Latest Article
Unlimited Spirit (Karya Roh dalam Sejarah Universitas Kristen Maranatha)

Unlimited Spirit (Karya Roh dalam Sejarah Universitas Kristen Maranatha)

Deskripsi dari Data Sejarah

Keberadaan Universitas Kristen Maranatha hadir di tengah-tengah problem yang dihadapi 130 mahasiswa Fakultas Kedokteran UKI Immanuel. Sebab di Universitas Kristen Indonesia Immanuel mengalami masalah intern yang tidak menemukan jalan keluar. 130 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UKI Immanuel tersebut melepaskan diri pada tanggal 4 Juli 1964 di Lycuem Jl. Ir. H. Juanda Bandung.

Sebelumnya para mahasiwa Fakultas Kedokteran tersebut telah menghadap dan melapor kepada Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) dan Wakil Perdana Menteri yaitu Dr. J. Leimena, Badan Pendidikan Kristen (BPK) Jabar, UKI Jakarta dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tetapi semua usaha tersebut gagal.

Dalam situasi itu Pdt. Gouw Gwan Jang dari GKI dan Pdt. Jakin Elya dari GKP minta dukungan dari Intelgensia Kristen Indonesia cabang di Bandung. Tetapi tidak didukung, sehingga berlarut-larut tidak ada penyelesaian.

Upaya penyelesaian masa depan 130 mahasiswa Fakultas Kedokteran UKI Immanuel tersebut ditempuh dalam pertemuan tanggal 29 Desember 1964 di Lycuem Bandung. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para tokoh gereja dan masyarakat, yaitu perwakilan dari gereja-gereja Kristen, Sinode GKI dan Sinode GKP, DGI, PIKI, Yayasan Pendidikan Kristen, Majelis Daerah Pendidikan Kristen (MDKP), para pendeta, dermawan, dan cendikiawan, orang tua mahasiswa dan para mahasiswa. Tetapi tidak menemukan jalan keluar.

Namun peserta digugah saat perwakilan dari Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI) di akhir sambutannya menyatakan: “Ketuklah pintu maka akan Kubuka, dan mintalah maka akan Kuberi….. anak-anak kalian telah berulang kali meminta kepada kami, juga kepada Bapak-bapak terutama dari pihak PIKI untuk dibuatkan wadah bagi mereka. Tegakah kalian melihat mereka terlantar?”

Terhadap pernyataan Wakil dari DGI tersebut kemudian direspons secara spontan dr. J.E. Siregar (Ketua PIKI cabang Bandung). Saat itu juga J.E. Siregar menyatakan kesediaannya mendirikan Universitas Kristen di Bandung. Pernyataan dr. J.E. Siregar tersebut didukung oleh sinode Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Kristen Pasundan. Langkah berikutnya pada tanggal 14 JUni 1965 dibuatlah Akte Pendirian Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha oleh Notaris Lie Kwee Nio di Bandung.

Pada tanggal 11 September 1965 pukul 17.00 bertempat di GKI Jabar Jl. Kebon Jati 100 diresmikan berdirinya Universitas Kristen Maranatha. Hadir dalam acara peresmian itu adalah: dr. Hasan Sadikin mewakili UNPAD, Gurbernur Jabar Bapak Mashudi, Pdt. Tan How Siang Sekjen Sinode GKI, dr. Hasin Boesoirie Direktur RSUP Ranca Badak (sekarang RSUP Hasan Sadikin), dan Ir. Go Pok Oen, Ny. J. Leimena, Mawawi MSc, dr. Median Sirait selaku tokoh-tokoh cendekiawan Kristen.

Refleksi Iman atas Sejarah UKM

Jalan keluar di tengah-tengah situasi yang pelik terpecahkan saat Wakil DGI (sekarang: PGI) menyitir ayat Firman Tuhan, yaitu: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Umat percaya mendapat janji dari Kristus bahwa doa dan permohonan kepada-Nya tidak pernah sia-sia. Di Matius 7:8 Tuhan Yesus berkata: “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sikap iman terhadap firman Tuhan tersebut direspons oleh dr. J.E. Siregar untuk mendirikan Universitas Kristen di Bandung. Sesungguhnya kutipan ayat tersebut merupakan pernyataan Roh Allah yang tidak terbatas pada makna hurufiah dan kata-kata yang menghibur belaka, tetapi mampu menjadi unlimited spirit yang membawa perubahan. Makna unlimited spirit merupakan manifestasi Roh Allah dan kuasa-Nya yang tak terbatas untuk menggerakkan, menginspirasi dan membuka jalan baru, yaitu realitas yang tidak pernah dapat diselesaikan dengan cara-cara manusiawi. Dari kondisi problematik yang dihadapi oleh 130 mahasiswa Fakultas Kedokteran UKI Immanuel, sehingga tidak ada satupun institusi negara, pendidikan Kristen dan organisasi intelektual Kristen saat itu berubah menjadi suatu realitas baru. Realitas baru tersebut adalah berdirinya Yayasan Perguruan Tinggi Maranatha untuk menaungi Universitas Kristen Maranatha.

Karya Roh yang unlimited bekerja dari situasi ketiadaan. Sebab saat awal berdirinya YPTKM tidak memiliki aset apapun. Saat itu YPTKM tidak memiliki satu bangunan untuk pendirian suatu Perguruan Tinggi, tidak memiliki dana sepeser pun, dan Sumber Daya Manusia juga tidak tersedia. Modal utamanya adalah sikap iman yang percaya bahwa setiap orang yang meminta akan menerima dan setiap orang yang mencari akan mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Landasan pendirian Universitas Kristen Maranatha adalah percaya pada janji Kristus dan rencana keselamatan-Nya. Di Kejadian 1:2 menyatakan: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Bumi belum berbentuk dan kosong (tohu wabohu) menunjuk situasi yang kacau-balau, sama sekali tidak memiliki daya hidup dan realitas. Apalagi bumi dan samudera raya ditutupi oleh gelap-gulita (chosyek) yang menunjuk pada situasi kegelapan dan kematian. Tetapi kondisi tohu wabohu dan chosyek tersebut berubah total saat Allah berfirman: “Jadilah terang” (Kej. 1:3). Manifestasi unlimited spirit terjadi karena Firman Allah berkarya. Firman Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada (creatio ex nihilo). Demikian pula keberadaan Universitas Kristen Maranatha terjadi karena firman Allah berkarya, sehingga mampu hadir dari situasi ketiadaan.

Dari refleksi teologis tersebut di atas, maka keberadaan institusi dan civitas-akademika Universitas Kristen Maranatha memiliki aspek-aspek spiritualitas sebagai berikut, yaitu:

  1. Kristus dan firman-Nya sebagai sumber kebenaran Allah, otoritas ilahi dan inspirasi.
  2. Nilai-nilai iman Kristen (NHK) sebagai landasan dari semua kebijakan, pola hidup, dan visi-misi Universitas Kristen Maranatha.
  3. Respons iman dari setiap civitas-akademika yang dinyatakan dalam sikap setia dan taat kepada Kristus dan firman-Nya.
  4. Kesediaan diri untuk dipimpin oleh Roh Allah yang tidak terbatas (unlimited), sehingga menghasilkan daya cipta, yaitu creatio ex nihilo.
  5. Karya Roh senantiasa membawa pembaruan, pemulihan dan damai-sejahtera dalam setiap dimensi kehidupan.

Implemetasi Spiritualitas Iman Kristen

  1. Kristus dan Firman-Nya adalah Tuhan, Sang Juru-selamat. Sebab Kristus adalah inkarnasi Sang Firman Allah menjadi manusia, sehingga Dia benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Karena itu keilahian-Nya sehakikat dengan Sang Bapa dan Roh Kudus. Keberadaan Kristus bukan dengan pemahaman Unitarianisme yang menghayati Kristus sebagai Pribadi Ilahi yang lebih rendah atau perspektif modalisme yang menganggap Kristus sekadar manifestasi Allah dengan nama yang berbeda. Sebaliknya relasi Kristus dengan Allah dan Roh Kudus adalah relasi yang Trinitarianisme yang ketiga-Nya adalah esa namun tidak melebur dan tidak terpisah. Relasi Allah secara Trinitarian menempatkan Bapa-Firman-Roh Kudus sehakikat, kekal dan bersekutu dalam kasih ilahi. Dengan pemahaman ini pengakuan sebagai institusi Perguruan Tinggi Kristen, Universitas Kristen Maranatha mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juru-selamat. Kristus bukan sekadar Nabi, tetapi juga Imam dan Raja yang kekal. Sebagai Tuhan dan Juru-selamat, karya penebusan Kristus adalah sempurna. Dalam simbol atau logo Universitas Kristen Maranatha diungkapkan dengan lambang Salib.
  2. Nilai-nilai Hidup Kristen adalah pengejawantahan kehidupan, pengajaran dan karya keselamatan Kristus yang dirangkum menjadi seperangkap nilai-nilai iman dan spiritualitas sebagai tolok-ukur dan sumber nilai-nilai kehidupan civitas-akademika Universitas Kristen Maranatha. Nilai-nilai Hidup Kristen dirangkum menjadi tiga pilar yaitu Integritas, Kepedulian dan Keprimaan. Tiga pilar spiritualitas yang menjadi core-value Universitas Kristen Maranatha dijabarkan sebagai berikut, yaitu:
  • Spiritualitas penyangkalan diri dalam core-value “Integrity” (integritas) adalah:
    • Kejujuran yang diwujudkan dalam tindakan yang menolak segala bentuk plagiarisme, berdusta, memanipulasi sumber data/informasi/keuangan, dsb.
    • Tranparansi diri yang diwujudkan dalam tindakan yang menolak segala bentuk kemunafikan, sikap mendua/berpura-pura.
    • Konsistensi yang diwujudkan dengan sikap yang dilandasi oleh prinsip-prinsip etis-moral dan kebijaksanaan ilahi sehingga menjunjung kebenaran, tidak bersikap plin-plan, dan mencari rasa aman yang semu.
    • Komitmen yang diwujudkan dengan sikap taat pada firman Tuhan dan prinsip/peraturan yang telah disepakai bersama oleh lembaga UKM.
    • Kredibilitas yang diwujudkan dengan sikap yang dapat dipercaya, memiliki akuntabilitas, bertanggungjawab, dan tidak mencari kambing-hitam.
    • Kerendahan-hati yang diwujudkan dengan kesungguhan menghargai harkat dan martabat sesama, memberi pujian yang tulus, menyampaikan kritik/ teguran dengan kasih, kesediaan untuk ditegur, tidak bersikap arogan dan menyalahgunakan jabatan/ kekuasaan.
    • Kesalehan yang diwujudkan dalam kesetiaan dalam ibadah, mendengar dan membaca firman Tuhan, berdoa dan bertindak dalam nilai-nilai etis Injil.
  • Spiritualitas penyangkalan diri dalam core-value “Care” (Kepedulian) adalah:
    • Empati yang diwujudkan dengan ketulusan untuk menempatkan diri di posisi sesama sehingga mampu memahami secara utuh situasi, keberadaan, penderitaan, dan pergumulan yang sedang dialami orang lain.
    • Kemurahan-hati yang diwujudkan dengan kesediaan membantu dengan tulus terhadap pergumulan, kesulitan, dan beban orang lain.
    • Hospitalitas yang diwujudkan dalam keramahtamahan yang tulus, sikap bersahabat, menolak membicarakan kekurangan/kelemahan orang lain di belakang (gosip), tidak berprasangka, dan tidak memfitnah.
    • Kesetaraan yang diwujudkan pola pikir dan tindakan yang tidak diskriminatif, yaitu: tanpa membedakan sesama berdasarkan perbedaan latar-belakang suku, agama, gender, budaya dan filosofi.
    • Kemitraan yang diwujudkan dalam relasi kerjasama, persahabatan, berpatner/kawan sekerja sehingga setiap bidang mampu menjadi tim yang solid dan sinergis untuk melakukan kepedulian di berbagai elemen masyarakat.
    • Pemberdayaan dengan tujuan edukatif yaitu menggali berbagai potensi dan karunia yang dimiliki orang-orang yang dibantu sehingga mereka mampu menemukan kekuatan, kepercayaan dirinya dan memupuk kemandirian yang kreatif-produktif.
    • Berkurban yang diwujudkan dalam kerelaan dan keikhlasan menyediakan diri, mempersembahkan waktu, pikiran dan tenaga bagi orang lain sehingga sesama mengalami situasi dihargai, diakui dan diterima dalam kasih Kristus.
  • Spiritualitas penyangkalan diri dalam core-value “Excellence” (keprimaan) adalah:
    • Karya-karya yang inspiratif dan transformatif yang diwujudkan dengan prinsip-prinsip etis-akademis sehingga menjadi acuan yang inspiratif dan membawa pembaruan dalam lingkup nasional dan internasional.
    • Pola kerja yang terukur secara kualitatif, estetik dan sistematik sehingga menghasilkan keprimaan dalam setiap lingkup/bidang di UKM.
    • Pengembangan diri baik secara otodidak maupun terencana sehingga mampu menghasilkan insan-insan yang berkualitas secara akademis, dan memiliki skill/kemampuan yang piawai.
    • Riset yang kreatif dan inovatif yang diwujudkan dalam pencarian yang tiada henti untuk berkreasi dan melakukan penelitian sehingga mampu menemukan gagasan-gagasan dan pola kerja yang baru, efisien, efektif, dan kontekstual.
    • Hikmat-marifat yang diwujudkan dalam pola pikir yang bijaksana dalam terang Roh Kudus sehingga mampu memberi pertimbangan yang holistik, tepat sasaran dan membangun kehidupan bersama.
    • Visioner yang diwujudkan dalam sikap yang mampu berpikir ke arah masa depan, memiliki cita-cita/mimpi, dan upaya untuk mencapainya secara operatif yang dilandasi oleh analisa situasi dan kemampuan memprediksi sehingga mampu mengantisipasi berbagai halangan/hambatan.
    • Membangun kemitraan yang sinergis sehingga setiap insan dan bidang mampu menjadi tim yang solid dan handal dalam menangani suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat dan negara.
  1. Respons Iman adalah sikap proaktif civitas-akademika yang lahir dari pembaruan Roh Kudus sehingga mampu merespons karya penebusan dan firman Kristus dengan sikap setia dan taat. Melalui respons iman, setiap civitas-akademika dimampukan untuk mengejawantahkan kehidupan Kristsus dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Hidup Kristen bukan dilakukan sebagai suatu kewajiban belaka, tetapi suatu panggilan hidup.
  2. Dipimpin oleh Roh adalah orientasi kehidupan setiap civitas-akademika yang terbuka untuk dikendalikan kepada kehendak Roh Allah. Kehendak Roh adalah anugerah Allah yang memampukan kita untuk hidup yang tidak dikuasai oleh keinginan daging. Roma 8:6 menyatakan: “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Lingkup keinginan daging dalam kehidupan di Universitas pada umumnya adalah: orientasi hidup yang dikuasai oleh materi sehingga tugas Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian dilakukan untuk mencari uang, superioritas diri dengan prestasi akademik dan posisi struktural sehingga melahirkan kesombongan dan sikap memandang rendah para rekan dosen yang dianggap tidak setara, dikuasai oleh perasaan berkuasa sebagai dosen sehingga memperlakukan para mahasiswa yang berlawanan dengan kode-etik pengajar, dan plagiarisme yaitu penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.
  3. Mempraktikkan pembaruan hidup bersama sesama adalah komitmen dan spiritualitas setiap civitas-akademika yang dibuktikan dalam praktik hidup sehingga menghasilkan suatu pola hidup yang berintegritas, peduli dan prima dalam setiap perilaku. Praktik pembaruan hidup tersebut memiliki tolok-ukur yang dinyatakan dalam penghargaan kepada sesama tanpa memandang suku, etnis, agama, tingkat sosial dan pendidikan. Penghargaan yang tulus dan bebas dari sikap memandang rendah atau mem-bully Karena itu dalam realitas pembaruan hidup, setiap civitas-akademika tidak melakukan kekerasan secara verbal dan fisik tetapi kehidupannya mendatangkan damai-sejahtera dan pemulihan.

Spirit Insan Maranatha
Spirit insan civitas-akademika Universitas Kristen Maranatha adalah bersumber pada firman Kristus dan karya Roh Kudus yang tanpa batas. Melalui firman dan Roh-Nya kita telah memiliki pengalaman iman yang mampu membongkar kebekuan situasi dan menemukan jalan keluar yang kreatif dan transformatif. Sejauh setiap insan Maranatha konsisten dengan taat dan setia kepada Kristus, maka Universitas Kristen Maranatha akan mampu menghadapi setiap hambatan, persoalan dan tantangan yang berat. Secara aplikatif setiap insan Maranatha dipanggil untuk menghidupi Nilai-nilai Hidup Kristen yang diwujudkan dalam integritas-diri, kepedulian dan keunggulan (Integrity, Care, Excellence). Jika setiap insan Maranatha menghidupi NHK-ICE, maka Universitas Kristen Maranatha akan menjadi universitas yang unggul dan menjadi berkat bagi masyarakat, serta menjadi agen perubahan yang konstruktif dalam lingkup nasional serta dunia.

Sikap iman yang digerakkan oleh karya Roh yang tanpa batas (unlimited-spirit) menginspirasi dan menjadi daya gerak untuk melakukan riset yang mendalam dan holistik. Sebab Roh Allah senantiasa menggerakkan umat untuk menemukan makna misteri dalam kehidupan ini. Kebenaran perlu didasari pada realitas pengalaman nyata dan penelitian yang mendalam sehingga menjadi penemuan yang teruji. Penemuan yang teruji akan menjadi media yang memberkati dan membuka wawasan banyak orang. Sebagaimana karya Roh Allah yang berdaya-cipta dalam creatio ex nihilo, demikian pula karya Roh dalam kehidupan civitas-akademika Universitas Kristen Maranatha. Karya Roh Allah akan menjadi api yang membuat passion setiap insan Maranatha bergelora dengan semangat untuk mempersembahkan hidup dan talentanya kepada kemuliaan Tuhan. Daya cipta yang dilakukan para insan Maranatha melalui penelitian, pengajaran dan pengabdian adalah untuk kemuliaan Kristus dan Kerajaan-Nya.

Melalui karya Roh Allah yang tidak terbatas (unlimited-spirit) memampukan para civitas-akademika untuk gesit (agile) dalam menghadapi perubahan dan tantangan zaman. Secara dinamis kita dimampukan untuk proaktif untuk menanggapi dan menjawab berbagai problem yang terjadi. Sikap proaktif tersebut lahir dari praxis, yaitu aksi yang dilandasi oleh refleksi sehingga menghasilkan suatu tindakan yang kreatif-inovatif. Karena itu kita dimampukan untuk menghadapi berbagai perubahan zaman termasuk tantangan era di tengah-tengah Generasi Z. Yang mana ciri pada era di Generasi Z adalah kecanggihan AI (Artificial Intelligence), yaitu kecerdasan buatan yang semakin pintar. Bagaimana kita mampu mengembangkan daya kreatif dan kebijaksanaan yang tidak mampu dilakukan oleh AI. Pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Kristen Maranatha menjadi media pengembangan manusia seutuhnya yang membentuk karakter dan spiritualitas setiap civitas-akademika dengan nilai-nilai iman Kristen.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, M.Th.