Dahaga manusia yang mencekik leher
Menjerit dalam keputusasaan
Melumpuhkan sendi-sendi harapan
Mematahkan semangat berjuang
Meneguhkan kekosongan dan kehampaan
Segala cara ditempuh
untuk mengobati dahaga jiwa
Membalut luka-luka batin
Mengikis pikiran-pikiran yang menghakimi
Mematahkan pembenaran diri
Namun usaha dan upaya itu sia-sia
walau telah rutin ber-Saat Teduh
Semakin giat berdoa dan melayani
seperti orang yang terdampar di tengah laut,
Kehausan yang mencekik karena minum air laut
Umat bertanya kepada Tuhan,
“Apa yang salah ya Allah?”
Bukankah kami telah berbakti,
Menyembah dan memuliakan nama-Mu?
Mempersembahkan dan melayani-Mu?
Di tengah-tengah kegelisahan di larut malam,
Engkau bersabda dengan lembut,
“Semua usaha dan upaya itu bukan untuk diri-Ku”
Doa, saat teduh, dan pelayanmu bukan untuk kemuliaan-Ku
Tapi untuk kemuliaan dirimu sendiri
Akulah air hidup, sabda Yesus
yang akan menjadi sumber yang mengalir dalam dirimu,
Sejauh engkau memeluk Aku dalam diri sesamamu,
Menggapai tangan-Ku dengan menghibur sesamamu
Menyalibkan pikiran dengan tiada menghakimi saudaramu.
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono