Kelahiran Ishak disambut dengan meriah dan penuh sukacita, setelah Abraham dan Sara menanti selama puluhan Tuhan janji Tuhan. Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih (Kej. 21:8). Namun pada hari yang penuh sukacita tersebut Abraham mengalami dukacita karena Sara meminta agar Hagar dan Ismael diusir dari keluarga mereka. Allah meneguhkan Abraham agar ia memenuhi permintaan istrinya. Bagaimana seandainya Saudara berada dalam posisi sebagai Hagar atau Ismael? Saya yakin Saudara akan merasa mendapat perlakuan yang tidak adil. Saudara akan merasa di posisi orang yang tertindas dan menderita. Saat Hagar dan Ismael diusir, mereka hanya mendapat roti dan sekirbat air untuk bekal di jalan. Apakah Allah di sini juga bertindak tidak adil dan menindas Hagar dan Ismael? Tindakan Allah dalam konteks ini adalah untuk mencegah kerancuan hak waris dalam keluarga Abraham dan perlakuan sewenang-wenang Sara terhadap Hagar dan Ismael.
Allah peduli dan membela yang tertindas terlihat di Kejadian 21:17, yaitu Allah mendengar suara jeritan Ismael dan Hagar. Di Kejadian 21:18 Allah berjanji bahwa keturunan Ismael akan menjadi bangsa yang besar. Hagar dan Ismael diusir keluar dari keluarga Abraham, namun mereka dipelihara dan dijadikan bangsa yang besar. Allah adalah Tuhan yang memiliki sikap belarasa dan menyelamatkan setiap orang yang tertindas. Di Mazmur 86:1, pemazmur berdoa: “Sendengkanlah telinga-Mu ya Tuhan, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku.” Lalu di Mazmur 86:7 Allah menjawab doa si pemazmur dan menyelamatkan dia. Karena itu setiap kali kita tertindas dan sengsara, doa-doa dan jeritan kita senantiasa akan didengar oleh Allah. Penderitaan yang kita alami dipakai oleh Tuhan untuk memproses dan membentuk diri kita sehingga kita semakin dimurnikan sebagai hamba-hamba-Nya. Dengan demikian dalam setiap penderitaan dan situasi tertindas, di samping kita mengalami luka-luka batin, kita juga memeroleh berkat yang tersembunyi. Sikap iman dan spiritualitas dibutuhkan agar kita mengelola dengan roh hikmat sehingga luka-luka batin tidak membuat kita terpuruk, sebaliknya memampukan kita untuk mengucap syukur dengan berkat Tuhan yang tersembunyi itu.
Dalam iman Kristen, penderitaan dan ketertindasan dimaknai secara lebih mendalam. Sebab penderitaan dan ketertindasan akan menguji karakter kita, apakah kita tetap setia mengikut Tuhan Yesus. Matius 10:38, Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Apakah kita tetap setia mengikut Yesus walau kita diterpa oleh kesusahan, dan penindasan? Jika kita setia, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang menang dalam kehidupan ini.
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono