Dikuasai oleh Pasukan Legion
(Yes. 65:1-9; Mzm. 22:19-28; Gal. 3:23-29; Luk. 8:26-39)
Kitab Injil beberapa kali mengisahkan Yesus mengusir setan yang merasuki tubuh seseorang. Misalnya setan yang membuat bisu sehingga setelah setan diusir orang tersebut dapat kembali bicara (Mat. 9:32-33). Lalu di Markus 1:34 Yesus mengusir banyak setan, yaitu: “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.” Tetapi kisah di Lukas 8:26-39 merupakan kisah pengusiran setan yang sangat berbeda dan unik. Sebab di Lukas 8:26-39 mengisahkan bagaimana setan-setan berkumpul menjadi satu pasukan dalam tubuh seorang pria dari Gerasa, seberang Galilea.
Ketika pria dari Gerasa yang kerasukan setan tersebut melihat Yesus, Lukas 8:28 menyatakan: “Ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.” Sikap “tersungkur” yang dilakukan setan-setan itu menunjuk pada tindakan menyembah dan pernyataan menyerah sebab tidak sanggup menghadapi Yesus. Para setan itu mengakui kalah dalam kekuatan dan kewibawaan di hadapan Yesus. Selain itu setan-setan yang menguasai pria Gerasa itu membuat pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi. Pengakuan dari para setan itu menunjukkan bahwa setan sebagai mahluk ilahi yang dihukum Allah mampu mengenal identitas diri Yesus yang sesungguhnya, yaitu Anak Allah yang Mahatinggi. Umat manusia pada umumnya tidak mampu melihat keberadaan diri Yesus yang sesungguhnya sebagai Anak Allah yang Mahatinggi sebab Dia mengenakan kodrat manusiawi. Keilahian Yesus sebagai Anak Allah tersembunyi dalam kodrat manusiawi-Nya. Di lain pihak setan-setan itu juga menyampaikan permohonan kepada Yesus agar Dia tidak menyiksa mereka. Bukankah hanya Allah saja yang berhak menyiksa manusia dan para setan serta Iblis di dalam Syeol atau Gehena? Makna ucapan permohonan para setan itu adalah Yesus memiliki wewenang dan kuasa untuk menghukum para setan baik di dunia maupun di neraka. Lukas 8:31 menyatakan: “Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut.”
Di Lukas 8:30 Yesus menanyakan nama dari para setan yang menguasai pria Gerasa tersebut, yaitu: “Siapakah namamu? Jawabnya: Legion, karena ia kerasukan banyak setan. Setan-setan yang berkumpul menjadi satu tersebut menyebut dirinya sebagai “Legion.” Makna kata “legion” menunjuk pada unit tentara Romawi yang terdiri dari 3000-6000 pasukan infantri. Pasukan infantri merupakan pasukan darat yang dilengkapi dengan persenjataan ringan. Mereka dilatih dan disiapkan untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat. Dengan demikian pasukan para setan sedang menjajah dan menguasai tubuh dan jiwa dari pria Gerasa tersebut secara langsung.
Makna kata “infantri” berasal dari kata “infant” yang berarti kaki untuk menggambarkan para tentara yang muda yang berjalan kaki di sekeliling ksatria yang pada zaman itu menunggang kuda atau kereta. Karena itu pasukan infantri harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam berkelahi, menembak dan bertempur di semua medan pertempuran. Dengan demikian para setan yang berkumpul menjadi satu unit dalam tubuh pria di Gerasa tersebut terdiri dari 3000-6000 pasukan tempur jarak dekat dengan kemampuan berkelahi dan menyerang yang luar biasa. Dengan kekuatan ganda untuk bertempur yang luar biasa itu bisa dipahami bahwa pria dari Gerasa tersebut tidak terkalahkan oleh siapapun. Kesaksian di Markus 5:4 menyatakan: “Karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.” Semua rantai besi berhasil diputuskan dan tidak ada seorangpun yang berhasil menguasai dirinya (bdk.Luk. 8:29b). Para setan dengan nama “Legion” tersebut memiliki kekuatan yang supranatural sehingga tidak bisa ditundukkan oleh manusia biasa, kecuali Yesus Sang Mesias. Sebab Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi dan memiliki kuasa untuk menghukum para setan dan Iblis. Dia memiliki segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28:18).
Nama “legion” yang dipakai oleh para setan untuk menyebut identitas diri mereka yang sesungguhnya adalah suatu identitas diri “tanpa nama.” Sebab nama “legion” tersebut bukanlah nama dan jati-diri yang sesungguhnya. Tepatnya hanya suatu identitas diri yang anonim. Identitas diri yang anonim tersebut dipakai untuk mengganti identitas yang sesungguhnya dari pria Gerasa yang sedang kerasukan. Identitas diri pria Gerasa itu tidak lagi dikenali. Selain itu nama “legion” tersebut juga dipakai oleh untuk menyamarkan identitas yang sesungguhnya dari pasukan para setan itu. Padahal para setan itu tentunya memiliki identitas diri yang sesungguhnya. Penyamaran diri dengan memakai nama “legion” para setan hanya memperkenalkan keberadaan dirinya yang plural, yaitu terdiri banyak setan yang berkumpul menjadi satu pasukan dalam tubuh seseorang. Dengan demikian tubuh pria Gerasa itu dijadikan sarang sebagai tempat tinggal atau markas dari para setan. Para setan itu juga melumpuhkan jiwa pria Gerasa sehingga ia dikendalikan dan tidak memiliki kemampuan untuk hidup secara normal sebagai seorang manusia. Dia tidak berpakaian sehingga mempermalukan dirinya kepada banyak orang. Selain itu dia menjauhi relasi dan komunikasi dengan sesamanya, sehingga ia memilih untuk tinggal di daerah pekuburan. Dia terlunta-lunta tanpa tempat tinggal di dalam rumah atau keluarga. Di Lukas 8:27 menyatakan: “Ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan.” Lokasi pekuburan untuk menunjuk sebagai tempat najis sebab di sanalah jenasah manusia dikubur. Padahal mayat dalam pemahaman teologis iman Israel adalah najis. Bilangan 19:11 menyatakan: “Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya.”
Penyebutan nama “legion” bersifat plural/jamak karena di dalam tubuh pria Gerasa berdiam ribuan setan. Dengan demikian makna teologis dari “legion” untuk menunjuk kepada kehidupan seseorang dengan “kepribadian ganda” yang dikendalikan berbagai kekuatan yang bersifat najis sehingga ia tidak mampu memperlihatkan konsistensi dan kejernihan pikiran serta kemurnian hati dalam dirinya. Karena itu dalam “kepribadian ganda” tersebut seseorang kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri. Dia tidak mampu melawan kekuatan yang menguasainya. Dia tidak lagi menjadi tuan atas dirinya tetapi budak yang harus selalu tunduk atas perintah “tuan” yang menguasai tubuh dan jiwanya. Dalam situasi demikian seseorang cenderung menyakiti dan melukai dirinya sendiri. Markus 5:5 menyatakan keberadaan pria Gerasa yang dirasuki oleh “legion” yaitu: “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.” Gambaran kepribadian pria Gerasa yang dirasuk oleh “legion” adalah saat itu dia tidak lagi mampu berkomunikasi dengan santun dan menggunakan bahasa yang terstruktur tetapi berteriak-teriak tanpa makna yang jelas serta gemar menyakiti dirinya sendiri. Teriakan-teriakannya menunjukkan penderitaan dan kekacauan batin yang sulit dilukiskan, sehingga dia lebih suka melukai diri daripada mengasihi diri sendiri. Dengan demikian umat yang dikuasai oleh “legion” menjadi para pribadi yang tidak lagi mandiri, dia kehilangan identitas diri yang sesungguhnya, batin yang terpecah-pecah, tidak mampu konsisten, menyakiti diri sendiri, kehilangan komunikasi dan relasi yang sehat dengan sesama, hidup tanpa tujuan yang jelas, dan hidup dalam kenajisan.
Pemahaman yang lain tentang makna “legion” adalah menunjuk situasi riil yang pada masa itu bangsa Romawi sedang menjajah umat Israel. Sebab asal kata “legion” untuk menunjuk pada jumlah kesatuan tentara dan militer bangsa Romawi. Tentara bangsa Romawi menduduki dan menguasai tubuh umat Israel seperti halnya setan-setan dalam “legion” tersebut telah menguasai tubuh pria Gerasa. Karena itu kehidupan umat Israel dikendalikan oleh kuasa yang najis dan merusak. Mereka membutuhkan pembebasan Allah dari kuasa penjajahan bangsa Romawi yang saat itu memiliki kekuatan militer yang sangat luar biasa. Ternyata hanya Kristus saja yang mampu membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi tetapi bukan dengan kekuatan militer atau politis. Kristus membebaskan mereka dari kuasa dosa melalui kuasa firman-Nya.
Di Lukas 8:32 mengisahkan para setan yang menyebut diri sebagai “legion” itu mohon agar Yesus menyuruh mereka berpindah kepada babi-babi yang sedang berkerkeliaran. Yesus mengabulkan permintaan mereka. Karena itu: “Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas” (Luk. 8:33). Pemilik para babi itu mengalami kerugian yang sangat besar sebab semua babi pemeliharaanya mati lemas. Namun pada sisi lain pria Gerasa tersebut kini telah bebas sepenuhnya dari kuasa “legion.” Lukas 8:35 menyatakan: “Ia duduk di kaki Yesus, dan berpakaian serta sudah waras.” Kesaksian Injil Lukas hendak menyatakan betapa berharga nyawa atau kehidupan seseorang, sehingga harus dibayar dengan ribuan hewan ternak untuk membebaskan dia dari cengkeraman kuasa “legion.” Dengan kata “waras” yang diambil dari kata “sophroneo” untuk menunjuk pada kondisi pikiran seseorang yang sehat dan berada dalam pengendalian diri. Bandingkan dengan ucapan Rasul Paulus di Surat 2 Korintus 5:13, yaitu: “Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu.” Kata “menguasai diri” dalam konteks ini memakai kata sophroneo. Dengan demikian pria Gerasa tersebut telah kembali menjadi pribadi yang menguasai tubuh dan jiwanya sendiri. Harkat dan martabatnya sebagai manusia telah pulih kembali. Ia telah lahir kembali menjadi manusia baru yang memilih berada di bawah kaki Yesus.
Kehadiran Kristus pada hakikatnya melaksanakan karya keselamatan Allah yang memulihkan, sehingga mendatangkan hidup yang baru. Karya Kristus di Gerasa mencerminkan karya Allah yang mengulurkan tangan-Nya kepada orang-orang yang memberontak dengan mengikuti rancangannya sendiri. Yesaya 65:2 menyatakan: “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri.” Kata “sepanjang hari” berasal dari kata “yown” untuk menunjuk pada rangkaian waktu “petang dan pagi” sebagaimana hari-hari dalam kisah penciptaan semesta di Kitab Kejadian pasal 1. Dengan demikian karya keselamatan Allah tidak pernah berhenti. Tangan-Nya terus terulur untuk menyelamatkan dan memulihkan. Allah mendatangkan berkat sehingga terbuka harapan dan keselamatan bagi mereka yang hidup dalam belenggu dosa. Di Yesaya 65:8 Allah berfirman: “Seperti kata orang jika pada tandan buah anggur masih terdapat airnya: Janganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat! demikianlah Aku akan bertindak oleh karena hamba-hamba-Ku, yakni Aku tidak akan memusnahkan sekaliannya.” Karena itu pria Gerasa yang dirasuki oleh Legion diselamatkan oleh Yesus dan identitasnya dirinya dipulihkan. Yesus tidak memusnahkan kehidupan pria Gerasa tersebut walau tubuhnya telah dinajiskan oleh ribuan pasukan setan.
Sikap berbeda dilakukan oleh penduduk daerah Gerasa. Mereka meminta kepada Yesus supaya Ia meninggalkan mereka (Luk. 8:37). Alasan penduduk daerah Gerasa meminta Yesus pergi meninggalkan mereka karena mereka sangat ketakutan. Pertanyaannya adalah mengapa mereka sangat ketakutan? Bukankah pria Gerasa yang dirasuki oleh pasukan setan sudah dipulihkan? Dia tidak lagi berbahaya. Pasukan setan juga telah dilumpuhkan oleh Yesus sebab mereka telah merasuki kelompok babi dan mati lemas. Jika demikian mengapa penduduk Gerasa masih merasa takut? Dugaan yang realistis adalah karena mereka takut Yesus merugikan mereka secara finansial. Kehadiran Yesus telah menyebabkan mereka kehilangan ribuan babi untuk menyelamatkan kehidupan satu orang yang telah dirasuki oleh setan-setan. Dengan perkataan lain mereka lebih menghargai keselamatan para babi dibandingkan keselamatan seorang manusia. Mereka lebih takut kehilangan harta dan properti mereka dibandingkan dengan orang yang kerasukan setan yang selama ini mengganggu kehidupan dan keamanan mereka. Karena itu mereka menyuruh Yesus agar segera meninggalkan daerah mereka.
Bila penduduk Gerasa bersikap mengusir Yesus agar segera meninggalkan daerah mereka, tidak demikian sikap Yesus kepada pria Gerasa yang telah pulih. Yesus menyuruh dia pergi sebagai utusan. Yesus tidak mengusir pria Gerasa tetapi mengutus dia untuk menceritakan segala sesuatu yang telah dialami sebagai perbuatan keselamatan dari Allah. Dalam konteks ini keduanya mengandung kata “pergi.” Penduduk Gerasa menyuruh Yesus pergi dalam arti mengusir Dia. Tetapi kata “pergi” yang diucapkan Yesus kepada pria Gerasa tersebut justru merupakan kehormatan sebab dia dipercaya untuk memberitakan karya keselamatan Allah. Karena itu di Lukas 8:39b menyatakan: “Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya.” Pria Gerasa itu menyampaikan kabar baik yaitu Injil tentang karya keselamatan Allah kepada banyak orang, namun penduduk wilayah Gerasa telah menghalangi Yesus untuk berkarya lebih dalam di wilayah mereka. Jika demikian pria Gerasa telah bebas dari kuasa dan cengkeraman Legion, tetapi penduduk Gerasa justru membiarkan diri dikuasai oleh kuasa Legion dalam bentuk yang lain yaitu jiwa yang materialistis.
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono