Latest Article
Teknologi Abad 21 dan Iman Kristen

Teknologi Abad 21 dan Iman Kristen

Teknologi Abad 21 dan Iman Kristen

Pengantar

Sepanjang sejarah, teknologi telah menjadi kekuatan pendorong perubahan. Dari jenis teknologi yang mengandalkan tenaga manusia dan alam (air dan angin) berkembang menjadi teknologi televisi. Lalu berkembang lagi menjadi teknologi internet, bahkan kini sampai Artificial Intelligence atau Machine Learning.

Konstruksi masyarakat yang beradab tidak bisa lepas dari sejauh mana mampu menggunakan berbagai peralatan hasil teknologi abad 21 untuk mengangkat martabat dan harkat manusia. Kecanggihan hasil teknologi pada hakikatnya untuk menempatkan manusia sebagai mahluk yang luhur dan bermartabat. Bila semula untuk memenuhi berbagai kebutuhannya harus bersusah-payah dengan mengandalkan kemampuan fisiknya, kini dengan teknologi mesin dan peralatan untuk menggantikan tugas manusia. Kini pekerjaan manusia selain dipermudah, juga semakin efektif, akurat, tidak mengenal waktu, dan tidak dibatasi oleh ruang serta memiliki daya jangkau yang tak terbatas. Dengan demikian manusia mampu mengerjakan berbagai hal yang lebih berguna, kreatif, dan semakin manusiawi.

Semua hasil teknologi abad 21 tersebut merupakan rahmat yang patut kita syukuri, tetapi juga bisa menjadi kekuatan yang destruktif apabila manusia tidak menempatkan dalam konteks nilai-nilai. Semakin canggihnya teknologi yang berhasil dikembangkan dan dibuat oleh manusia, semakin urgen manusia mengembangkan dan mendasarkan kehidupannya berdasarkan nilai-nilai rohani (spiritualitas) yang otentik. Tetapi nilai-nilai rohani tidak lahir di ruang kosong. Nilai-nilai rohani seharusnya memiliki pijakan yang kokoh. Pijakan yang kokoh adalah iman yang dianugerahkan Allah di dalam penyataan dan penebusan Yesus Kristus. Karena Kristus adalah Kyrios (Tuhan) atas seluruh ciptaan. Dialah Kepala seluruh ciptaan. Segala sesuatu dijadikan oleh Kristus, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (Yoh. 1:3). Teknologi abad 21 dengan revolusi dan penerapannya perlu ditempatkan dalam kerangka karya keselamatan Allah, yaitu inkarnasi dan penebusan Kristus serta pencurahan Roh Kudus.

Kecanggihan Teknologi Abad 21

Pada masa kini praktisi medis mampu mendiagnosis penyakit lebih cepat dan lebih efisien. Kemampuan ini dapat terjadi karena manusia melalui penggunaan kecerdasan buatan mampu melakukan operasi secara efektif dengan bantuan robot. Tangan robot yang diciptakan dapat lebih fleksibel dengan kemampuan rotasi dan fleksibilitas yang lebih besar. Karena itu perangkat yang membantu meningkatkan kesehatan kita terus meningkat, misalnya prosesor audio MED-EL (bagian implan pendengaran yang dipakai secara eksternal) telah jauh dari model pertama 40 tahun yang lalu.  Sebab pada masa kini peralatan tersebut mampu bekerja tanpa kabel (nirkabel), telepon nirkabel dan koneksi TV dan desain ramping. Begitu kecilnya sampai isi dari sistem dalam peralatan tersebut hampir tidak terdeteksi sebab begitu kecil, bahkan lebih kecil dari rambut manusia.

Ponsel sebagai alat komunikasi yang mudah digunakan. Selain itu ponsel juga berperan sebagai komputer pribadi di mana kita sekarang dapat secara instan mengakses data dan layanan melalui sentuhan tombol. Kita dapat memesan belanja, sewa mobil, merencanakan perjalanan kita untuk bekerja dan memesan janji temu dokter, semuanya dari telepon genggam kita. Mesin dalam ponsel kita telah “diajarkan” untuk meniru manusia. Peralatan tersebut memiliki kemampuan melakukan tugas yang yang semula hanya bisa dilakukan oleh manusia yang terampil dan terlatih, misalnya mengendarai mobil. Di masa depan, mobil tanpa pengemudi akan memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-hari.

Hasil teknologi abad 21 kini mendominasi ruang hiburan. Televisi berdasarkan permintaan berarti seseorang tidak perlu lagi menunggu untuk menonton acara TV favoritnya. Peralatan hasil teknologi abad 21 telah dilengkapi dengan machine learning yang memampukan membuat rekomendasi berdasarkan kebiasaan menonton seseorang. Semuanya peralatan hasil teknologi abad 21 semakin dipersonalisasi, bersifat individual. Karena itu realitas virtual membenamkan pemirsa ke berbagai pemenuhan kebutuhan secara langsung.

Berbagai kecanggihan peralatan yang berhasil dibuat oleh teknologi abad 21 didukung oleh teknologi serat optic (fiber optic technology). Dengan teknologi serat optik, maka manusia berhasil mengubah infrasuktur dasar perangkat seperti televisi, telepon, dan Internet. Teknologi ini juga sangat bermanfaat untuk aplikasi seperti pencitraan medis dan inspeksi teknik mesin. Garis serat optik dibuat menggunakan kaca murni optikal yang setipis rambut manusia dan dapat mengirimkan data yang tidak rusak dalam jarak yang sangat jauh.

Teknologi abad 21 yang terjadi saat ini tidak terlepas dari Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri bukan sekadar perubahan dan pergantian peralatan yang berhasil dibuat manusia agar semakin efesien dan efektif, tetapi juga perubahan pola berpikir. Perubahan pola berpikir tersebut bersifat radikal dan menjadi titik-balik besar yang mengubah sikap manusia menghadapi dunia.

Proses Revolusi Industri

  1. Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0 dimulai oleh penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1776. Dengan penemuan mesin uap tersebut manusia tidak lagi menggunakan tenaga otot, tenaga air dan tenaga angin untuk memproduksi barang. Sebelum ditemukan mesin uap, manusia cuma mengandalkan tenaga ototnya, kuda, sapi, gajah untuk melakukan sesuatu yang berat. Selain itu dipakai tenaga air untuk menggerakkan kincir dan penggilingan, dan tenaga angin untuk menggerakkan kapal layar. Semuanya serba terbatas. Misalnya kapal layar yang hanya mengandalkan tenaga angin. Bagaimana seandainya tidak ada angin yang bertiup? Tetapi semua keterbatasan tersebut berubah drastis, saat mesin uap ditemukan. Kapal kini bisa terus berlayar selama 24 jam penuh. Kincir dan penggilingan bisa beroperasi penuh karena didorong oleh tenaga uap. Negara-negara yang mampu mengembangkan tenaga uap buatan James Watt menjadi penakluk sebab mampu menyerang secara efektif, barang dan jasa menjadi lebih mudah dibuat. Melalui revolusi mesin uap terjadi penghematan biaya dalam jumlah yang luar biasa, efisiensi transportasi, produksi semakin melimpah, lebih murah dan lebih mudah diperoleh. Tetapi efeknya tenaga manusia sebagai tenaga kerja dikurangi. Terjadi pengangguran besar-besaran. Karena itu agar terjadi pengangguran besar-besaran manusia harus mampu mengerjakan yang tidak dikerjakan oleh mesin uap.

  • Revolusi Industri 2.0

Dalam revolusi Industri 2.0 terjadi perubahan dari teknologi mesin uap menjadi teknologi listrik. Teknologi listrik tersebut mampu menggeser teknologi mesin uap, sebab dengan teknologi listrik mampu membuat suatu sistem bekerja lebih efektif. Dengan teknologi listrik proses produksi dapat dikembangkan melalui sistem ban berjalan (conveyor belt). Efektivitas ban berjalan yang digerakkan oleh listrik tersebut terlihat dalam proses pembuatan mobil. Perakitan mobil tidak lagi dibatasi oleh satu orang “tukang” yang menyelesaikan satu unit mobil dari awal sampai akhir. Tetapi selama dalam proses ban berjalan, mobil tersebut ditangani oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Selain hasil kualitas mobil lebih canggih juga mampu memproduksi dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan menggunakan teknologi mesin uap. Selain itu kecepatan untuk memproduksi dengan teknologi listrik menjadi lebih cepat dan harga lebih murah. Akibatnya kini mobil bisa dibeli oleh kalangan menengah, tidak lagi dibatasi oleh kelompok orang-orang yang sangat kaya. Efek yang lain adalah dengan kemudahan produksi mobil secara massal, maka orang-orang tidak lagi kesulitan untuk memperoleh rumah di daerah yang dahulu terpencil. Pengembangan perumahan dan perkotaan semakin meluas. Desain rumah membutuhkan garasi mobil. Muncul usaha jasa perbaikan mobil, penggantian oli, service kendaraan, jasa cuci mobil, dan sebagainya.

  • Revolusi Industri 3.0

Dengan masifnya penggunaan teknologi listrik, berkembang pula pemikiran manusia untuk menciptakan alat yang mampu berpikir secara otomatis. Karena itu muncul revolusi Industri 3.0 yang ditandai oleh teknologi computer dan robot. Setelah Perang Dunia II, ditemukan semi konduktor, lalu transistor dan Integrated Chip (IC) untuk membuat komputer semakin kecil dengan tenaga listrik yang semakin irit. Karena itu dengan ukuran yang semakin kecil, peralatan komputer dapat dipasang di mesin-mesin produksi. Mesin komputer yang kini semakin kecil tetapi semakin canggih dikembangkan menjadi robot pintar. Dengan robot pintar tersebut, manusia dapat mengoperasikan berbagai hal, bahkan hampir permasalahan manusia ini dengan teknologi robot. Dalam perubahan teknologi listrik menjadi teknologi robot-komputer terjadi perubahan dari data analog menjadi data digital. Misalnya dahulu merekam musik memakai kaset, lalu memakai CD. Tidak mengherankan jikalau Revolusi Industri 3.0 disebut Digital Revolution.

  • Revolusi Industri 4.0

Dengan kemampuan teknologi Digital Revolution, maka di Industri 4.0 manusia mampu mengembangkan model dan kecanggihan komputer semakin cerdas. Teknologi komputer dan robot kini dilengkapi dengan internet, sehingga mampu tersambung ke jaringan bersama dan ke semua hal. Karena itu dalam Revolusi Industri 4.0 disebut dengan Internet of Things. Dengan teknologi tersebut maka teknologi Digital fisik ini mampu menciptakan 1001 sensor baru untuk melakukan semua tugas yang deirogram tanpa mengenal waktu dan tempat. Kemampuan Digital fisik dengan internet tersebut tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat. Sebab dengan Digital fisik tersebut berhasil diciptakan sistem Cloud Computing, sehingga suatu perusahaan di suatu benua dapat mengolah data secara bersamaan di peruhasaan di benua lain. Selain itu dalam revolusi Industri 4.0 juga berhasil mengembangkan Machine Learning, yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar yang bisa “sadar” apabila melakukan kesalahan sehingga mampu mengoreksi secara otomatis. Itu sebabnya dalam revolusi Industri 4.0 manusia mampu mengembangkan Artificial Intelligent (AI) atau Machine Learning.

Rentang Waktu

Apabila kita mengamati rentang waktu Revolusi Industri dari Industri 1.0 sampai 4.0, maka kita dapat melihat bahwa Revolusi Industri 1.0-2.0 memerlukan waktu sekitar 1 abad (1765-1870). Revolusi Industri 2.0-3.0 juga membutuhkan waktu sekitar 1 abad (1870-1969). Revolusi Industri 3.0-4.0 hanya membutuhkan waktu sekitar 40 tahun (1969-2010). Lompatan waktu perubahan semakin cepat.

Percepatan revolusi Industri dapat terjadi karena terjadi perubahan paradigma terhadap realitas kehidupan yang dijalani, yaitu:

  1. Dengan akal-budi yang dikaruniakan Tuhan, manusia tidak pasif dengan keterbatasan yang ia miliki. Ia belajar dari keterbatasan dirinya sehingga berusaha melampaui dengan menciptakan peralatan yang mampu mengatasi, membantu dan melengkapi keterbatasan dirinya. Akal budi yang kreatif senantiasa berusaha membuat terobosan-terobosan yang sebelumnya belum pernah dipikirkan.
  • Sikap evaluatif untuk memperbaiki suatu situasi agar menjadi lebih baik. Untuk mencapai situasi yang lebih baik dan ideal mendorong manusia melakukan berbagai percobaan, pengamatan, studi, penemuan-penemuan yang kreatif dan lebih maju. Bila semula manusia hanya mengandalkan tenaga otot dan tenaga alam (air dan angin), dalam perkembangan selanjutnya manusia berhasil menciptakan teknologi dengan tenaga mesin uap, lalu dari mesin uap manusia mengembangkan teknologi listrik dan ban berjalan. Kemudian manusia berhasil mengembangkan teknologi komputer dan robot. Setelah itu mengembangkan bagaimana teknologi yang dapat mengendalikan segala hal dengan komputer melalui internet. Akhirnya kini manusia berhasil menciptakan teknologi Artificial Intelligent atau Machine Learning.
  • Perubahan paradigma yang membuka kecerdasan manusia sehingga berhasil menciptakan peralatan teknologi yang semakin cerdas dan mampu berpikir sendiri. Dalam perubahan perubahan paradigma manusia membutuhkan inspirasi yang mengilhami dia untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru. Mulai menemukan ide atau gagasan baru, eksperimen, penelitian, sampai akhirnya diwujudkan dalam suatu sistem atau pola yang menghasilkan suatu sistem dan teknologi yang mampu “berpikir” sendiri. Dengan demikian, manusia harus berani keluar zona nyaman dan pola berpikir lama.
  • Gagasan-gagasan yang semula dimulai dari seseorang menjadi gagasan yang dimatangkan, dikembangkan, dan dihasilkan oleh sekelompok orang. Semakin banyak orang yang terlibat dalam suatu penemuan, semakin mampu menghasilkan suatu penemuan yang inovatif dan revolusioner. Karena itu sekelompok orang (komunitas) akademik tersebut didorong  oleh passion-academic, visi-misi, pola kerja, jaringan kerja yang melibatkan multi disiplin ilmu untuk mengerjakan suatu hasil penemuan yang paling efektif pada konteks zamannya.
  • Penemuan dari suatu tahap membuka kemungkinan penemuan baru dan lebih maju dari tahap sebelumnya. Rangkaian penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam perjalanan sejarahnya saling meletakkan pondasi untuk membangun suatu sistem yang lebih akomodatif, efesien dan efektif sehingga menjadi jalinan yang progresif dan kreatif. 

Karakteristik Era Big-Data

Sebagai akibat revolusi Industri 4.0, sehingga saat ini disebut pula era Digital Revolution terjadi pertumbuhan data yang begitu masif. Karakteristik utama dari era Digital Revolution ini mengandung  4 prinsip, yaitu: velocity (kecepatan), volume (jumlah), variety (keberagaman), dan veracity (dapat dipercaya).

  1. Velocity

Arti dari velocity adalah ukuran seberapa cepat data masuk dan dihasilkan. Data kecepatan tinggi dihasilkan dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga membutuhkan teknik pemrosesan yang berbeda (didistribusikan). Contoh data yang dihasilkan dengan kecepatan tinggi adalah pesan Twitter atau posting Facebook. Sebab media sosial seperti Facebook harus menangani “tsunami” foto setiap hari. Semua gambar dari seluruh dunia diarsipkan, diproses, dan ditayangkan. Diperkirakan setiap hari 900 juta foto diunggah di Facebook, 500 juta tweet diunggah di Twitter, 0,4 juta jam video diunggah di Youtube dan 3,5 miliar pencarian dilakukan di Google. Ini seperti ledakan data nuklir. Big Data membantu perusahaan untuk menahan ledakan ini, menerima aliran data yang masuk dan pada saat yang sama memprosesnya dengan cepat sehingga tidak membuat kemacetan.

  • Volume

Arti dari volume menunjuk pada kapasitas yang mampu menyimpan data dalam jumlah yang tak terbilang. Diperkirakan dari 7 milyar jumlah penduduk manusia pada tahun 2020 akan memiliki 6 milyar handphone. Untuk itu memenuhi kebutuhan 6 milyar peralatan computer yang dimiliki manusia diperlukan kapasitas 43 trilyun gigabyte (= 40 zettabyte) agar dapat menampung semua data yang harus diolah. Bila kita hitung sejak tahun 2005, maka di tahun 2020 nanti akan mengalami kenaikan sebanyak 300 kali. Jadi arti dari volume mengacu pada jumlah data yang dihasilkan melalui situs web, portal, dan aplikasi online. Sebagai contoh pengguna Facebook memiliki: 2 miliar pengguna, pengguna Youtube: 1 miliar, pengguna Twitter: 350 juta, dan pengguna Instagram: 700 juta. Setiap hari, para pengguna ini berkontribusi mengirim, mendownload miliaran gambar, posting, video, tweet, dan sebagainya. Kini kita sekarang dapat membayangkan jumlah besar atau jumlah volume agar data dapat dihasilkan setiap menit dan setiap jam. Karena itu setiap hari membutuhkan kapasitas 2,3 trilyun gigabyte (= 2,5 quintillion byte). Diperkirakan pada tahun 2025 akan tercipta 163 trilyun gigabyte data. Jumlah tersebut berarti telah mendekati akumulasi semua data yang dihasilkan sepanjang sejarah umat manusia. Namun yang pasti kapasitas volume big data di masa mendatang pasti semakin fantastis dan tak terhingga.

  • Variety

Arti dari variety dalam Big-data adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan data yang masuk ke berbagai kategori. Di setiap media sosial dibanjiri oleh foto, video, data sensor, tweet, paket terinkripsi. Masing-masing berbeda satu sama lain dengan karakter, pola dan struktur yang berbeda-beda. Namun semua keragaman (variety) dalam jumlah jutaan itu data harus bisa diolah dan dipilah-pilah dengan tepat sesuai struktur dan karakternya. Bahkan dari tiap-tiap pola atau struktur itu masih dibagi-bagi dalam unit-unit yang paling kecil. Misalnya untuk pengiriman email. Data-data email tersebut dipilah-pilah menjadi alamat email pengirim, tujuan, petunjuk waktu, isi pesan, dan lampiran-lampirannya. Semua keragaman data itu membentuk vektor berbagai data besar.

  • Veracity

Arti dari veracity untuk menyatakan sistem yang diyakini mampu memastikan suatu kebenaran suatu data. Melalui sistem veracity diharapkan memperoleh data yang dapat dipercaya, akurat dan benar. Karena itu kemampuan mengolah data sehingga akurat merupakan prinsip yang utama. Veracity merupakan sistem yang dirancang untuk memastikan seberapa akurat data yang yang disajikan, yang meliputi sumber data, jenis, dan pengolahannya. Dengan sistem tersebut dapat menghapus hal-hal yang bias, kelainan atau ketidakkonsistenan, duplikasi, dan volatilitas (tingkat perubahan dan masa pakai data). Dalam konteks ini makna volatilitas menunjuk suatu kondisi data yang tidak stabil sebab dipengaruhi oleh respons para users. Misalnya data yang disajikan di media-sosial yang sering dipengaruhi oleh sentimen dan topik yang sedang tren. Misalnya, kita tidak akan mengunduh laporan suatu pabrik industri dari internet dan menggunakannya untuk mengambil tindakan. Data-data tentang pabrik industri tersebut belum tentu valid, sebab tidaklah mungkin suatu perusahaan membocorkan rahasianya kepada publik. Komentar atau tanggapan publik terhadap perusahaan tersebut belum valid untuk dipercaya. Kemungkinan yang akan kita tempuh adalah akan memvalidasi atau menggunakannya untuk melakukan riset/penelitian untuk membuktikan kebenarannya.

Apabila kita memperhatikan fenomena tersebut di atas, maka tidaklah mengherankan muncul suatu ungkapan bahwa the data is eating the world. Jumlah pengguna bukan hanya semakin bertambah. Lebih daripada itu bisa tercipta suatu ketergantungan psikologis terhadap peralatan komputer khususnya gadget (gawai). Ketergantungan tersebut terjadi karena manusia semakin menempatkan teknologi internet dengan gawai untuk menjawab semua bidang kehidupan. Peralatan teknologi dengan kecerdasan buatan itu dirancang untuk melayani berbagai kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Kecanggihan peralatan teknologi tersebut kini telah diwujudkan dalam kecerdasan buatan, sehingga berbagai kebutuhan manusia telah ditangani dengan lebih baik, berkualitas, cepat dan efisien serta efektif dibandingkan dengan era sebelumnya.

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis sistem, yaitu:

  1. Analitik: AI analitik hanya memiliki karakteristik yang konsisten dengan kecerdasan kognitif. Dengan kemampuan analitik tersebut, AI menghasilkan representasi kognitif atau pola pikir manusia. Sistem dalam Analitik menggunakan pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu untuk menginformasikan keputusan masa depan.
  2. Terinspirasi oleh manusia: AI yang diilhami manusia memiliki unsur-unsur dari kecerdasan kognitif dan emosional. Karena itu AI dirancang untuk mampu mengekspresikan emosi manusia, di samping elemen kognitif. Dalam konteks ini AI dirancang untuk mengambil pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
  3. Kecerdasan buatan manusiawi: AI yang dibuat semakin “manusiawi” sehingga mampu menunjukkan karakteristik semua jenis kompetensi yang semula dimiliki oleh manusia, misal: kecerdasan kognitif, emosional, dan sosial, mampu sadar diri dan sadar diri dalam interaksi.

Karya Allah dalam Revolusi Teknologi

Revolusi pemikiran dalam peradaban manusia bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara insani dan serba kebetulan belaka. Kehidupan ini merupakan rancangan Allah sehingga memiliki arah dan tujuan. Sebagaimana keberadaan manusia bukanlah hasil evolusi yang bergerak secara alamiah, tetapi intervensi Allah yang terus-menerus sehingga manusia memiliki kesadaran diri sebagai pribadi. Di Roma 8:28 firman Tuhan menyatakan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Firman Tuhan ini menyatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Ia adalah Tuhan yang menggerakkan, menginspirasi dan memakai orang-orang untuk melakukan berbagai penemuan selama Revolusi Industri 1.0 sampai 4.0. Bahkan ke depan Allah akan terus bekerja dengan kuasa-Nya untuk menghadirkan suatu dunia baru.

            Perubahan-perubahan radikal dalam revolusi teknologi bukanlah dilakukan oleh sejumlah massa manusia. Lebih tepat semua perubahan tersebut dimulai oleh orang-orang tertentu sebagai penemu (inventor). Misalnya: Teori Relativitas (Albert Einstein), Penemu telepon dan piringan hitam (Alexander Graham Bell), Penemu Lensa (Anthony van Leuwenhook), Penemu Lensa kacamata (Benyamin Franklin), Penemu Mesin Hitung (Blaise Pascal), Hukum Gravitasi (Isaac Newton), Mesin Uap (James Watt), Mesin Cetak (Johannes Gutenberg), Dinamo (Michael Faraday), dsb.

            Penemuan-penemuan mereka tersebut dikembangkan oleh penerusnya dengan teknologi yang semakin canggih, sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dunia. Allah berkarya melalui orang-orang tersebut dengan roh hikmat-Nya. Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga, Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya. Dengan Roh Kudus, Allah menggerakkan orang-orang untuk percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Pada saat yang sama Roh Kudus mengaruniakan kepada umat karunia-karunia roh.

Di Surat 1 Korintus 12:8-10, Roh Kudus memberikan 9 karunia roh, yaitu: 1). Berkata-kata dengan hikmat, 2). Berkata-kata dengan pengetahuan, 3). Karunia iman, 4). Karunia untuk menyembuhkan, 5). Mengadakan mukjizat, 6). Karunia untuk bernubuat, 7). Membedakan bermacam-macam roh, 8). Karunia bahasa roh, 9). Menafsirkan bahasa roh. Dari kesembilan karunia roh, Roh Kudus memberi 3 karunia yang inti, yaitu: hikmat (wisdom), pengetahuan (knowledge) dan iman (faith). Melalui Sembilan Karunia Roh tersebut umat dilengkapi dengan kuasa ilahi berbagai kompetensi untuk melakukan berbagai hal yang dibutuhkan untuk membangun kehidupan jemaat dan masyarakat. Dengan demikian para penemu (inventor) adalah orang-orang yang diberi tiga karunia roh tersebut.

Respons Etis Manusia

Seluruh revolusi teknologi dalam sejarah umat manusia adalah karya Allah di dalam Roh Kudus. Hakikat Roh Kudus adalah manifestasi dari Kuasa Allah (the power of God) yang secara khusus memberi penerangan, pencerahan, inspirasi, roh hikmat, roh pengetahuan, iman kepada Kristus, dan berbagai karunia Roh yang dibutuhkan. Karena itu di samping Roh Kudus memberi karunia-karunia roh (charismata tou pneuma), Roh Kudus juga mengaruniakan Buah Roh.

            Makna “Buah Roh” adalah karunia dan kuasa Roh Kudus yang memampukan umat untuk hidup menurut keinginan Roh, yaitu sesuai dengan karakter Kristus. Hasil dari “Buah Roh” adalah hidup yang sesuai dengan sifat atau karakter Kristus. Di Galatia 5:22-23 firman Tuhan menyatakan: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”

Kesembilan karakter Kristus tersebut menjadi prinsip dasar karakter umat percaya. Melalui sembilan karakter Kristus tersebut umat percaya menghayati bagaimana seluruh peran, tugas panggilan, makna tanggungjawab, dan identitas-dirinya. Disebut “Buah Roh” bersifat singular, berarti sembilan karakter Kristus tersebut merupakan satu-kesatuan yang utuh. Alkitab tidak menyebut “buah-buah Roh” untuk menunjuk bentuk yang plural/jamak. Dengan demikian umat percaya dalam menyikapi, mengelola, menempatkan dan mempraktikkan hasil-hasil teknologi abad 21 didasarkan pada sembilan karakter Kristus secara utuh, yaitu Buah Roh.

            Hasil-hasil teknologi abad 21 ditempatkan di bahwa kedaulatan Kristus, yaitu menyikapinya dengan karakter Buah Roh. Wujud respons iman terhadap perkembangan teknologi abad 21 adalah:

  1. Hasil-hasil teknologi abad 21 sekadar alat belaka, sehingga harus dikendalikan sepenuhnya oleh setiap insan sebagai manusia yang berkarakter. Karena itu hasil-hasil teknologi tidak boleh dijadikan penentu. Manusia yang harus menjadi master untuk mengendalikan seluruh peralatan untuk kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. Karakter yang mulia itulah yang melayakkan manusia sebagai master atas seluruh hasil ciptaan teknologi. Tanpa karakter yang mulia, manusia akan diperalat (diperbudak) oleh hasil ciptaannya sendiri.
  2. Efisien dan efektivitas kecanggihan teknologi tidak boleh membuat manusia bergantung penuh. Karena ketergantungan akan membuat manusia akan kehilangan kemampuan untuk berkembang secara wajar. Manusia harus senantiasa mengasah kecerdasan dan hikmat yang dikaruniakan Allah. Karena itu manusia harus selalu mengembangkan kreativitas dan kemampuan yang telah dianugerahkan Allah. Ketergantungan terhadap hasil-hasil teknologi akan menyebabkan manusia menjadi “bodoh” dengan alat yang cerdas. Smart phone with stupid man
  3. Dengan sembilah buah Roh umat tidak dikendalikan oleh perubahan-perubahan yang sedang terjadi, sebaliknya mengarahkan dan mengendalikan perubahan-perubahan yang terjadi untuk kesejahteraan, keselamatan, dan peningkatan kualitas serta harkat-martabat manusia. Umat seharusnya memiliki spiritualitas dan sikap iman dalam menghadapi perubahan-perubahan yang sedang terjadi. Karena itu umat mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang dapat menimbulkan goncangan budaya atau mental. Apabila umat secara personal dan komunal dapat mengantisipasi perubahan, mereka tidak akan sampai mengalami gagap-budaya.
  4. Umat melatih, mengembangkan dan membuat riset atau penelitian-penelitian sesuai bidang studi/minatnya sehingga menghasilkan karya-karya ilmiah yang kelak menjadi dasar penemuan besar bagi dunia. Waktu senggang yang semakin besar sebab segala sesuatu telah dipermudah oleh hasil-hasil teknologi dapat dipakai oleh umat untuk melakukan riset dan pengabdian yang nyata bagi masyarakat. Karena itu umat juga membutuhkan pelatihan dan pembinaan untuk mengelola waktu senggang agar dapat menghasilkan karya-karya yang produktif, kreatif dan berdaya-guna bagi sesamanya. Tanpa kemampuan mengelola waktu senggang umat akan mudah terjerumus oleh berbagai godaan yang ditawarkan melalui berbagai peralatan teknologi yang canggih. Godaan dengan teknologi abad 21 tersebut misalnya: game-online, pornografi, sex-online, judi-online, media-sosial LGBT, terorisme-radikalisme, dan berbagai perilaku yang menyimpang.
  5. Pemanfaatan hasil-hasil teknologi untuk pengembangan diri lebih optimal. Umat pada masa kini dapat belajar secara mandiri dan kreatif, misal: belajar bahasa asing, pelatihan skill dalam berbagai bidang (musik, tata-boga, pastry, ilmu merangkai bunga, fashion, berternak, dan sebagainya). Selain itu manusia juga bisa membuat akun yang sifatnya memberi kata-kata yang inspiratif, video dan youtube dengan kisah-kisah yang menggugah, tulisan-tulisan yang memberi pencerahan dan motivasi.
  6. Teknologi abad 21 pada prinsipnya telah berhasil menciptakan suatu sistem yang mampu mengerjakan semua pekerjaan atau aktivitas manusia. Dengan Artificial Intelligence (AI) manusia berhasil menciptakan robot yang semakin humanis dengan semua keahlian yang menakjubkan dan emosi yang dibutuhkan. Namun satu hal yang tidak akan berhasil dimiliki oleh robot yang dilengkapi dengan AI adalah spiritualitas dan karakter yang mulia. Keunggulan dan keunikan manusia di era abad 21 adalah spiritualitas dan karakternya yang berpusat pada hati (kasih, kebenaran dan keadilan, serta perdamaian). Karena itu kualitas hati seharusnya menjadi ukuran utama dari seluruh keberadaan manusia. Manusia hati yang disebut dengan homo-cordium harus menjadi ciri penentu kualitas manusia abad 21. Firman Tuhan berkata: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23).
  7. Seluruh penggunaan hasil teknologi adalah kemuliaan Allah dan mengangkat harkat-martabat manusia. Karena itu harus dicegah segala kemungkinan sesama diperalat oleh peralatan teknologi. Ungkapan head in clouds untuk menggambarkan seseorang yang tidak fokus pada suatu keadaan sebab terikat dengan gadget yang dipegang, sehingga kehilangan kepekaan dan kepeduliannya terhadap orang lain di sekitar. Hakikat kemanusiaan kita berpusat pada kasih yang berelasi dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan. Karena itu esensi kemanusiaan kita akan “hilang” saat seluruh pikiran dan perasaan kita dihisap habis oleh berbagai peralatan teknologi. Esensi kemanusiaan kita harus berakar pada relasi yang personal dengan Allah Sang Sumber Kehidupan. Karena itu tujuan utama panggilan hidup manusia adalah mempermuliakan Allah dengan mengasihi sesama dan menjaga alam lingkungan yang sudah Tuhan percayakan/mandatkan (Kej. 1:26).

Pola Pendidikan yang Mendukung

Pola pendidikan yang dimaksud bukan sekadar perubahan metode pembelajaran, tetapi juga spirit yang menjiwai seluruh proses belajar-mengajar anak didik dalam menghadapi teknologi abad 21. Spirit yang menjiwai seluruh proses belajar-mengajar dalam konteks ini membutuhkan perubahan paradigma, landasan filosofis yang tepat, implementasi nilai-nilai iman (spiritualitas), kemampuan merancang proses, kebijaksanaan dan kemampuan membangun relasi antara guru dengan siswa. Karena itu redefinisi kurikulum, penyiapan Sumber Daya Manusia yang andal (pengajar), pelatihan-pelatihan menggunakan teknologi, dan kematangan spiritualitas seorang pengajar menjadi kebutuhan yang mendesak.

Para pendidik di Perguruan Tinggi berbasis iman Kristen pada prinsipnya memiliki ukuran fundamental, yaitu: karunia-karunia Roh (1Kor. 12:8-10), dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) yang berpusat kepada Kristus-Trinitaris (Kristosentris-Trinitaris). Nilai-nilai kehidupan dan karya Kristus menjiwai seluruh proses belajar-mengajar, sehingga setiap siswa mampu mengalami perjumpaan dengan Kristus. Melalui pengalaman perjumpaan dengan Kristus, setiap siswa dapat mengalami pembaruan budi untuk semakin serupa dengan Kristus (imitatio Christi). Spiritualitas yang bertumbuh dalam imitatio Christi tersebut yang memampukan setiap orang mampu menjadi master yang mengendalikan seluruh perubahan dan perkembangan teknologi abad 21.

Ciri-ciri dan pola pendidikan menurut era/masa, yaitu:

Edukasi 1.0 Logis-deduktif (transfer knowledge), sehingga siswa hanya menerima ilmu secara pasif dari guru.
Edukasi 2.0 Observatif-induktif (knowledge rediscovery), sehingga siswa mampu menemukan ilmu (kokreasi) bersama guru.
Edukasi 3.0 Kreatif-inovatif (creation, discovery, invention) siswa menciptakan ilmu yang original dengan bimbingan guru.
Edukasi 4.0 Sociotechnopreneur (construction, deployment) yaitu siswa mampu membarui masyarakat dengan menerapkan ilmu yang telah ditemukan dan dipelajari. Mereka menjadi agen-agen perubahan.

            Kita sadar bahwa situasi pendidikan di Indonesia masih jauh dari kriteria Edukasi 4.0. Kita berada di tahap Edukasi 1.0, yaitu pola dan spirit pendidikan yang masih bersifat transfer knowledge, sehingga para siswa hanya menerima pasif dari guru. Kebanyakan institusi pendidikan belum mencapai Edukasi 2.0 yang bersifat observatif-induktif. Karena itu untuk mencapai tahap Edukasi 4.0 masih terlalu jauh. Karena itu para pendidik di Perguruan Tinggi Kristen perlu usaha keras, disiplin tinggi, kesediaan berubah dan diperbarui, rendah-hati untuk diberi masukan, banyak berlatih, mengikuti kompetisi dan membuat karya ilmiah. 

Kita sadar bahwa situasi pendidikan di Indonesia masih jauh dari kriteria Edukasi 4.0. Kita berada di tahap Edukasi 1.0, yaitu pola dan spirit pendidikan yang masih bersifat transfer knowledge, sehingga para siswa hanya menerima pasif dari guru. Kebanyakan institusi pendidikan belum mencapai Edukasi 2.0 yang bersifat observatif-induktif. Karena itu untuk mencapai tahap Edukasi 4.0 masih terlalu jauh. Karena itu para pendidik di Perguruan Tinggi Kristen perlu usaha keras, disiplin tinggi, kesediaan berubah dan diperbarui, rendah-hati untuk diberi masukan, banyak berlatih, mengikuti kompetisi dan membuat karya ilmiah. 

            Kepincangan yang terjadi karena para siswa dan orang-orang pada umumnya hanya berperan sebagai users (pengguna) hasil-hasil teknologi abad 21, tetapi dengan tahap Edukasi yang tidak sebanding. Teknologi abad 21 yang berada di tahap Revolusi Industri 4.0 tetapi masyarakat secara mental (spiritual) masih berada di tahap Edukasi 1.0. Akibatnya hasil teknologi abad 21 (Revolusi Industri 4.0) dipegang oleh orang-orang yang tidak tepat, tanpa karakter dan tidak kompeten. Muncullah fenomena hoax, penyebaran kekerasan verbal-fisik, radikalisme-terorisme, bullying, intoleransi, konsumerisme-hedonisme, dan sebagainya.

            Kepincangan yang terjadi karena para siswa dan orang-orang pada umumnya hanya berperan sebagai users (pengguna) hasil-hasil teknologi abad 21, tetapi dengan tahap Edukasi yang tidak sebanding. Teknologi abad 21 yang berada di tahap Revolusi Industri 4.0 tetapi masyarakat secara mental (spiritual) masih berada di tahap Edukasi 1.0. Akibatnya hasil teknologi abad 21 (Revolusi Industri 4.0) dipegang oleh orang-orang yang tidak tepat, tanpa karakter dan tidak kompeten. Muncullah fenomena hoax, penyebaran kekerasan verbal-fisik, radikalisme-terorisme, bullying, intoleransi, konsumerisme-hedonisme, dan sebagainya.

Daftar Acuan

What’s the Big Data? (2018). Data is Eating the World: 163 Trillion Gigabytes will be Created in 2025: https://whatsthebigdata.com/2017/04/18/idc-163-trillion-gigabytes-of -data-will-be-created-in-2025 (diakses 7 Oktober 2019).

Explore Life. Technology in the 21st Century: https://www.explore-life.com/en/articles/technology-in-the-21st-century (diakses 7 Oktober 2019).

ZDNet. Volume, velocity, and variety: Understanding the three V’s of big data: https://www.zdnet.com/article/volume-velocity-and-variety-understanding-the-three-vs-of-big-data/ (diakses 6 Oktober 2019).

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono