Latest Article
Inspiring Leader: Yohanes Pembaptis

Inspiring Leader: Yohanes Pembaptis

Tindakan menginspirasi adalah peran seorang pemimpin yang utama. Sebab dengan tindakan yang menginspirasi, seorang pemimpin memberikan wawasan, kedalaman, dan pola berpikir yang mengilhami para pengikutnya untuk melakukan sesuatu yang bernilai mulia atau luhur. Inspirasi seorang pemimpin dapat membawa dampak yang besar dalam kehidupan para penganutnya, yaitu:

  1. Memberikan cara pandang yang baru sehingga melihat dan menafsirkan peristiwa dengan perspektif yang berbeda dan luas.
  2. Tingkat kemajuan dalam cara berpikir sehingga membawa pengaruh positif dan membangun dalam pola kehidupan secara keseluruhan.
  3. Penemuan dan kreativitas sehingga para penganutnya termotivasi untuk melakukan penemuan (inovasi) yang kreatif.
  4. Implementasi nilai-nilai yang transformatif dalam kehidupan sosial, budaya dan religiiusitas sehingga membawa pembaruan dan pemulihan bagi kehidupan bersama.
  5. Keteladanan yang abadi sehingga menjadi contoh yang hidup bagi setiap generasi dan keturunannya.

Untuk mengukur pemimpin yang menginspirasi dari sudut waktu adalah sejauh mana durasi pengaruh dan esensinya bagi komunitas atau umat manusia. Semakin lama pengaruh kehidupannya dalam cakupan waktu, semakin menempatkan dia sebagai pemimpin yang menginspirasi. Demikian pula semakin kuat esensi nilai-nilai yang diukirkan dalam kehidupannya akan menempatkan dia sebagai pribadi yang inspiratif. Karena itu tidak setiap pemimpin yang inspiratif. Pemimpin yang inspiratif dapat dibagi menjadi 3 kelompok waktu, yaitu: inspiratif terbatas dan lokal, inspiratif menengah dan nasional, inspiratif tak terbatas dan mendunia.

  1. Inspiratif terbatas dan lokal: memiliki pengaruh dalam lingkup waktu yang tidak terlalu panjang dan sebatas wilayah lokal dalam suatu komunitas. Inspirasi dan keteladanan pemimpin tersebut hanya dikenal oleh penganutnya saja.
  2. Inspiratif menengah dan nasional: memiliki pengaruh dalam lingkup waktu yang cukup lama dan mencakup wilayah yang luas secara nasional, misalnya kehidupan para pahlawan besar di suatu negara.
  3. Inspiratif tak terbatas dan mendunia: memiliki pengaruh dalam lingkup waktu yang abadi dan menembus batas-batas demografis negara sebab kisahnya terus menginspirasi dan dikisahkan dari satu generasi ke generasi.

Dari sudut waktu, tokoh Yohanes Pembaptis yang lahir di abad 1 Masehi sampai kini memiliki pengaruh yang begitu besar. Pengaruh kehidupan dan inspirasi rohaninya tidak terbatas pada komunitas iman Kristen, tetapi juga bagi umat Muslim, agama Mandaean (Sabian) yang berbahasa Aram Timur, dan agama Bahai.

  • Yohanes Pembaptis dalam agama Islam disebut 5x dengan nama “Jahja,” yaitu: Surah Ali ‘Imran (3): 39; Maryam (19): 7, 12-15; dan Al-Anbiya’ (21): 89-90.
  • Yohanes Pembaptis dalam agama Mandaean disebut dengan nama Yahya. Nama “Mandaean” disebut juga Sabian yang berasal dari kata Aram Subbha yang berarti: pembaptisan. Agama Sabian atau Mandaean mengagungkan tokoh Yohanes Pembaptis.
  • Yohanes Pembaptis disebut dan diakui kenabiannya oleh agama Bahai yaitu sebagai orang yang memberi teladan dan petunjuk bagaimana menjadi orang saleh dan beriman kepada Tuhan.

Kesaksian Alkitab tentang Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi besar (agung) yang memiliki pengaruh abadi dapat kita lihat dalam beberapa ayat, yaitu:

  1. Di Lukas 1:15-17, malaikat Gabriel menyatakan bahwa anak yang akan dikandung istrinya Elisabet akan dinamai Yohanes. Ia akan besar di hadapan Tuhan, seorang Nazir Allah, penuh Roh Kudus, membawa pertobatan bagi umat Israel dan dipenuhi oleh roh/kuasa Elia.
  2. Di Lukas 1:76, Zakharia ayahnya berkata bahwa Yohanes Pembaptis akan disebut sebagai Nabi Allah Yang Mahatinggi sebab itu dia akan berjalan untuk  mendahului Kristus dan mempersiapkan jalan bagi-Nya.
  3. Di Matius 11:11, Yesus menyatakan bahwa di antara mereka yang dilahirkan perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.
  4. Di Matius 11:13 Yesus menyatakan bahwa kenabian berakhir sejak tampilnya Yohanes Pembaptis. Karena itu Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir dan terbesar.

Allah menetapkan Yohanes Pembaptis sebagai seorang yang memiliki pengaruh abadi dan sosok nabi besar yang melampaui semua nabi pada hakikatnya terkait peran dan pelayanannya sebagai seorang bentara Kristus. Yohanes Pembaptis ditetapkan sebagai seorang Nabi Allah Yang Mahatinggi sebab ia akan berjalan mendahului Kristus dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Segi-segi kekhususannya sebagai seorang Nabi Allah yang penuh Roh Kudus, dan Nazir Allah (bdk. Simson di Hak. 16:17), dan yang dipenuhi oleh roh/kuasa Allah merupakan misi hidup Yohanes Pembaptis untuk membawa pertobatan berkaitan langsung dengan karya penebusan Kristus. Jika demikian sangat jelas bahwa keagungan dan daya inspiratif Yohanes Pembaptis selaku seorang Nabi dan Nazir Allah karena ia mempermuliakan Kristus sepanjang hidupnya. Keagungan dan pengaruhnya yang abadi sebagai seorang tokoh, nabi dan Nazir Allah bukan bermuara pada dirinya sendiri. Pernyataan Yesus bahwa di antara mereka yang dilahirkan perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis (Mat. 11:11, 13) karena ia ditentukan Allah untuk mempersiapkan jalan bagi karya ke-Mesias-an-Nya.

Karakter dan spiritualitas Yohanes Pembaptis yang otentik terlihat dari sikapnya terhadap diri Yesus. Kita dapat melihat bagaimana penilaian Yohanes Pembaptis terhadap diri Kristus, yaitu:

  • Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Yesus lebih besar dan berkuasa daripada dia: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku….. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api” (Luk. 3:16).
  • Ia menyadari ketidaklayakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku; membungkuk dan  membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak” (Mark. 1:7).
  • Ia tidak mau menyaingi pengaruh dan kuasa Yesus sebaliknya Yohanes Pembaptis menginginkan agar Kristus yang bertambah besar: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30).
  • Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa ia bukan Mesias: “Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya” (Yoh. 3:28).
  • Pengakuan Yohanes akan identitas diri Yesus sebagai Sang Penebus dosa: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29).

Kebesaran dan kemuliaan karakter Yohanes Pembaptis yang utama adalah sikap kerendahan hatinya yang total terhadap diri Yesus. Ia sama sekali tidak ingin mengidentikkan apalagi meninggikan dirinya di hadapan Yesus atau orang banyak. Yohanes Pembaptis lebih menempatkan dirinya sebagai “sahabat mempelai laki-laki.” Mempelai laki-laki itu adalah Yesus, dan ia adalah sahabatnya: “Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh” (Yoh. 3:29). Ia menyadari bahwa kedudukan dan peran utamanya diutus oleh Allah adalah melayani karya Kristus yang menghadirkan keselamatan sehingga umat yang diselamatkan oleh Kristus dapat menjadi “mempelai perempuan” yang kudus untuk menikmati perjamuan sorgawi dengan Kristus selaku “mempelai laki-laki.”

Padahal popularitas Yohanes Pembaptis pada waktu itu sangat besar. Di Matius 3:5-6 menyatakan: “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.” Dalam dirinya Yohanes Pembaptis memiliki kharisma yang begitu kuat sehingga saat ia berkhotbah para penduduk Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Tempat pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis adalah di Betania yang di seberang sungai Yordan (Yoh. 1:28). Apabila kita lihat di peta maka posisi Betania tersebut berada sekitar 7 mil (= 11, 27 km) di utara Laut Mati. Jarak antara Laut Mati ke Yerusalem sekitar 116 km. Jadi jarak Yerusalem ke Betania sekitar 104 km. Lalu disebutkan dari seluruh Yudea dan seluruh daerah sekitar Yordan berarti orang banyak itu datang dari tempat yang sangat jauh. Tetapi orang banyak tidak menghiraukan jauhnya jarak yang ditempuh dengan jalan kaki atau naik keledai asal dapat berjumpa dan mendengar pemberitaan firman dari Yohanes Pembaptis. Walau pun demikian Yohanes Pembaptis tidak pernah menggunakan pengaruh dan kharismanya untuk meninggikan diri terhadap diri Yesus.

Latar-belakang Yohanes Pembaptis sebagai anak Imam Besar Zakharia, ia tidak berperilaku seperti anak-anak Imam Eli, yaitu: Hofni dan Pinehas. Di kitab 1 Samuel 2:12-17, 22 dan 25 mengisahkan bagaimana kejahatan Hofni dan Pinehas tersebut yang bersikap serakah, mengambil daging hewan korban, berzinah dan mengeraskan hati terhadap nasihat ayahnya. Sebaliknya Yohanes Pembaptis sejak dalam kandungan telah memberi respons sukacita saat Yesus masih dalam kandungan Maria, ibu-Nya (Luk. 1:41). Setelah Yohanes Pembaptis lahir ia mengalami proses pertumbuhan dan memilih tinggal di padang gurun. Ia tidak tinggal dengan fasilitas yang mewah sebaliknya hidup sederhana di padang gurun,yaitu: “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel” (Luk. 1:80). Sejak kecil Yohanes Pembaptis telah hidup di padang gurun untuk hidup bertarak sehingga jauh dari kenikmatan dunia dan keinginan daging. Ia melatih diri tubuh dan rohaninya dengan disiplin rohani yang ketat. Karena itu tidaklah mengherankan jikalau Yohanes Pembaptis hanya mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan (Yoh. 3:4).

Peran Yohanes Pembaptis sebagai Nabi Allah yang menyatakan kebenaran secara etis-moral terlihat dalam kasus raja Herodes Antipas yang merebut istri Filipus, saudaranya yaitu Herodias (Mat. 14:4). Karena teguran itu raja Herodes Antipas menangkap dan memenjarakan Yohanes Pembaptis. Kita mengetahui akhirnya Yohanes Pembaptis dihukum penggal atas permintaan Herodias (Mat. 14:8-10). Dalam konteks ini Yohanes Pembaptis memperlihatkan keberanian dan keteguhan sikapnya dengan menegur kesalahan dan keberdosaan seorang penguasa. Ia tidak mencari rasa aman yang semu dan keselamatan dirinya sendiri, tetapi taat kepada kehendak Allah.

Dari uraian teks-teks Alkitab yang mengisahkan kehidupan, karakter dan peran Yohanes Pembaptis kita dapat melihat model kepemimpinan yang menjadi kekhasannya, yaitu:

  1. Kepemimpinan yang kristosentris: Pola kepemimpinan yang menempatkan Kristus sebagai pusat, dasar dan tujuan dari seluruh perannya sehingga dalam setiap aspek ia senantiasa mempermuliakan nama Kristus. Ciri utama kepemimpinan kristosentris menempatkan hati dan pikiran Kristus sebagai model dalam setiap kebijakan dan keputusan-keputusan yang diambil.
  2. Spiritualitas kerendahan hati: Menghayati kehidupan pribadinya dengan nilai-nilai kemiskinan di hadapan Allah sehingga ia tidak memiliki alasan sedikit pun untuk bermegah atas seluruh karya dan prestasi yang telah dicapainya.
  3. Berkharisma: Memiliki kewibawaan ilahi sehingga ucapan dan tindakan yang dilakukan menimbulkan daya tarik, pengaruh dan kesan yang mendalam bagi orang-orang di sekitarnya. Kharisma atau kekuatan dan pengaruh kepribadian lahir dari batin yang dipenuhi oleh roh Allah sehingga kewibawaannya menimbulkan sikap hormat dan penghargaan dari para penganutnya.
  4. Hidup dalam penyangkalan diri: Spiritualitas yang mampu mengambil jarak dari keinginan dan nafsu dunia, sehingga ia menjadi pribadi yang bebas dan murni.
  5. Teguh menyampakan kehendak Allah: Sikap hidup yang dijiwai oleh kehendak dan firman Tuhan sehingga ia memperjuangkan dengan kesediaan berkurban. Ia lebih mengutamakan bagaimana berkenan di hadapan Allah daripada berkenan di hadapan manusia. Karena itu ia bersedia melepaskan perasaan aman dan keselamatannya sendiri asal kebenaran Allah tersebut dinyatakan.

Relevansi dalam kehidupan kita di masa kini, kelima faktor kepemimpinan dari Yohanes Pembaptis adalah:

  • Model kepemimpinan yang kristrosentris: 1). Mempersaksikan atau mewartakan Kristus, 2). Memfasilitasi perjumpaan sesama dengan Kristus, 3). Membina dan melakukan pengaderan kepemimpinan, 4). Menghayati hati dan karakter Kristus.
  • Model spiritualitas kerendahan hati: 1). Mengenal diri sendiri sebagai pribadi yang berdosa di hadapan Tuhan, 2). Mengenal keberadaan diri secara utuh yang bermakna karena kasih-karunia Allah, 3). Kemurnian hati sehingga mampu membebaskan diri dari segala bentuk kesombongan atau perasaan rendah-diri.
  • Model kharisma: 1). Pengembangan diri dalam talenta dan kompetensi, 2). Memiliki relasi yang personal dengan Kristus, 3). Membuka diri senantiasa terhadap karya Roh Kudus sehingga dipenuhi oleh karunia-karunia roh.
  • Model hidup dalam penyangkalan diri: 1). Menyadari titik lemah kepribadian yang dimiliki dengan melakukan disiplin rohani, misal berpuasa atau bertarak, 2). Tidak melakukan 7 dosa maut (sombong, amarah, iri-hati, cabul, serakah, rakus dan malas), 3). Mengkritisi setiap motif yang dianggap benar dan saleh, 4). Membebaskan diri sikap pembenaran diri, tetapi senantiasa berpijak pada kebenaran.
  • Model sikap teguh menyampaikan kehendak Allah: 1). Mengkritisi situasi dengan analisa yang benar, 2). Menyampaikan suara kenabian dalam waktu yang tepat atau tidak tepat, 3). Suara kenabian menjadi media edukatif dan membarui kehidupan masyarakat, 4). Rela mengalami penderitaan dan kematian sebagai harga yang harus dibayar.  

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono