Salah satu elemen liturgi yang sering diabaikan oleh umat adalah Ordo Pengutusan. Beberapa anggota jemaat sering terburu-buru meninggalkan kebaktian sebelum Pendeta mengucapkan Amanat Pengutusan dan Berkat. Gereja Tuhan menempatkan Ordo Pengutusan sebagai The Liturgy after the Liturgy. Makna The Liturgy after the Liturgy adalah umat diutus Allah memberlakukan seluruh ibadah yang di dalamnya anugerah dan firman Tuhan telah diwartakan. Pengutusan merupakan klimaks panggilan hidup umat percaya. Umat yang melalaikan tugas pengutusan Allah adalah umat yang hidup menurut pola duniawi. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang setia melaksanakan pengutusan Allah di tengah-tengah realita kehidupan sehari-hari-hari.
Konteks bacaan Hakim-hakim 4 adalah umat Israel berada dalam situasi yang terpuruk. Allah menyerahkan mereka kepada Raja Yabin dari Kanaan, sehingga umat Israel berada dalam penjajahan dan penindasan bangsa Kanaan selama dua puluh tahun lamanya. Di tengah-tengah situasi yang terpuruk tersebut, Allah berbelas-kasihan sehingga Dia membangkitkan seorang pemimpin untuk melepaskan mereka dari kuasa penjajahan bangsa Kanaan. Anehnya, kali ini pemimpin ini tidak biasa dalam budaya umat Israel. Sebab pemimpin yang dibangkitkan Allah tersebut adalah seorang wanita bernama Debora. Secara militer tentara Kanaan lebih kuat. Panglima perang bangsa Kanaan dipimpin oleh Sisera yang memiliki 900 kereta besi. Namun Allah yang mengutus adalah Allah yang melengkapi dan memampukan, sehingga Debora bersama pasukan umat Israel berhasil mengalahkan Sisera dan Raja Yabin. Sifat pengutusan Allah adalah membebaskan, menyelamatkan, membarui, dan memberi masa depan umat yang lebih baik.
Gender wanita sering dianggap oleh beberapa pria sebagai kelompok yang lebih lemah. Bahkan cukup banyak wanita yang memandang dirinya lemah dan tidak berdaya. Tetapi nyatanya Debora tidak beranggapan demikian. Debora percaya akan pertolongan dan anugerah Allah. Di Matius 25:14-30 mempersaksikan bahwa Allah menganugerahkan kepada setiap orang sesuai dengan kemampuannya masing-masing, yaitu satu talenta, dua talenta, dan lima talenta. Tugas setiap orang adalah menggandakan setiap talenta yang dimiliki secara optimal. Tugas pengutusan akan menjadi berkat bagi sesama ketika setiap umat mendasari pengutusannya sesuai dengan talenta yang dianugerahkan Allah. Setiap talenta perlu digali, dilatih, dan dikembangkan umat dengan dasar iman kepada kuasa Allah.
Namun berapa banyak di antara kita yang terus-menerus menggali, melatih, mengembangkan setiap talenta dengan sikap iman? Kita justru lebih banyak bersikap puas diri, pasif, mengembangkan rasa aman yang semu, dan memandang diri terlalu lemah, atau sebaliknya merasa diri hebat. Semua sikap tersebut menghalangi kita untuk melaksanakan tugas pengutusan Allah di tengah dunia ini.
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono