Pengantar
Doa Bapa Kami yang dalam bahasa Yunani disebut ”he kuriaku proseukhe” (H Kupiaku Πpoσeuχη”). Dalam bahasa Latin “Doa Bapa Kami” disebut dengan “Oratio Dominica”. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan sebutan “The Pater Imon”, “Our Father” atau “Pater Noster”. Doa Bapa Kami yang sangat dikenal sebagai doa umat percaya. Kita dapat menjumpai doa Bapa Kami dari 2 versi Injil, yaitu dari Injil Matius (Mat. 6:9-13), dan versi dari Injil Lukas (Luk. 11:2-4). Dalam hal ini Injil Markus dan Injil Yohanes tidak mencatat Doa Bapa Kami. Latar-belakang munculnya doa Bapa Kami dalam Injil Matius merupakan bagian dari percakapan para murid yang mohon kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana mereka harus berdoa. Beberapa kalangan orang Kristen, mengartikan doa Bapa Kami sebagai suatu pedoman tentang bagaimana mereka harus berdoa. Tetapi ada pula yang mengartikan doa Bapa Kami sebagai suatu perintah dari Tuhan Yesus agar mereka memakai doa Bapa Kami secara berulang-ulang sebagai doa rutin. Kesaksian Injil-Injil sebenarnya tidak pernah menyebutkan bahwa Tuhan Yesus dan para murid menaikan doa Bapa Kami sebagai doa-doa rutin atau doa-doa harian mereka.Terjemahan dan Versi
Dalam sejarah gereja dapat dijumpai beberapa terjemahan doa Bapa Kami. Terjemahan pertama dalam bahasa Inggris tercatat dalam “Northumbrian translation” yang ditulis sekitar tahun 650. Kemudian ada 4 terjemahan yang terbaik dalam bahasa Inggris, yaitu:
- Terjemahan tahun 1662 yang menjadi buku doa (BCP) dari gereja Anglikan (the Anglican Book of Common Prayer).
- Terjemahan dari konsultasi liturgi bahasa Inggris: ELLC (English Language Liturgical Consultation) sebagai suatu terjemahan ekumenis.
- Versi Orthodoks Timur (Eastern Orthodox) yang digunakan oleh gereja Orthodoks Timur.
- Versi gereja Roma Katolik.
Pada bagian berikut dapat dilihat 3 versi yaitu dari terjemahan BCP tahun 1662 (the Anglican Book of Common Prayer), terjemahan dari “the English Language Liturgical Consultation” (ELLC), dan terjemahan dari gereja Orthodoks Timur.
1662 BCP
Our Father, which art in heaven, Hallowed be thy Name. Thy kingdom come. Thy will be done, in earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread. And forgive us our trespasses, As we forgive them that trespass against us. And lead us not into temptation; But deliver us from evil: [For thine is the kingdom, The power, and the glory, For ever and ever.] Amen. |
ELLC
Our Father in heaven, hallowed be your name, your kingdom come, your will be done, on earth as in heaven. Give us today our daily bread. Forgive us our sins as we forgive those who sin against us. Save us from the time of trial and deliver us from evil. [For the kingdom, the power, and the glory are yours now and for ever.] Amen. |
Eastern Orthodox Version
Our Father, who art in heaven, Hallowed be thy Name. Thy kingdom come. Thy will be done, on earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread. And forgive us our debts, As we forgive our debtors. And lead us not into temptation; But deliver us from the clever one. Amen.
|
Standard Latin form:
Pater noster, qui es in caelis, Sanctificetur nomen tuum. Adveniat regnum tuum. Fiat voluntas tua, Sicut in caelo et in terra. Panem nostrum quotidianum da nobis hodie. Et dimitte nobis debita nostra, Sicut et nos dimittimus debitoribus nostris. Et ne nos inducas in tentationem: Sed libera nos a malo. Amen.
Pada bagian berikut kita dapat melihat 2 versi King James Version perihal doa Bapa Kami menurut versi Injil Matius dan Injil Lukas, yaitu:
Matthew 6:9-13 (KJV)
After this manner therefore pray ye: Our Father which art in heaven, Hallowed be thy name. Thy kingdom come. Thy will be done in earth, as it is in heaven. Give us this day our daily bread. And forgive us our debts, as we forgive our debtors. And lead us not into temptation, but deliver us from evil: For thine is the kingdom, and the power, and the glory, for ever. Amen.
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
Luke 11:2-4 (KJV)
And he said unto them, When ye pray, say, Our Father which art in heaven, Hallowed be thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, as in heaven, so in earth. Give us day by day our daily bread. And forgive us our sins; for we also forgive every one that is indebted to us. And lead us not into temptation; but deliver us from evil.
Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Perbedaan Doa Bapa Kami Dalam Versi Matius dan Lukas adalah:
- Dalam Injil Lukas, sebutan Allah sebagai Bapa tanpa tambahan kata ganti ”kami”. Terjemahan KJV masih tetap menuliskan kata ganti ”kami”
- Setelah kalimat ”datanglah KerajaanMu”, dalam Injil Lukas tidak melanjutkan dengan kalimat ”jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”.
- Setelah kalimat ”janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” dalam Injil Lukas tidak terdapat kalimat ”tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”.
- Kalimat doksologi tidak terdapat dalam Injil Lukas,walau menurut teks kritis ungkapan doksologi dalam Injil Matius merupakan tambahan dari jemaat untuk kebutuhan liturgis ibadah jemaat.
Pemahaman Makna
Doa Bapa Kami diawali dengan kata ganti “kami” setelah menyebut nama Allah dengan panggilan ”Abba” (Bapa). Dengan demikian dari kata ganti “kami” tersebut menunjuk kepada bentuk jamak. Itu sebabnya doa Bapa Kami dimaksudkan sebagai suatu doa yang diucapkan secara komunal sebagai persekutuan umat dari pada suatu bentuk doa yang sifatnya pribadi. Sehingga dengan sapaan “Bapa Kami” merupakan panggilan kepada Allah secara akrab yang senantiasa hadir dan dekat dengan umatNya. Allah Bapa di dalam Kristus bukanlah Allah Bapa untuk seseorang atau sekelompok orang, tetapi untuk seluruh umat percaya; tepatnya Dialah Allah Bapa bagi seluruh umat di dalam tubuh Kristus.
Bila semula umat Israel memanggil nama Allah dengan sebutan YAHWEH (karena nama Yahweh adalah kudus, umat Israel membaca diagram tulisan ”YAHWEH” tersebut dengan nama”Adonai”); maka dalam khotbahNya di atas bukit, Tuhan Yesus mengajar para murid untuk menyapa nama YAHWEH sebagai ”Bapa” (Abba). Dalam hal ini relasi umat percaya yang berhadapan dengan Allah dilukiskan dalam gambaran sebagai ”Bapa dan anak-anakNya”. Sehingga dengan sebutan ”Bapa” tersebut, YAHWEH dihayati sebagai Allah yang begitu dekat bagaikan kehadiran dari diri ayah mereka sendiri.
Ungkapan doa “dikuduskanlah namaMu” berakar pada pemahaman teologis Yudaisme bahwa nama Allah begitu mulia dan wajib dikuduskan. Panggilan untuk menjaga kekudusan nama Allah dinyatakan dalam Sepuluh Firman Allah yaitu “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Kel. 20:7).
Permohonan agar kerajaan Allah datang pada prinsipnya dipahami sebagai harapan iman orang percaya bahwa Messias kelak akan datang untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Kehadiran kerajaan Allah tersebut ditandai dengan terwujudnya kehendak Allah di atas bumi yang memerintah atas kehidupan umat manusia. Pada pihak lain umat manusia wajib memberi respons dengan kesediaannya untuk tunduk kepada kehendak Allah dan firmanNya. Dalam hal ini kesaksian Alkitab menyatakan bahwa kerajaan Allah sesungguhnya telah datang secara nyata dalam diri Kristus. Namun pada sisi lain pemahaman iman bahwa kerajaan Allah yang telah dinyatakan secara sempurna di dalam diri Kristus tersebut masih berada di dalam proses perwujudan yang paripurna pada waktu kedatanganNya kelak sebagai Raja dan Hakim. Seorang teolog Inggris yang terkenal yaitu Joachim Jeremias menyatakan kerajaan Allah telah nyata di dalam Kristus dan terus bergerak secara eskatologis. Karena itu dia berkata tentang:: ”eschatology in the process of being realized” (eskatologi yang masih dalam proses perwujudan). Di antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua tersebut, gereja dipanggil untuk menjadi kawan sekerja Allah untuk menghadirkan terus-menerus kehendak Allah di atas muka bumi ini.
Permohonan makanan yang secukupnya dari terjemahan ἐπιούσιος (epiousios) merupakan refleksi iman umat Israel yang telah mengalami pemeliharaan Allah selama mereka berjalan di padang gurun (Kel. 15:15-21), yaitu dengan pemberian roti manna. Selama di padang gurun umat Israel tidak dapat menyimpan manna sebagai perbekalan untuk keesokan harinya. Jadi untuk bertahan hidup selama di padang gurun mereka diajar untuk sungguh-sungguh mau bergantung kepada kemurahan dan pemeliharaan Allah setiap hari. Penggunaan kata “epiousios” dalam papirus Mesir dimaknai bahwa jaminan pemeliharaan Allah untuk kehidupan keesokan harinya. Misalnya pengertian tersebut digunakan oleh Injil Nazoreanus (the Gospel of the Nazoraeans). Jadi pengertian “berikanlah makanan kami yang secukupnya” pada prinsipnya menunjuk sikap ketergantungan umat kepada pemeliharaan Allah sampai kedatanganNya kembali.
Di Mat. 6:12 secara khusus digunakan istilah “hutang” (debs). Versi terjemahan tahun 1662 menggunakan istilah “trespasses” (pelanggaran). Sementara versi ekumenis sering menggunakan istilah “dosa” (sins). Origenes menggunakan istilah “trespasses” dari bahasa Yunani, yaitu kata “paraptomata”. Makna harafiah dari bahasa Yunani, kata “hutang” biasanya dikaitkan dalam pengertian finansial. Tetapi dalam bahasa Aram, kata “hutang” juga dapat berarti “dosa”. Karena itu dapat diduga bahwa Injil Lukas dan Matius ditulis dengan menggunakan pengertian Aram. Bagi umat Yahudi, memohon pengampunan dari Allah merupakan doa pokok mereka setiap hari.
Namun gereja-gereja Presbiterian di Skotlandia mengikuti versi yang dipakai oleh Injil Matius pasal 6 yaitu dari King James Version. Karena itu mereka menggunakan istilah “hutang” (debs) dan “penghutang” (debtors) dalam mengungkapkan doa mereka. Versi Latin yang dipakai oleh gereja Roma Katolik secara tradisional menggunakan istilah “debita” (debts). Tetapi kebanyakan orang Kristen baik Roma Katolik dan Protestan di Amerika Serikat menggunakan “pelanggaran” (trespasses).
Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan doa, yaitu “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” Perkataan dan ajaran doa Tuhan Yesus tersebut sering menimbulkan kebingungan seakan-akan Allah dapat membawa umat ke dalam suatu pencobaan, sehingga kita perlu berdoa agar dilepaskan dari pencobaan yang jahat. Bukankah Allah itu Mahakasih dan penuh dengan rahmat, serta menghadirkan diri-Nya sebagai seorang Bapa? Sebagai Bapa, bukankah Allah tidak akan mencobai anak-anak-Nya ke dalam suatu pencobaan yang membahayakan keselamatan mereka.
Perlu diketahui bahwa kata “pencobaan” dalam Doa Bapa Kami tersebut berasal dari kata “peirasmos.” Secara harafiah kata “peirasmos” berarti pencobaan dalam arti negatif yaitu dirayu ke dalam suatu perbuatan dosa, dan arti positif suatu kesulitan atau masalah yang membuat kita semakin teruji dan menjadi murni. Pertanyaan yang muncul sebagai umat percaya, bukankah kita imani bahwa “Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun?” (Yak. 1:13). Dalam permohonan doa Bapa Kami di sini mengesankan bahwa Allah dapat membawa umat-Nya ke dalam pencobaan. Untuk tujuan rencana-Nya yang kudus, Allah dapat mencobai umat-Nya yang saleh (bandingkan dengan kisah Ayub). Bila kita memerhatikan kisah Ayub, Allah memang mengizinkan Iblis untuk mencobai dia, namun pencobaan tersebut bukanlah inisiatif Allah. Jadi makna “peirasmos” dalam konteks ini sebagai suatu ujian karakter (test of character) melalui beberapa peristiwa dan pengalaman agar umat mengalami proses pertumbuhan karakter.
Ujian karakter dari Allah diperlukan oleh umat percaya, sebab kita sering dicobai oleh hawa-nafsu atau keinginan-keinginan duniawi sehingga kita mudah menyerah atau takluk. Tanpa pengujian dari Tuhan, kita akan melekat dan mengikuti pola hidup duniawi. Karena itu dalam Surat Yakobus menyatakan: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yak. 1:13-15). Memang benar, Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun sebab Allah adalah kudus, benar, dan penuh kasih. Jika demikian, sebelum kita dicobai oleh hawa-nafsu dan keinginan serta Iblis, sebaiknya kita hidup senantiasa berjaga-jaga dalam kekudusan dan kebenaran. Ingatlah akan kisah Iblis yang mencobai Yesus di padang gurun saat Ia berpuasa selama empat puluh hari lamanya. Allah tidak mencobai Yesus, tetapi Allah mengizinkan Iblis mencobai Yesus. Saat hidup kita terikat dalam relasi dengan Kristus, kita akan dimampukan untuk mengatasi kecenderungan dan keinginan duniawi, sehingga saat diuji atau dicobai kita akan mampu bertahan sampai pada akhirnya.
Menurut para ahli, ungkapan doa “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya” dipengaruhi oleh pola doa Kaddish umat Yahudi. Di I Taw. 29:11 disebutkan: “Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya”. Karena itu pada bagian akhir kalimat doa ini dihayati sebagai suatu doksologi yang diungkapkan oleh umat secara liturgis saat mereka mengamini seluruh esensi dan isi dari doa Bapa Kami. Dalam hal ini gereja Roma Katolik menghilangkan bagian “doksologi” yang di dalam Alkitab terjemahan LAI berbunyi: “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya”.
Referensi:
Albright, W.F. and C.S. Mann. “Matthew.” The Anchor Bible Series. New York: Doubleday & Company, 1971.
Augsburger, Myron. Matthew. Waco, Texas: Word Books, 1982.
Barclay, William. The Gospel of Matthew: Volume 1 Chapters 1-10. Edinburgh: Saint Andrew Press, 1975.
Beare, Francis Wright. The Gospel According to Matthew. Oxford: B. Blackwell, 1981.
Filson, Floyd V. A Commentary on the Gospel According to St. Matthew. London: A. & C. Black, 1960.
Fowler, Harold. The Gospel of Matthew: Volume One. Joplin: College Press, 1968
France, R.T. The Gospel According to Matthew: an Introduction and Commentary. Leicester: Inter-Varsity, 1985.
Hendriksen, William. The Gospel of Matthew. Edinburgh: Banner of Truth Trust, 1976
Hill, David. The Gospel of Matthew. Grand Rapids: Eerdmans, 1981
“Lilies in the Field.” A Dictionary of Biblical Tradition in English Literature. David Lyle Jeffrey, general editor. Grand Rapids: W.B. Eerdmans, 1992.
Lewis, Jack P. The Gospel According to Matthew. Austin, Texas: R.B. Sweet, 1976..
Luz, Ulrich. Matthew 1-7: A Commentary. trans. Wilhlem C. Linss. Minneapolis: Augsburg Fortess, 1989.
Morris, Leon. The Gospel According to Matthew. Grand Rapids: W.B. Eerdmans, 1992.
Schweizer, Eduard. The Good News According to Matthew. Atlanta: John Knox Press, 1975
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono