Latest Article
Mukjizat itu Nyata (Yohanes 2:1-11)

Mukjizat itu Nyata (Yohanes 2:1-11)

Pengantar
Kondisi yang menakutkan banyak orang adalah saat ia mengalami kekurangan. Makna “kekurangan” menurut KBBI menunjuk pada situasi tidak tersedianya sesuatu di saat yang diperlukan. Keluarga mempelai di Kana yang kekurangan anggur saat pesta pernikahan akan panik dan bingung. Air anggur dalam tradisi umat Israel merupakan lambang sukacita, kehangatan dan penghormatan kepada para tamu yang hadir dalam pesta pernikahan. Karena itu kekurangan air anggur saat pesta berlangsung dianggap tidak mampu menjamu dan menghormati para tamu yang datang. Sebagaimana halnya dalam adat-istiadat dan budaya di dunia ini pada umumnya, anggota keluarga akan panik dan bingung apabila di saat tamu hadir, mereka kekurangan jamuan makan atau minum. Dengan demikian makna “kekurangan” dalam konteks ini bukan dalam pengertian hidup dalam kemiskinan, tetapi tidak mampu memenuhi di saat yang dibutuhkan.

Umumnya pesta pernikahan telah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang. Mereka telah menghitung jumlah konsumsi dan menyediakan cadangan apabila jumlah tamu yang datang melebihi perkiraan. Tetapi bagaimana apabila perhitungan tersebut meleset. Seluruh perencanaan yang dibuat pada hari H tersebut ternyata gagal mengantisipasi hal-hal yang di luar dugaan. Krisis terjadi. Mereka tidak dapat menemukan jalan keluar di saat yang krusial itu. Mereka tidak dapat membeli makanan dan minuman ekstra walau memiliki banyak uang. Sebab untuk membeli dalam jumlah banyak di waktu yang sangat sempit tidaklah mungkin. Dalam kondisi itu kehormatan dan nama baik keluarga sedang dipertaruhkan. Namun dalam kondisi yang sulit itu hadirlah diri Yesus yang mampu menyelesaikan permasalahan yang krusial tersebut. Melalui kehadiran Kristus, tersedia anggur yang terbaik dan melimpah sehingga jamuan pesta pernikahan dapat berjalan dengan semarak. Para tamu dan undangan merasa puas dalam sukacita.

Pengalaman akan “kekurangan” seperti yang terjadi di kota Kana juga dapat terjadi dalam kehidupan kita. Misalnya kita telah mempersiapkan segala sesuatu dan mengantisipasi hal-hal yang terburuk, tetapi pada saat pelaksanaan ternyata seluruh perhitungan kita meleset. Pemikiran yang matang dan perencanaan yang terbaik ternyata gagal mengantisipasi beberapa hal sehingga menimbulkan gangguan serius. Kita tidak tahu bagaimana harus mengatasi permasalahan tersebut. Seluruh sumber daya dan kemampuan (skill) yang kita miliki tidak berdaya menghadapi situasi itu. Namun di saat yang genting itu ternyata Tuhan menyediakan pertolongan yang tidak pernah terduga. Kita menemukan solusi di luar perencanaan dan perkiraan. Bahkan jalan keluar yang disediakan Tuhan tersebut melebihi daripada yang kita harapkan. Anugerah anggur keselamatan adalah pemeliharaan Allah yang melimpah di saat kita mengalami krisis dan tidak menemukan jalan keluar.

Peristiwa mukjizat Yesus mengubah “air menjadi anggur” sehingga kehidupan kita yang semula sedang “kekurangan” diganti dengan kelimpahan dapat terjadi dalam pengalaman iman kita. Saat terjadi kondisi krusial, kita mengalami pertolongan yang tak terduga. Apakah saat kita kehilangan pekerjaan, tetapi segera menemukan anugerah pekerjaan baru yang ternyata lebih baik. Pengalaman mempersiapkan seluruh acara yang sangat penting tetapi terjadi musibah yang tak terduga, namun ajaib kita mengalami pertolongan. Keajaiban tidak selalu terjadi, tetapi nyata dalam momen yang menentukan. Mukjizat itu nyata.

Refleksi
Narasi dalam Yohanes 2:1-11 sering dipakai dalam Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Pernikahan. Melalui pesan Yohanes 2:1-11 Pendeta menyampaikan nasihat agar dalam perjalanan pernikahan mereka senantiasa melibatkan Kristus, sehingga saat mereka “kekurangan anggur” maka Tuhan Yesus akan memenuhi mereka dengan kelimpahan air anggur yang terbaik yaitu kehangatan dan sukacita. Makna “anggur di sini” berarti kehangatan dan sukacita dalam relasi cinta-kasih yang dianugerahkan Allah dalam pernikahan mereka. Bukankah air anggur akan menghangatkan tubuh saat kita meminumnya? Kebenaran faktual kehangatan minum anggur dikaitkan dengan kebenaran simbolis tentang kehangatan dan sukacita dalam kasih suatu hidup pernikahan. Tanpa Kristus, hidup pernikahan umat Kristen akan senantiasa “hambar” seperti air tawar. Tetapi dengan kehadiran Kristus, hidup pernikhan kita yang tawar seperti air tawar diubah menjadi manis dan hangat seperti air anggur.

Penafsiran leksionaris utamanya perlunya memperhatikan konteks Tahun Gerejawi, yaitu saat ini kita sedang merayakan Minggu Sesudah Epifani. Makna perayaan Minggu Sesudah Epifani adalah umat diajak merenung dan menghayati penyataan Allah yang bekerja dalam sejarah kehidupan dan pergumulan umat manusia. Melalui Kristus, Allah menyingkapkan diri-Nya. Kehadiran Kristus merupakan manifestasi sehingga terlihat nyata oleh manusia. Kata epifani dari kata epipháneia dari kata kerja phainein (φαίνειν) yang berarti tampak. Karena itu makna kata epifani berkaitan dengan peristiwa “theofani” (theophany) yaitu penampakan diri Allah. Narasi kisah mukjizat yang dilakukan Yesus mengubah air menjadi anggur merupakan media manifestasi kehadiran Allah yang menyelamatkan di tengah pergumulan dan persoalan dua buah keluarga yang sedang melaksanakan pernikahan. Tanpa kehadiran Kristus, maka kedua keluarga yang menyelenggarakan pernikahan anak-anak mereka akan mengalami rasa malu yang tidak mudah dipulihkan. Keselamatan Allah juga berkaitan dengan pemulihan dari rasa malu yang berakibat secara psikologis dan sosial. Karena itu penafsir di era modern perlu memahami perasaan yang sensitif di dunia Timur tentang rasa malu yang begitu besar saat keluarga mempelai gagal memberi jamuan kepada para undangan yang menghadiri pernikahan yang sedang diselenggarakan.

Lebih khusus lagi dalam pernikahan umat Israel, anggur memiliki makna yang penting (bandingkan dengan pernikahan dalam adat Toraja yang wajib menyediakan babi untuk pernikahan tingkat Rampo Allo). Sebab dalam pernikahan Israel, melalui upacara Sheva Brakhot (Tujuh Berkat) didaraskan oleh seorang Rabi atau hazzan, kedua mempelai diberikan secawan anggur. Dengan demikian kedua mempelai minum air anggur setelah mereka menerima ketujuh berkat. Para tamu undangan juga menikmati air anggur sebagai tanda sukacita atas berkat yang dinugerahkan Allah kepada kedua mempelai. Dengan demikian anggur juga merupakan simbol berkat. Karena itu apabila mereka tidak memperoleh anggur akan merasa tidak mendapat berkat dalam upacara pernikahan kedua mempelai tersebut. Di Yohanes 15:1 menyatakan: “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Ucapan Yesus dilatarbelakangi oleh makna “anggur” sebagai simbol keselamatan yang dianugerahkan Allah. Karena itu barangsiapa yang tinggal di dalam Dia akan menghasilkan buah keselamatan (Yoh. 15:5). Kristus adalah anggur yang sesungguhnya. Karya mukjizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur pada hakikatnya menunjuk kepada Dia sebagai anggur sejati, yaitu sebagai sumber keselamatan Allah.

Karya Kristus yang mengubah air menjadi anggur adalah karya mukjizat ilahi. Sebab dari sudut kimiawi terjadi perubahan zat yang fundamental. Karena kita tahu zat air (H2O) terdiri dari hidrogen dan oksigen, tetapi dalam buah anggur mengandung Vitamin C, A, B (thiamin), E dan K (kalium). Air buah anggur mengandung antioksidan dan serat yang tinggi, sehingga air buah anggur memiliki khasiat meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penyakit kanker. Karya mukjizat Kristus yang mengubah air menjadi anggur menyatakan bahwa Dia sebagai Sang Sumber Keselamatan menyediakan anugerah pemeliharaan ilahi yang sempurna, sehingga mengaruniakan keselamatan yang utuh dalam kehidupan setiap umat yang percaya kepada-Nya. Bahkan dalam peristiwa Perjamuan Malam Terakhir (the Last Supper) Tuhan Yesus menjadikan air anggur untuk melambangkan “darah-Nya.” Makna darah dalam pemahaman iman umat Israel sebagai nyawa segala mahluk. Di dalam darah terdapat kehidupan, sehingga umat Israel dilarang untuk makan darah. Imamat 17:14 menyatakan: “Karena darah itulah nyawa segala makhluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel: Darah makhluk apapun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk: setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.” Karena itu melalui darah Kristus, umat manusia ditebus dan diperdamaikan dengan Allah.

Dalam teks Yohanes 2 tidak terlalu jelas kapankah terjadi perubahan air menjadi anggur. Apakah pada saat Yesus berkata: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta” ataukah sebelum dicedok telah terjadi perubahan air menjadi anggur. Tetapi yang pasti karya mukjizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur adalah karena kuasa firman yang diucapkan-Nya. Firman yang diucapkan Yesus memiliki daya kreatif untuk melakukan penciptaan. Karya penciptaan dalam konteks ini terjadi dari sesuatu yang sudah ada berupa air diubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda, yaitu anggur. Dalam peristiwa mukjizat mengubah air menjadi anggur, Yesus melakukan creatio ex-nihilo. Makna creatio ex-nihilo tidak senantiasa menunjuk pada peristiwa penciptaan dari yang tidak ada (dalam arti “kosong” alias nihil). Tetapi makna “nihilo” dapat berarti menciptakan dari sesuatu yang “tidak berarti” menjadi sesuatu yang berarti. Bandingkan karya mukjizat Yesus yang menggandakan lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang. Penggandaan roti untuk lima ribu orang berasal dari lima roti yang tersedia. Dengan demikian Allah di dalam Kristus juga akan membuat mukjizat sesuai dengan apa yang ada dan kita miliki. Melalui talenta dan karunia yang kita terima, Tuhan akan mengubah dan mengembangkannya lebih besar daripada yang dapat kita bayangkan asalkan hidup kita bersumber pada Kristus. Tuhan Yesus juga akan mengubah “air” dalam kehidupan kita untuk menjadi “anggur” dalam kehidupan kita untuk membawa kehormatan dan kemuliaan Allah bagi banyak orang.

Firman Tuhan akan mengubah dan membawa pembaruan apabila direspons dengan ketaatan. Dalam pernikahan di Kana yang sedang kekurangan anggur tidak akan terjadi mukjizat apabila para pelayan tidak bersedia mengisi enam tempayan dengan air. Firman Kristus adalah firman ilahi dan berkuasa serta berdaya-cipta, tetapi tidak akan membawa perubahan apapun apabila manusia yang menjadi alamatnya tidak mentaati dengan setia. Sebab melalui ketaatan akan melaksanakan firman tersebut, umat mengakui otoritas dan kuasa-Nya. Hambatan terbesar bagi umat untuk mengalami perubahan dan penciptaan yang baru adalah keengganan dan sikap keras-kepala mereka untuk melaksanakan firman Tuhan dengan setia. Ketidaktaatan adalah respons yang menolak secara sengaja karya penyelamatan Allah dalam kehidupan kita. Karena itu dalam ketidaktaatan tidak akan pernah tersedia anggur keselamatan dari Allah. Alasan utama dalam sikap ketidaktaatan adalah mereka menganggap tidak membutuhkan anugerah keselamatan yang ditawarkan Allah. Sebab mereka menganggap diri memiliki kebenaran yang dibanggakan dan tidak ingin menerima kebenaran yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dalam ketidaktaatan, umat akan membangun kebenaran menurut persepsi dan kehendaknya sendiri. Itu sebabnya kegagalan umat untuk mengalami kehidupan yang berlimpah bukan disebabkan oleh anugerah Allah yang kurang melimpah, tetapi karena kekerasan hati mereka untuk taat kepada firman Kristus. Sebaliknya sikap iman adalah spiritualitas yang membuka dan percaya sepenuhnya kebenaran dan firman Allah yang berkuasa dengan menyingkirkan sepenuhnya kebenaran diri sendiri, sehingga umat mengalami karya pembaruan dan keselamatan Allah.

Kekhususan narasi dari karya mukjizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur di Yohanes pasal 2 tidak terlepas dari peran Maria, ibu Yesus. Tampaknya peristiwa pernikahan di Kana terkait erat dengan hubungan kekeluargaan, sehingga Maria ibu Yesus diundang. Selain itu Maria memiliki peran yang cukup besar dalam pernikahan di Kana. Dia mengetahui masalah yang dihadapi oleh keluarga mempelai yang sedang kekurangan anggur untuk pesta pernikahan tersebut. Tetapi pada pihak lain Maria memiliki “otoritas” untuk memberi perintah kepada para pelayan. Maria berkata: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh. 2:5). Karena itu pertanyaan yang menggelitik adalah bagaimana seandainya Maria tidak menyampaikan informasi dan permohonan kepada Yesus? Apakah tanpa informasi dan permohonan Maria tidak akan terjadi mukjizat air menjadi anggur dalam pernikahan di Kana? Dalam konteks ini betapa sering gereja-gereja Protestan mengabaikan peran Maria dalam karya mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Tentu dengan mudah kita akan menjawab bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa dan mahatahu, sehingga Ia akan melakukan karya mukjizat menurut rencana dan kehendak-Nya. Tetapi dalam menafsirkan teks kita harus menghormati isi narasi yang dinyatakan secara tersurat (eksplisit). Peran Maria dinarasikan secara eksplisit dalam proses karya mukjizat Yesus di Kana. Walau dalam teks narasi di Yohanes 2:4 Yesus menegur ibunya dengan berkata: “Mau apakah engkau daripada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Dalam teks Terjemahan Baru dari LAI terdapat “penghalusan” ungkapan. Karena LAI memakai kata “ibu” yang seharusnya ungkapan “wanita” sebab dalam Yohanes 2:4 memakai kata “gyne.” Kata gyne menunjuk pada kedudukan seorang wanita dalam berbagai usia dan status pernikahan atau tidak menikah. Ungkapan dan panggilan Yesus yang menyebut ibu-Nya dengan kata “gyne” adalah menunjuk pada otoritas-Nya sebagai Sang Anak Allah. Bukti ungkapan Yesus didasarkan pada otoritas-Nya sebagai Anak Allah adalah kata gyne tersebut ditempatkan dalam konteks pernyataan Yesus bahwa waktu-Nya belum tiba.

Dalam kisah kekurangan anggur dalam pernikahan di Kana peran Maria tidak dapat diabaikan, tetapi pada pihak lain karya Yesus untuk bertindak didasarkan pada kehendak dan rencana-Nya. Kata “waktu” dalam konteks ini dipakai kata hora. Makna kata hora untuk menunjuk pada waktu atau musim tertentu yang ditetapkan oleh hukum alam dan akan kembali sesuai tahun bergulir. Dengan demikian makna kata hora menunjuk pada hakikat waktu yang sudah ditetapkan. Karya mukjizat yang dilakukan oleh Yesus bukan didasarkan pada tuntutan situasi, tetapi utamanya didasarkan pada pemberlakuan rencana Allah dalam situasi itu. Yesus menempatkan diri-Nya sebagai pengendali situasi daripada sekadar seorang tokoh yang reaktif dalam menghadapi suatu situasi. Karena itu peristiwa mukjizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah. Di Yohanes 2:11 redaktur memberi kesimpulan dan tanggapannya, yaitu: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya, dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.” Karya mukjizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur menjadi media untuk menyatakan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah. Kemuliaan Kristus yang dinyatakan melalui mukjizat air menjadi anggur adalah kemuliaan yang menghadirkan sukacita bagi keluarga mempelai dan setiap orang yang menghadiri pernikahan di Kana tersebut. Kemuliaan yang dihadirkan Kristus adalah kemuliaan yang mendatangkan keselamatan.

The Revised Common Lectionary menghubungkan narasi karya mukjizat Yesus mengubah air menjadi anggur dengan kesaksian Yesaya 62:1-5. Kota Sion yaitu Yerusalem menjadi tempat kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Yerusalem yang semula diluluhlantakkan sehingga menjadi reruntuhan akan diubah menjadi tempat Allah menyatakan kebenaran dan keselamatan-Nya. Dengan kehadiran Allah, kota Yerusalem akan menjadi suluh yang bersinar terang. Akibatnya bila semula bangsa-bangsa mentertawakan dan menghina kota Yerusalem, mereka akan berbalik memuji akan kemuliaan yang dipancarkan. Kota Yerusalem akan memiliki “nama baru” (Yes. 62:2). Bahkan Yerusalem akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan (Yes. 62:3). Dengan kehadiran Allah di tengah umat-Nya Yerusalem akan menjadi tempat yang berkenan bagi Allah. Sangat menarik kota Yerusalem juga disimbolkan sebagai seorang wanita yang didampingi suaminya. Dengan demikian relasi Allah dengan umat-Nya (Yerusalem) digambarkan seperti hubungan suami-istri. Hubungan teks narasi Yohanes 2:1-11 dengan Yesaya 62:1-5 yaitu:

  1. Allah di dalam Kristus adalah Allah yang bertindak dalam sejarah, kehidupan dan pergumulan umat-Nya. Di tengah-tengah krisis dan kehidupan yang runtuh, Allah menciptakan kehidupan baru sehingga umat memiliki pengharapan.
  2. Krisis pernikahan di Kana yang kekurangan anggur diumpamakan seperti Yerusalem yang pernah mengalami keruntuhan tetapi diselamatkan Allah. Karena itu baik kota Kana maupun Yerusalem menjadi tempat yang mendapat perhatian oleh bangsa-bangsa sebab terpancarlah kemuliaan Kristus yang mendatangkan keselamatan.
  3. Kedua teks bacaan mempersaksikan betapa berharganya nilai relasi antara Allah dengan umat-Nya yang diumpamakan dengan keharmonisan relasi antara seorang mempelai laki-laki dengan mempelai perempuan. Selain itu Allah peduli keharmonisan relasi keluarga mempelai dengan masyarakat di sekitarnya. Kehadiran Yesus yang mengadakan mukjizat di Kana adalah wujud kepedulian-Nya terhadap keharmonisan relasi antara keluarga mempelai dengan anggota masyarakat agar keluarga mempelai tidak merasa malu dengan keterbatasan mereka.

Relasi Allah dengan umat-Nya dinyatakan dengan kasih-setia yang memelihara sehingga umat diberi makan dan minum di Bait-Nya. Mazmur 36:9 menyatakan: “Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.” Dengan demikian karya Kristus yang membuat mukjizat di Kana merupakan wujud kasih-setia Allah yang mengenyangkan umat-Nya dengan makanan dan minuman. Makna “kasih-setia Allah” diungkapkan dalam dua pengertian, yaitu: checed yang berarti belas-kasihan, dan ‘emuwnah yang berarti kesetiaan. Dua tabiat Allah yang berbelas-kasihan dan setia menjadi landasan etis manifestasi-Nya di dalam Kristus, sehingga pekerjaan mukjizat-Nya dilakukan karena belas-kasihan kepada mereka yang menderita dan kesetiaan-Nya yang melampaui semua pikiran manusia.

Tindakan Kristus mengubah air menjadi anggur yang dilandasi oleh belas-kasihan dan kesetiaan pada hakikatnya dilakukan untuk kebaikan seluruh umat. Apapun karunia Roh yang terjadi termasuk karya mukjizat dari Allah adalah untuk kepentingan bersama.

Tujuan utama dari Sembilan karunia Roh adalah: “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1Kor. 12:7). Dengan demikian makna dan inti bacaan dari Surat 1 Korintus 12:1-11 mendukung dan menguatkan narasi Yohanes 2:1-11 bahwa karya mukjizat Yesus di Kana adalah untuk menyatakan kemuliaan-Nya yang mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat yang hadir dalam pernikahan tersebut.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono