“Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang,
yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan
mereka” (Neh. 9:17).
Watak Allah yang panjang sabar tidak pernah berdiri sendiri. Allah yang panjang sabar senantiasa diikuti dengan karakter-Nya yang lain, yaitu: kaya dalam pengampunan, pengasih, penyayang, berlimpah kasih setia dan tidak meninggalkan umat yang berdosa. Ciri khas dari watak panjang sabar menunjuk pada keluasan hati Allah sehingga Ia menahan diri untuk menjatuhkan hukuman/murka-Nya kepada orang-orang yang berdosa. Sifat Allah yang panjang sabar sebenarnya kontras dengan hakikat Allah yang kudus. Sebab Allah yang kudus seharusnya membinasakan setiap hal yang cemar, najis dan berdosa. Bila hal ini terjadi maka tidak ada seorangpun yang dapat bertahan untuk tetap hidup. Jikalau kita masih dapat hidup dan memiliki kesempatan karena Allah itu panjang sabar.
Di Yesaya 48:9, Allah berfirman: “Oleh karena nama-Ku Aku menahan amarah-Ku dan oleh karena kemasyhuran-Ku Aku mengasihani engkau, sehingga Aku tidak melenyapkan engkau.” Sifat Allah yang panjang sabar dinyatakan Allah berdasarkan rahmat/anugerah-Nya. Karena itu sifat Allah yang panjang sabar adalah wujud rahmat-Nya sehingga menyediakan berkat di saat kita jatuh dan berdosa. Misalnya: Allah memberikan perlindungan kepada Kain walau ia telah membunuh Habel (Kej. 4:15), mengikat perjanjian melalui pelangi setelah Ia membinasakan dunia dengan air bah (Kej. 9:11-17), menyelamatkan umat Israel walau mereka berulangkali berpaling meninggalkan Allah (Hos. 11:8-9), mengutus nabi Yunus untuk mengingatkan dosa-dosa penduduk kota Niniwe (Yun. 3:1-10), dan penundaan kedatangan Kristus untuk menghakimi umat manusia (2Petr. 3:9). Dengan kesabaran-Nya, Allah memberi waktu dan kesempatan bagi umat manusia untuk bertobat agar kita dapat diselamatkan (Rm. 2:4).
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu sifat-sifat Allah merupakan dasar nilai-nilai etis dan karakter kepribadian kita. Dosa merusak dan menghancurkan nilai-nilai etis dan karakter dalam kepribadian kita. Melalui Kristus, kita menemukan wujud Gambar dan Rupa Allah yang sesungguhnya. Kita dipanggil untuk memiliki sifat Allah yang panjang sabar melalui diri Kristus. Model karakter Kristus yang panjang sabar seharusnya menjadi model karakter dan kepribadian kita, sehingga kita tidak mudah menghakimi dan menyalahkan orang lain. Tindakan menghakimi adalah tindakan yang dikuasai oleh karakter pemarah, kemampuan pemahaman yang terbatas, jeli melihat kelemahan dan kesalahan orang lain tapi tegar tengkuk dengan kesalahan dan kelemahan diri sendiri. Identitas umat Kristen perlu memperjuangkan sikap sabar karena karakter kesabaran adalah salah satu bagian dari Buah Roh. Dengan demikian setiap umat percaya akan mampu bertahan di tengah-tengah penderitaan, kesulitan, sakit, kegagalan, dan situasi yang serba tidak pasti.
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono