Salah satu topik yang sering muncul dalam percakapan antara Kristen dan Muslim adalah tentang “Parakletos” yang dijanjikan Yesus dalam Injil Yohanes pasal 14-16. Pertanyaannya sederhana namun penting, yaitu siapa sebenarnya yang dimaksud Yesus ketika Ia berjanji akan mengutus “Penghibur” atau “Penolong”? Umat Kristen selama dua ribu tahun memahami janji ini sebagai kedatangan Roh Kudus. Namun sebagian pengajar Muslim mengklaim bahwa ini sebenarnya adalah nubuat tentang Nabi Muhammad. Untuk memahami mana yang benar, kita perlu memeriksa bukti-bukti yang ada: manuskrip-manuskrip kuno, bahasa asli Yunani, dan konteks cerita dalam Injil Yohanes itu sendiri.
Apabila kita melihat Yohanes 16:5-15 dengan cermat. Dalam ayat 5-6, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa Ia akan pergi. Bayangkan bagaimana perasaan mereka. Selama tiga tahun lebih mereka bersama Yesus, menyaksikan mujizat-mujizat-Nya, dan mendengar pengajaran-Nya. Lalu sekarang Ia akan meninggalkan mereka. Tetapi kemudian Yesus mengatakan sesuatu yang mengejutkan dalam ayat 7, yaitu “Lebih berguna bagi kamu, kalau Aku pergi; sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepada kamu.” Bagaimana bisa kepergian Yesus justru akan menjadi lebih baik? Yesus sedang menjelaskan bahwa akan ada fase baru dalam cara Allah hadir. Kehadiran Kristus bukan lagi terbatas dalam tubuh fisik di satu tempat, tetapi melalui Roh yang bisa hadir di dalam hati setiap orang percaya di mana pun mereka berada.
Dalam ayat 8-11, Yesus menjelaskan apa yang akan dilakukan Roh ini. Roh akan “menyatakan dosa, kebenaran, dan penghakiman.” Artinya, Roh akan membuat manusia sadar bahwa mereka telah berdosa terhadap Allah; Roh akan membuktikan bahwa Yesus benar dan telah bangkit; dan Roh akan menunjukkan bahwa iblis sudah dikalahkan. Ini semua adalah pekerjaan yang terjadi di dalam hati manusia, bukan sekadar membawa kitab suci baru atau aturan-aturan baru. Ayat 12-13 sangat penting, yaitu bahwa Roh “akan memimpin kamu ke seluruh kebenaran.” Tetapi Roh yang dimaksud “tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri.” Ini menunjukkan bahwa Roh bukan pembawa pesan independen yang terpisah dari Yesus. Sebaliknya, Roh menyampaikan apa yang berasal dari Bapa dan Anak. Penyataan Allah senantiasa bersifat Trinitarian yang bekerja dalam kesatuan sempurna antara Bapa-Anak-Roh Kudus. Kemudian dalam ayat 14-15, Yesus menegaskan bahwa Roh “akan memuliakan Aku.” Jelas sekali, fokus utama pekerjaan Roh adalah mengarahkan perhatian kembali kepada Yesus, bukan memulai sesuatu yang baru dan berbeda.
Kata Yunani παράκλητος (parakletos) terdiri dari dua bagian, yaitu παρά (para, “di samping”) dan καλέω (kaleo, “memanggil”). Jadi artinya adalah “seseorang yang dipanggil untuk berdiri di samping kita” atau menunjuk pada seorang penolong, pendamping, dan pembela. Dalam dunia Yunani-Romawi, parakletos sering digunakan untuk pembela hukum di pengadilan, yaitu orang yang berdiri di samping terdakwa untuk membela dan memberi nasihat. Kata ini juga dipakai untuk penghibur dan penolong dalam arti yang lebih luas. Yang penting untuk dicatat bahwa dalam Injil Yohanes, kata “Parakletos” ini langsung dan berulang kali dikaitkan dengan “Roh.” Lihat Yohanes 14:26 yang menyatakan “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus…” dan Yohanes 15:26: “Penghibur… yaitu Roh Kebenaran.” Teks sendiri sudah memberi penjelasan eksplisit tentang siapa Parakletos itu.
Ada beberapa alasan mengapa kehadiran Roh sebenarnya lebih menguntungkan daripada kehadiran fisik Yesus. Pertama, jangkauan yang universal. Ketika Yesus ada dalam tubuh fisik, Ia hanya bisa berada di satu tempat pada satu waktu. Tetapi Roh Kudus bisa tinggal di dalam hati jutaan orang percaya secara bersamaan, di seluruh dunia, di setiap generasi. Kedua, pembimbingan yang berkelanjutan. Roh terus membimbing orang percaya ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran. Karya Roh Kudus bukan dengan membawa ajaran baru yang bertentangan dengan Yesus, tetapi dengan menerangi dan mengaktualisasikan apa yang telah Yesus ajarkan. Ketiga, pembelaan di tengah tantangan. Roh berperan sebagai Advokat (pembela) ketika komunitas Kristen menghadapi penganiayaan dan kesalahpahaman dari dunia. Keempat, kesatuan Trinitarian. Dalam rencana Allah, Bapa mengutus Anak, Anak mengutus Roh. Semuanya bekerja dalam kesatuan sempurna untuk menyelamatkan dan menguduskan umat-Nya.
Namun di tengah pemahaman ini, muncul klaim alternatif dari sebagian pengajar Muslim. Mereka berargumen bahwa kata asli dalam Injil Yohanes bukan “Parakletos” tetapi “Periklutos” (περικλυτός), yang berarti “yang sangat terpuji” atau “yang termashyur.” Kata ini, menurut mereka, padanannya dalam bahasa Arab adalah “Ahmad” atau “Muhammad.” Keduanya berarti “yang terpuji.” Dari sana mereka menyimpulkan bahwa Yohanes 14-16 sebenarnya adalah nubuat tentang Nabi Muhammad, dan teks Yunani telah diubah dari Periklutos menjadi Parakletos untuk menyembunyikan nubuat ini. Mereka menghubungkan ini dengan Quran Surah 61:6 yang menyebutkan Isa bernubuat akan datang “Ahmad.” Klaim ini sudah beredar dalam sebagian literatur Muslim sejak abad pertengahan, meskipun tidak muncul dari generasi Muslim paling awal.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah klaim ini didukung oleh bukti? Inilah fakta yang tidak bisa dibantah. Ternyata tidak ada satupun manuskrip Yunani yang membaca “Periklutos.” Semua manuskrip mulai dari abad kedua sampai abad pertengahan tanpa kecuali konsisten mencatat kata “Parakletos.” Kita berbicara tentang ribuan manuskrip di sini, dari berbagai wilayah geografis dan berbagai tradisi penyalinan. Semuanya konsisten. Kitab-kitab rujukan modern seperti apparatus kritik United Bible Societies dan commentary dari Bruce Metzger yang mencatat dengan teliti setiap varian tekstual sekecil apa pun tidak pernah mencatat adanya istilah “Periklutos.” Lebih jauh lagi, jika memang ada perubahan besar seperti yang diklaim, kita pasti akan menemukan jejak dalam tradisi-tradisi lain.
Terjemahan-terjemahan kuno dalam bahasa Suryani, Koptik, Latin, Armenia yang semuanya dibuat secara independen dari manuskrip Yunani yang berbeda-beda tetap menggunakan kata parakletos. Tidak ada satupun yang menunjukkan bacaan “Periklutos.” Kutipan-kutipan Bapa Gereja dari abad 2-5 yang menulis dalam berbagai bahasa (Yunani, Latin, Suryani) juga tidak ada yang mengutip atau menyebutkan bacaan “Periklutos.” Ini bukan masalah interpretasi atau teologi. Ini adalah fakta objektif: bukti manuskrip secara universal mendukung “Parakletos,” bukan “Periklutos.”
Dari segi bahasa pun, klaim ini menghadapi masalah serius. Parakletos (παράκλητος) dan Periklutos (περικλυτός) adalah dua kata yang sangat berbeda dalam bahasa Yunani. Kedua kata tersebut bukan hanya berbeda makna, tetapi berbeda huruf, bunyi, dan struktur. Dalam ilmu kritik teks, perubahan sebesar ini yang melibatkan perubahan kata fundamental hampir selalu meninggalkan jejak. Akan ada manuskrip yang mencatat varian, akan ada perdebatan di antara penyalin, akan ada catatan marjinal. Tetapi tidak ada apa-apa. Ketiadaan total jejak ini menunjukkan bahwa perubahan seperti itu tidak pernah terjadi.
Namun bukti yang paling menentukan mungkin adalah konteks dalam Injil Yohanes itu sendiri. Mari kita cermati, apakah makna “Periklutos” (yang terpuji) cocok dengan fungsi-fungsi yang digambarkan dalam teks? Yohanes 14:17 berkata Roh ini “akan diam di dalam kamu.” Bagaimana seorang nabi manusia yang hidup di Arab pada abad ke-7 bisa “diam di dalam” para murid yang hidup di abad pertama? Yohanes 14:26 berkata bahwa Parakletos “akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan.”
Bagaimana mungkin seorang nabi yang lahir 600 tahun kemudian bisa mengingatkan para murid tentang apa yang baru saja mereka dengar dari Yesus? Lalu pernyataan Yesus dalam Yohanes 16:14 berkata bahwa Parakletos “akan memuliakan Aku” dan “tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri.” Apakah ini cocok dengan figur yang membawa wahyu baru dan kitab suci baru?
Teks sendiri memberikan identifikasi yang sangat eksplisit. Yohanes 14:26, yaitu “Penghibur, yaitu Roh Kudus…” Yohanes 15:26: “Penghibur… yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa.” Yohanes 16:13 menyatakan “Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu…” Makna “Parakletos” sebagai “penolong” dan “pembela” sangat pas dengan fungsi-fungsi yang digambarkan, yaitu menghibur, membimbing, mengingatkan, bersaksi. Tetapi makna “Periklutos” sebagai “yang terpuji” tidak menjelaskan fungsi-fungsi ini sama sekali. “Yang terpuji” adalah deskripsi karakter atau watak seorang individu, bukan deskripsi fungsi. Sedangkan konteks dari Yohanes 16 menuntut deskripsi fungsi, yaitu apa yang akan dilakukan oleh figur ini bagi para murid.
Para Bapa Gereja dari abad-abad paling awal, misalnya Irenaeus, Tertullian, Origenes, Athanasius, dan Agustinus; semua tanpa kecuali memahami Parakletos sebagai Roh Kudus. Tidak ada satupun tradisi Kristen awal dari manapun (Yunani, Latin, Suryani, Koptik) yang membaca “Periklutos” atau yang menafsirkan ayat-ayat ini sebagai nubuat tentang nabi masa depan. Ini sangat penting karena mereka adalah generasi yang paling dekat dengan teks asli, yang membaca dalam bahasa asli, yang memahami konteks historis dengan lebih baik daripada kita yang hidup 2000 tahun kemudian.
Jika buktinya begitu jelas, mengapa klaim Periklutos tetap populer dalam sebagian literatur Muslim? Ada beberapa alasan yang dapat kita pahami. Pertama, keinginan harmonisasi. Karena Quran menyebutkan dalam Surah 61:6 bahwa Isa bernubuat tentang kedatangan “Ahmad,” ada dorongan kuat untuk mencari jejak nubuat serupa dalam Injil. Ini adalah upaya yang dapat dipahami untuk menunjukkan konsistensi antara dua kitab suci. Kedua, pentingnya legitimasi historis. Dalam konteks dialog antaragama, kemampuan untuk menunjukkan bahwa Muhammad telah dinubuatkan dalam kitab-kitab sebelumnya menjadi argumen apologetik yang sangat kuat. Ketiga, keterbatasan akses terhadap studi manuskrip. Banyak argumen populer yang beredar tidak didasarkan pada pemeriksaan langsung terhadap manuskrip kuno atau metodologi kritik teks modern. Argumen-argumen ini diterima tanpa verifikasi kritis terhadap bukti yang mendasarinya. Perlu dicatat juga bahwa tidak semua sarjana Muslim mengadopsi argumen ini. Ada yang lebih berhati-hati dan mengakui bahwa bukti tekstual memang bermasalah, meskipun mereka tetap beriman kepada kenabian Muhammad berdasarkan kesaksian Quran.
Kisah Para Rasul memberikan gambaran jelas tentang bagaimana Gereja mula-mula memahami penggenapan janji Parakletos. Dalam Kisah Para Rasul 1:4-5, Yesus yang telah bangkit berkata, “Nantikanlah di sana akan janji Bapa… tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Dan dalam ayat 8 menyatakan “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.” Penggenapan ini terjadi pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), ketika Roh Kudus turun ke atas para murid yang berkumpul. Mereka dimampukan untuk berbicara dalam berbagai bahasa dan memberikan kesaksian yang berani tentang Kristus. Rasul Petrus secara eksplisit menghubungkan peristiwa ini dengan nubuat Yoel tentang pencurahan Roh. Ini menunjukkan bahwa Gereja mula-mula yaitu ara murid yang langsung mendengar janji Yesus memahami janji Parakletos sebagai sesuatu yang digenapi saat itu juga, bukan sebagai nubuat tentang nabi 600 tahun kemudian.
Dalam surat 1 Yohanes 2:1, Yesus sendiri disebut sebagai Parakletos menyatakan, “Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara (parakletos) pada Bapa, yaitu Yesus Kristus.” Jadi Yesus adalah Parakletos pertama yang menjadi Pengantara kita di surga. Lalu Roh Kudus adalah Parakletos kedua, yaitu Penghibur kita di bumi. Keduanya dari kategori yang sama, yaitu keduanya ilahi, dan keduanya penolong, keduanya pembela kita. Ketika Yesus berkata dalam Yohanes 14:16 tentang “Parakletos yang lain” (allon parakleton), kata “lain” (allos) dalam bahasa Yunani berarti “yang lain dari jenis yang sama” menunjuk bukan “yang lain dari jenis berbeda” (heteros). Ini menegaskan bahwa Parakletos yang akan datang adalah pribadi ilahi seperti Yesus, bukan manusia biasa.
Dari segi bukti manuskrip, semua manuskrip Yunani membaca “Parakletos” dan tidak ada satupun yang membaca “Periklutos.” Dari segi bahasa, Parakletos dan Periklutos adalah dua kata yang sangat berbeda, dan perubahan tanpa jejak sama sekali tidak masuk akal dalam ilmu kritik teks. Dari segi konteks, fungsi-fungsi yang digambarkan dalam teks hanya masuk akal jika Parakletos adalah Roh ilahi yang tinggal di dalam orang percaya, bukan nabi manusia yang akan datang berabad-abad kemudian. Dari segi sejarah, Gereja mula-mula secara konsisten memahami Parakletos sebagai Roh Kudus dan mengalami penggenapan janji ini pada hari Pentakosta. Klaim bahwa Periklutos adalah bacaan asli dan merujuk kepada Muhammad tidak didukung oleh bukti tekstual, linguistik, historis, atau kontekstual yang tersedia.
Dalam dialog antaragama yang sehat, kejujuran intelektual adalah pondasi yang tidak bisa ditawar. Umat Muslim dan Kristen dapat tidak setuju tentang banyak hal teologis, tetapi ketidaksepakaan itu harus didasarkan pada interpretasi terhadap data yang sama, bukan pada rekonstruksi data yang tidak didukung bukti. Umat Muslim tentu memiliki hak penuh untuk percaya bahwa Muhammad adalah nabi terakhir berdasarkan kesaksian Quran dan tradisi Islam. Itu adalah keputusan iman yang harus dihormati. Tetapi klaim spesifik bahwa hal ini dinubuatkan dalam Injil Yohanes melalui kata “Periklutos” tidak didukung oleh bukti yang ada. Mengakui hal ini bukan menghina atau meremehkan iman Muslim. Sebaliknya, ini adalah bentuk penghormatan sejati terhadap kebenaran objektif yang dapat kita periksa bersama.
Pemahaman Kristen tentang Parakletos sebagai Roh Kudus memiliki dukungan kuat dari semua lini bukti. Semua bukti ini lebih dari sekadar doktrin. Ini adalah realitas yang hidup. Roh Kudus yang dijanjikan Yesus adalah pribadi yang nyata dan aktif dalam kehidupan kita. Ia adalah Penghibur yang menguatkan kita di tengah penderitaan, Pembimbing yang menuntun kita dalam kebenaran Allah, Guru yang menerangi Firman ketika kita membaca dan merenungkannya, Saksi yang bersaksi dalam hati kita bahwa kita adalah anak-anak Allah, dan Pemberi kuasa yang memampukan kita untuk hidup kudus dan bersaksi tentang Kristus.
Ketika Yesus berkata “lebih berguna bagi kamu, kalau Aku pergi,” Ia tidak memberikan penghiburan kosong. Ia menyatakan kebenaran yang mendalam, yaitu kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita justru lebih besar kuasanya daripada kehadiran fisik Yesus di samping kita. Mengapa? Karena Yesus dalam tubuh fisik hanya bisa berada di satu tempat pada satu waktu. Tetapi Roh Kudus dapat tinggal di dalam setiap orang percaya secara simultan, apakah di Jakarta, di Papua, di Amerika, di Afrika, di Eropa dan di mana pun ada orang yang percaya kepada Kristus, di sana Roh Kudus hadir. Lebih penting lagi adalah bahwa Roh tidak pernah menarik perhatian kepada diri-Nya sendiri. Ia selalu mengarahkan kita kembali kepada Kristus. “Ia akan memuliakan Aku”.Misi utama Roh Kudus adalah memuliakan Kristus. Orang yang benar-benar dipenuhi Roh Kudus bukan orang yang terus-menerus berbicara tentang Roh Kudus, melainkan orang yang hidupnya memancarkan Kristus.
Inilah janji yang telah digenapi sejak hari Pentakosta dan yang terus digenapi dalam kehidupan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Inilah realitas yang kita alami hari ini. Sekaligus inilah dasar pengharapan kita untuk masa depan. Pada akhirnya, identitas Parakletos harus ditentukan oleh apa yang sebenarnya tertulis dalam teks, sehingga bukan oleh apa yang kita inginkan agar tertulis di sana. Jadi semua bukti, yaitu manuskrip, terjemahan kuno, kesaksian Gereja mula-mula, dan konteks internal semuanya secara konsisten menunjuk kepada satu kesimpulan, yaitu Parakletos adalah Roh Kudus, pribadi ketiga dari Trinitas, yang diutus untuk melanjutkan, memperluas, dan mengaktualisasikan karya Kristus di dalam hati orang percaya di sepanjang zaman.
Pdt. Em. Yohanes Bambang Mulyono
Yohanes BM Berteologi Yohanes BM Berteologi