Natal keluarga adalah momen yang indah di mana seluruh anggota dan kerabat keluarga dapat berkumpul dari berbagai tempat. Momen melaksanakan ibadah Natal keluarga dapat mempererat, mengakrabkan, dan memperdalam kualitas relasi di dalam kasih. Liturgi Natal Keluarga ini dibuat untuk memfasilitasi ibadah yang memberi kesempatan setiap anggota keluarga berpartisipasi secara aktif.
Usulan waktu: 25-27 Desember 2025
Tema:
“Di Tengah Kerapuhan, Allah Datang”
Persiapan:
Ibadah Natal untuk keluarga dihadiri oleh anggota keluarga yang ada. Untuk itu disiapkan Lilin Besar dan Salib di tengah meja, apabila memungkinkan bisa ditambah dengan hiasan bunga.
Saat Hening
Votum (Ayah): “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi.”
Salam (Ayah): “Kasih-karunia Tuhan menyertai setiap kita. Tuhan beserta kita.”
Respons: “Tuhan juga beserta kita.” (Ibu dan anak-anak)
Kata Pembuka (Ibu)
Natal sering kita rayakan dengan cahaya, lagu, dan sukacita. Namun di balik semua itu, Natal sesungguhnya berbicara tentang sesuatu yang jauh lebih dalam, yaitu bagaimana Allah berkenan menjumpai manusia yang rapuh dan dibelenggu ketakutan. Di tengah dunia yang terus berubah, penuh kecanggihan tetapi juga sarat kecemasan, firman Natal kembali bergema dengan lembut namun tegas: “Jangan takut.” Dari sanalah kita diajak merenungkan bukan hanya kelahiran Kristus di masa lampau, melainkan kehadiran-Nya yang nyata dan meneguhkan hidup kita hari ini.
Nyanyian (Semua): KJ 94 – Hai Dunia, Gembiralah
1. Hai dunia, gembiralah dan sambut Rajamu!
Dihatimu terimalah! Bersama bersyukur,
Bersama bersyukur, Bersama sama bersyukur!
2. Hai dunia, elukanlah Rajamu, Penebus!
Hai bumi, laut, gunung lembah, bersoraklah terus,
Bersoraklah terus, bersorak-soraklah terus!
3. Janganlah dosa menetap di ladang dunia,
Sejahtera penuh berkat berlimpah s’lamanya,
Berlimpah s’lamanya, berlimpah-limpah s’lamanya.
Doa Pengakuan Dosa (Ibu dan dapat bergantian dengan anggota keluarga yang lain)
Tuhan Allah yang Mahakasih,
di hadapan-Mu kami dan keluarga datang dengan hati yang terbuka.
Engkau hadir dalam Natal bukan untuk menghakimi,
melainkan untuk menyelamatkan dan memulihkan kami.
Namun kami mengaku, sering kali hati kami tertutup
dan hidup kami lebih dikuasai oleh ketakutan
daripada oleh sikap iman kepada kasih-Mu.
Kami mengaku, ya Tuhan,
bahwa meskipun Kristus telah lahir membawa keselamatan,
kami masih hidup seolah-olah Engkau jauh dan tidak peduli.
Kami lebih percaya pada kekuatan diri, teknologi,
dan keamanan yang dijanjikan oleh kuasa dunia,
daripada pada kehadiran-Mu yang setia berjalan bersama kami.
Ampunilah kami ketika kasih Kristus
tidak menjadi pusat hidup kami.
Kami mudah putus asa, cepat menyerah,
menyalahkan keadaan, melukai sesama,
bahkan merusak diri kami sendiri
karena kami membiarkan kuasa ketakutan
mengalahkan kuasa kasih-Mu.
Kami mengaku bahwa wajah kehidupan kami sering kusam dan rusak,
pikiran kami gelap oleh kecemasan,
dan hati kami miskin sukacita.
Kami melakukan tugas dan pelayanan
sebagai beban, bukan sebagai ungkapan kasih.
Kami lupa bahwa Engkau telah datang
agar kami memiliki pengharapan dan keselamatan.
Di malam Natal ini kami bersama keluarga berseru kepada-Mu,
perbaruilah kami dari dalam.
Pulihkan pikiran kami,
lembutkan hati kami,
dan biarlah damai sejahtera Kristus
memerintah dalam hidup kami.
Terimalah pengakuan dosa kami, ya Bapa,
di dalam kasih dan pengampunan
yang Engkau nyatakan melalui Yesus Kristus,
Sang Firman yang menjadi manusia.
Kami datang dengan rendah hati
dan berharap hanya kepada anugerah-Mu.
Di dalam nama Yesus Kristus,
Juruselamat dan Tuhan kami.
Amin.
Nyanyian Pengakuan Dosa (bersama): KJ 90 – Hai Kota Mungil Betlehem
1. Hai kota mungil Betlehem, betapa kau senyap;
bintang di langit cemerlang melihat kau lelap.
Namun di lorong g’lapmu bersinar T’rang baka:
Harapanmu dan doamu kini terkabullah.
2. Sebab bagimu lahir Mesias, Tuhanmu;
malaikatlah penjagaNya di malam yang teduh.
Hai bintang-bintang fajar, b’ritakan Kabar Baik:
Sejahtera di dunia! Segala puji naik!
3. Tenang di malam sunyi t’rang sorga berseri;
demikianlah karunia bagimu diberi.
DatangNya diam-diam di dunia bercela;
Hati terbuka dan lembut ‘kan dimasukiNya.
Doa Pembacaan Alkitab (Anak-anak yang bisa diucapkan secara bergantian)
Tuhan Allah sumber hidup dan terang,
di hadapan-Mu kami menenangkan diri.
Di tengah kesibukan, kegelisahan, dan kerapuhan hidup kami,
kami rindu mendengar suara-Mu
yang menyapa dan meneguhkan.
Kami percaya, ya Tuhan,
bahwa Firman-Mu bukan sekadar kata-kata,
melainkan berita dari sorga,
yang membawa pengharapan, keselamatan, dan damai sejahtera.
Seperti para gembala di Betlehem,
ajar kami membuka hati dengan sederhana
dan menerima pesan-Mu tanpa takut.
Bukalah telinga rohani kami
agar mampu mendengar Firman-Mu dengan jelas.
Terangilah pikiran kami
supaya kebenaran-Mu mengubah cara pandang kami.
Lembutkan hati kami,
agar Firman yang kami dengar,
tidak berhenti sebagai pengetahuan,
melainkan menjadi kehidupan.
Biarlah melalui pembacaan Alkitab ini
kami mengalami kehadiran Kristus yang hidup—
Firman yang menjadi manusia,
yang berjalan bersama kami
di tengah ketakutan, pergumulan, dan harapan kami.
Dan kiranya damai sejahtera Kristus
memerintah dalam hati kami,
memulihkan wajah kehidupan kami,
serta menumbuhkan sukacita
yang tidak dapat diambil oleh dunia.
Kami menyerahkan waktu pembacaan Firman ini
ke dalam tangan-Mu.
Berbicaralah, ya Tuhan,
sebab hamba-hamba-Mu siap mendengar.
Di dalam nama Yesus Kristus,
Tuhan dan Juruselamat kami.
Amin.
Pembacaan Alkitab (Anak): Lukas 2:8-14
Tema: “Di Tengah Kerapuhan, Allah Datang”
Renungan (Ayah)
Keunikan peristiwa Natal karena berita yang disampaikan datang langsung dari surga. Malaikat Tuhan tidak menyampaikannya kepada raja atau pembesar, melainkan kepada para gembala di Betlehem, orang-orang biasa yang sedang berjaga di malam hari. Pesan pertama yang mereka dengar sederhana namun mengguncang, “Jangan takut.”
Di tengah dunia yang dibelenggu ketakutan, Allah memulai peristiwa Natal dengan menenangkan hati manusia dan menghadirkan kesukaan besar bagi seluruh bangsa. Ini bukan sekadar informasi tentang kelahiran seorang bayi, tetapi kabar gembira tentang kehadiran Allah yang turun menyapa kerapuhan manusia. Kristus adalah Sang Imanuel, yaitu Allah yang bersama dan beserta kita.
Yesus Kristus memang lahir dua ribu tahun yang lalu, namun Natal tidak berhenti sebagai catatan sejarah. Pertanyaannya adalah apakah hari ini kita masih mengalami kehadiran Allah yang meneguhkan?
Dunia modern dengan segala kemajuan teknologinya ternyata tidak membuat manusia lebih kuat. Sebaliknya, seperti para gembala di zaman dahulu, manusia abad ke-21 tetap rapuh, lemah, dan terbatas dalam menghadapi goncangan hidup. Justru di titik kerapuhan inilah berita Natal tetap relevan dan abadi, yaitu Allah hadir, menyapa ketakutan kita, dan membawa keselamatan.
Seorang anak kecil pernah tersesat di sebuah pusat perbelanjaan yang besar dan ramai. Di sekelilingnya lampu terang, layar digital, dan suara orang berlalu-lalang, Semuanya tampak canggih dan megah. Namun semakin lama ia berdiri di sana, semakin besar rasa takutnya. Air mata mulai mengalir, jantungnya berdebar, dan teknologi di sekitarnya tidak mampu menenangkan hatinya. Hingga akhirnya sang ayah datang, memeluknya erat, dan berkata dengan lembut, “Jangan takut, Papa ada.” Seketika ketakutan itu mereda. Situasi di sekeliling tidak berubah, tetapi hati sang anak dipenuhi rasa aman karena kehadiran orang yang mengasihinya.
Demikianlah Natal. Allah tidak pertama-tama mengubah dunia agar bebas dari masalah, tetapi Ia datang sendiri ke dalam dunia yang rapuh. Di tengah ketakutan manusia, Allah hadir di dalam Yesus Kristus dan berkata, “Jangan takut.” Kehadiran-Nya itulah yang menenangkan, menyelamatkan, dan memulihkan. Natal bukan sekadar tentang perubahan keadaan, melainkan tentang kepastian bahwa kita tidak sendirian. Di dalam dan melalui Kristus, kita dapat mengalami kehadiran Allah yang memahami kerapuhan dan kelemahan insani kita sebagaimana firman Tuhan berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15).
Natal bukan sekadar berita, melainkan peristiwa nyata. Sang Firman menjadi manusia. Yang Ilahi merengkuh yang insani. Allah tidak berdiri jauh di surga, tetapi turun dan berjalan bersama manusia dalam menata kehidupan. Karena itulah Rasul Paulus dapat bersaksi dengan penuh keyakinan, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?” Tidak ada penderitaan, kehilangan, bahkan maut, yang lebih kuat daripada kasih-Nya.
Manusia boleh sakit, kehilangan, bahkan mati; tetapi ada satu hal yang tidak boleh hilang, yaitu kasih Kristus. Ketika kita membiarkan kuasa ketakutan dan kematian mengalahkan kasih Allah, hidup jatuh dalam keputusasaan dan kehilangan makna. Namun peristiwa Natal menegaskan sebaliknya, yaitu tersedia undangan kasih ilahi di dalam Yesus Kristus. Undangan kasih Allah itu jauh lebih kuat, lebih berkuasa, dan lebih dahsyat daripada seluruh kekuatan maut.
Di dalam peristiwa Natal tersedia pengharapan dan keselamatan. Dengan pengharapan dan keselamatan itulah umat percaya dimampukan melewati lorong-lorong gelap kehidupan. Dengan pengharapan iman itulah kehidupan umat percaya seperti bola pingpong yang justru melambung tinggi ketika dibanting. Tanpa keduanya, manusia menjadi rapuh dan mudah pecah seperti bola kaca.
Karena itu Injil adalah kabar gembira dari surga. Allah memulihkan wajah kehidupan yang telah rusak oleh dosa.
Pemulihan ini tidak terutama terjadi di luar diri kita, melainkan di dalam sebagai sebuah transformasi mental dan spiritual. Dari sanalah lahir cara pandang baru, sikap baru, dan sukacita yang sejati. Ketika kasih ilahi menggerakkan hidup, pekerjaan, pelayanan, dan tanggung jawab tidak lagi dijalani sebagai beban, melainkan sebagai panggilan yang bermakna.
Akhirnya, Natal menghadirkan damai sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Seperti yang dinasihatkan Rasul Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.”
Inilah anugerah Natal, yaitu Allah berkenan hadir di tengah kerapuhan manusia, ketakutan dipatahkan, kasih menang, dan hati kita dipenuhi damai serta syukur.
Refleksi:
Di tengah kerapuhan hidup kita—entah itu kerapuhan tubuh, ekonomi, hubungan, atau mental—Allah berkenan datang. Bukan dengan menghapus semua masalah seketika, tetapi dengan hadir di tengah-tengahnya, memeluk kita erat, dan berkata: “Jangan takut, Aku ada.” Inilah sumber kekuatan rohani yang memampukan kita tetap tegar dan tabah walau derita, tekanan dan kegagalan menerpa.
Saat Teduh
Doa Syafaat dilanjutkan dengan Doa Bapa Kami (Ibu)
- Doa untuk pertumbuhan dan pelayanan gereja-gereja agar iman-pengharapan-kkasih semakin nyata
- Doa untuk gereja-gereja yang sedang menderita dan tertindas di berbagai belahan dunia, dan wilayah di Indonesia.
- Doa untuk sesama yang sedang sakit, menderita karena kesaksian imannya, dan diskiriminasi.
- Doa untuk anggota keluarga umat percaya agar diberi hikmat dan kasih serta saling melayani.
Pengutusan
Ayah: “Pergilah dengan sukacita Natal.
Hiduplah sebagai keluarga
yang menghadirkan kasih dan damai Kristus.”
Nyanyian Pengutusan: KJ. 119:1-3 “Hai Dunia, Gembiralah
1. Hai dunia, gembiralah dan sambut Rajamu!
Dihatimu terimalah! Bersama bersyukur,
Bersama bersyukur, Bersama sama bersyukur!
2. Hai dunia, elukanlah Rajamu, Penebus!
Hai bumi, laut, gunung lembah, bersoraklah terus,
Bersoraklah terus, bersorak-soraklah terus!
3. Janganlah dosa menetap di ladang dunia,
Sejahtera penuh berkat berlimpah s’lamanya,
Berlimpah s’lamanya, berlimpah-limpah s’lamanya.
Doa Berkat (Ayah)
“Kasih-karunia dan damai-sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah Bapa, dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus menyertai kita sekalian.” Amin.
Respons: “Bapa Trima-kasih”
Bapa trima kasih
Bapa trima kasih
Bapa di dalam surga
Kubri trima kasih, amin
Disiapkan oleh:
Pdt. Em. Yohanes Bambang Mulyono
Yohanes BM Berteologi Yohanes BM Berteologi