Ester disadarkan akan ucapan Mordekhai pamannya, yaitu: “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu” (Est. 4:13-14). Mordekhai mengingatkan Ester bahwa walaupun ia berada di istana sebagai seorang ratu dan berdiam diri sebagai cara yang aman bukan berarti akan terluput dari bencana pemusnahan bangsa Yahudi. Namun di pihak lain Mordekhai mengingatkan bahwa walaupun seandainya Ester berdiam diri, ia yakin bahwa akan timbul pertolongan dan kelepasan dari pihak lain. Kata “hazzot rewah wehassalah yaamowd lay·yə·hū·ḏîm” (pertolongan dan kelepasan ini akan bangkit bagi orang Yahudi) merupakan ungkapan iman Mordekhai. Ternyata kitab Ester yang absen menyebut nama Allah tetap ada sesuatu yang istimewa. Situasi yang genting dan dilematis direspons dengan sikap iman.
Melalui sikap iman Mordekhai tersebut Ester memberi respons yang luar-biasa. Ester berkata: “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Est. 4:16). Iman Mordekhai direspons oleh Ester dengan sikap iman pula, yaitu agar seluruh orang Yahudi berpuasa mendoakan Ester, ia juga akan berpuasa dan setelah itu ia akan menghadap raja dan siap mati demi keputusannya.
Ester bukan hanya seorang perempuan yang cantik secara lahiriah. Tetapi juga ia seorang yang cantik batinnya. Ia mencintai bangsanya melebihi keselamatan dirinya. Kondisi genting disikapi Ester dengan panggilan berpuasa bagi seluruh orang Yahudi. Dalam ritual puasa seorang umat Israel merendahkan diri di hadapan Allah. Mereka berdoa mengakui kesalahan atau dosa-dosanya dan mohon belas-kasihan Allah. Melalui puasa pula mereka mohon pertolongan Allah agar menyelamatkan dari bahaya. Dengan berpuasa secara kolektif umat Israel yang sedang berada dalam situasi genting disadarkan bahwa kehidupan mereka semata-mata merupakan pemeliharaan YHWH. Apabila Allah absen, maka raja Ahasyweros akan menghukum Ester saat ia menghadap tanpa persetujuan. Kondisi itu akan berakibat seluruh rencana Haman untuk membasmi seluruh orang Yahudi akan terwujud.
Doa dan puasa seluruh orang Yahudi dijawab dalam kitab Ester 5:2, yaitu: “Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu.” Raja Ahasyweros berkenan menerima kedatangan ratu Ester walau bertentangan dengan hukum yang berlaku. Ia mengulurkan tongkat emas kepada Ester. Allah bekerja melalui suasana hati raja Ahasyweros. Kita tidak dapat membayangkan apabila saat itu raja Ahasyweros memiliki mood yang kurang baik, maka akibatnya fatal bagi Ester tetapi juga bagi umat Israel.
Ester bukan hanya sekadar mengharapkan raja Ahasyweros berkenan menerima kehadirannya, tetapi ia juga sudah menyiapkan permohonan. Di kitab Ester 5:8, Ester menyampaikan permohonan kepada raja Ahasyweros, yaitu: “Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja.” Ester mengundang raja Ahasyweros dan Haman untuk datang dalam perjamuan yang diadakannya. Ia mempersiapkan suatu langkah yang vital dan menentukan bagi keselamatan bangsanya. Melalui perjamuan yang diadakan, Ester bukan sekadar melakukan jamuan makan bagi raja Ahasyweros dan Haman. Tetapi melalui jamuan itu Ester hendak mengambil langkah yang menentukan bagaimana menghentikan Haman sebagai pelaku rasis yang membahayakan bangsanya. Tetapi juga bagaimana surat raja yang terlanjur ditetapkan untuk membinasakan seluruh orang Yahudi dapat dicabut secara resmi. Suatu upaya yang sangat sulit dan berisiko tinggi. Upaya ini hampir mustahil sebab Ester harus melawan kekuatan dan pengaruh Haman, tetapi juga mencabut surat raja yang terlanjur disebarkan di seluruh wilayah kerajaan Medi-Persi.
Ester bukan hanya seorang perempuan dengan klasifikasi cantik lahiriah, tetapi juga seorang yang cantik batinnya. Lebih daripada itu Ester seorang yang menempatkan masalah besar yang sedang dihadapinya dengan sikap iman. Ia menggerakkan bangasanya untuk berdoa dan berpuasa. Ia juga berpuasa agar Tuhan menolong setiap langkahnya. Kita mengetahui bahwa Ester ternyata seorang yang cerdik dan penuh hikmat. Dengan pertolongan YHWH, Ester dapat membuka hati dan pikiran raja Ahasyweros tentang akibat perbuatan Haman apabila memusnahkan bangsanya sesuai titah raja. Membunuh bangsa Yahudi sesuai surat raja juga akan berakibat pada kematian Ester. Membunuh orang Yahudi secara tidak langsung juga merencanakan membunuh dirinya sebab Ester adalah juga seorang Yahudi. Penjelasan ratu Ester menyadarkan raja Ahasyweros. Itu sebabnya raja Ahasyweros menghukum Haman dengan menggantung di tempat yang rencananya disiapkan Haman untuk membunuh Mordekhai. Allah yang tidak disebutkan nama-Nya ternyata tetap hadir dan berkarya aktif menyelamatkan umat Israel. Allah mengubah rencana jahat Haman yang akan menghukum gantung Mordekhai justru ia digantung di tiang gantungan yang ia siapkan.
Lebih daripada itu kitab Ester diakhiri dengan pernyataan: “Karena Mordekhai, orang Yahudi itu, menjadi orang kedua di bawah raja Ahasyweros, dan ia dihormati oleh orang Yahudi serta disukai oleh banyak sanak saudaranya, sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya dan berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya.” Mordekhai berubah posisi dari rakyat biasa kini menjadi seorang yang berkuasa sebab ia diangkat sebagai orang kedua di bawah raja Ahasyweros. Allah mengubah jalan hidup seseorang. Yang terkemuka menjadi yang terdahulu, dan yang terdahulu diubah menjadi yang terkemuka. YHWH adalah Allah yang berdaulat. Ia bukan Allah yang absen, tetapi tetap berkarya dengan cara-Nya yang ajaib dan tidak terduga. Itu sebabnya umat Israel merayakan peristiwa penyelamatan Allah melalui Ester dan Mordekhai dengan perayaan Purim. Kitab Ester 9:26 menyatakan: “Oleh sebab itulah hari-hari itu disebut Purim, menurut kata pur. Oleh sebab itu jugalah, yakni karena seluruh isi surat itu dan karena apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang dialami mereka.”
Hari raya Purim dirayakan setiap tahun. Kata “purim” berasal dari kata pur yang artinya undi. Jadi hari raya Purim merupakan perayaan undian atau situasi yang gambling, yaitu bisa mencelakakan atau menyelamatkan umat Israel dari rencana jahat Haman, tetapi Allah hadir dengan setia. Selama perayaan Purim umat Israel menyanyi dengan sukacita seraya makan yang khas yang disebut Hamantaschen, artinya kantong Haman. Mereka diingatkan akan rencana dan perbuatan jahat dari Haman sekaligus bagaimana pertolongan Allah melalui peran Mordekhai dan ratu Ester.
Empat kewajiban (mitzvot) selama masa perayaan Purim, yaitu:
- Mendengarkan pembacaan Kitab Ester di Synagoge pada doa petang dan pagi (k’riat megillah)
- Membagi makanan kepada orang sekitar (mishloach manot)
- Berderma kepada orang-orang miskin (matanot la’evyonim)
- Makan makanan yang menjadi ciri khas dari peryaan Purim (se`udah)
Refleksi:
Ester yang nama aslinya adalah Hadassa dikaruniai Allah kecantikan ragawi yang sangat menonjol. Tetapi sesungguhnya kecantikan Ester terletak dalam batinnya. Ia seorang perempuan yang mencintai bangsanya melebihi mencintai dirinya sendiri. Karena itu kedudukan dan pengaruh yang ia miliki sebagai seorang ratu penguasa dunia digunakan untuk kesejahteraan dan kelangsungan masa depan Israel umatnya. Kecantikan batin dinyatakan melalui spiritualitas Ester yang merendahkan diri dengan berpuasa di hadapan Tuhan. Ia menggerakkan bangsanya untuk menghadap Allah dengan berdoa dan berpuasa saat menghadapi permasalahan yang krusial.
Walau nama Allah sama sekali tidak disebutkan dalam kitab Ester, tetapi kita menjumpai sikap iman yang begitu kokoh dan campur-tangan Allah yang luar-biasa dalam kehidupan umat Israel diaspora. Kegigihan dan sikap iman Mordekhai yang menginspirasi Ester untuk bertindak secara tepat. Untuk itu Ester berdoa dan berpuasa agar memiliki momen dan hikmat saat menghadap raja Ahasyweros. Secara tersembunyi Allah bertindak menyelamatkan umat Israel. Tetapi momen dan proses yang terjalin begitu tidak terduga. Haman yang merencanakan dengan matang bagaimana membinasakan seluruh orang Yahudi berubah menjadi sosok yang mengalami kematian di tiang gantungan yang semula ia sediakan untuk membunuh Mordekhai. Sosok Ester yang lahir sebagai anak yatim-piatu menjadi seorang ratu yang berkuasa di kerajaan Medi-Persi. Mordekhai pamannya yang semula tidak terpandang berubah status menjadi seorang yang berkuasa setelah raja Ahasyweros. Allah yang tersembunyi tidak menyembunyikan kuasa dan kedaulatan-Nya atas seluruh kehidupan umat percaya.
Pesan kitab Ester sangat jelas bahwa sekalipun umat berada dalam situasi bahaya dan tidak ada pertolongan sama sekali, Allah tetap setia dan berkarya. Situasi yang paling genting dan mematikan tetap berada dalam kendali-Nya. Karya Allah akan menjadi nyata apabila dalam menghadapi setiap kesulitan dan marabahaya umat tetap memiliki iman. Karena itu apakah kita tetap memiliki iman seperti Mordekhai dan Ester saat kematian dan kuasa maut berada di depan mata?
Sumber ilustrasi: https://www.baamboozle.com/game/679479
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono