Pertanyaan:
- Banyak orang yang berpikiran kita tidak perlu ke gereja setiap minggu karena kalau kita berbuat baik, dengar kotbah di radio-radio juga bisa. Kita tidak harus setiap Minggu datang di kebaktian di gereja.
- Menyambung pertanyaan diatas, sekarang khan banyak pak Yohanes fasilitas-fasilitas yang bisa kita nikmati untuk mendengarkan kotbah, seperti di radio2, audio streaming di HP dll, bagaimana kita menyikapi semua fasilitas yang ada dengan kita kebaktian langsung di gereja.
- Kenapa orang jahat yang tidak percaya Tuhan pun diberkati, mereka hidup senang berlimpah harta, kadang malah berbeda dengan kita yang sudah percaya, melayani Kristus tapi hidup kita menderita dan banyak masalah.
Jawaban:
- Hidup beriman dan keselamatan sering dipahami sebagai pengalaman rohani yang sifatnya pribadi sehingga nilai persekutuan umat diabaikan. Karena makna iman dan keselamatan dipahami secara pribadi belaka, maka beberapa orang menganggap bahwa dia tidak perlu beribadah di gereja. Dia bisa mendengar khotbah dan nyanyian gerejawi melalui peralatan teknologi, radio, youtube, televisi, atau via computer. Namun benarkah makna iman dan keselamatan hanya bersifat pribadi? Di seluruh Alkitab, karya penyelamatan Allah dan penyataan-Nya tidak pernah pribadi. Allah selalu menyapa umat dalam bentuk jamak, yaitu persekutuan umat. Itu sebabnya umat Allah disebut dengan “Kahal Yahweh.” Demikian pula gereja disebut dengan “ekklesia” yang artinya umat yang dipanggil Allah keluar dari dunia untuk diutus ke dalam dunia. Memang Allah pertama-tama memanggil Abraham secara pribadi, namun tujuannya untuk membentuk bangsa yang besar. Musa dipanggil Allah secara pribadi, namun untuk menyelamatkan umat Israel. Lalu di Sepuluh Firman Allah memerintahkan umat Israel untuk “menguduskan hari Sabat.” Pengudusan hari Sabat dilaksanakan oleh keseluruhan umat, bukan secara pribadi. Dari sisi kebutuhan spiritualitas, kita tidak akan dapat bertumbuh secara pribadi, sebab kita membutuhkan kehadiran orang lain. Orang lain bukanlah pelengkap, namun dia menentukan makna dan nilai keberadaan hidup kita. Jadi mereka yang sengaja tidak ke gereja di tengah umat adalah orang-orang yang individualistik dan menghadapi kesulitan dalam intern pribadinya dan hubungan sosial dengan orang lain.
- Peralatan teknologi yang kita miliki adalah sarana pelengkap, namun bukan berfungsi menggantikan yang utama dan esensial, yaitu relasi dan hidup bersama orang lain. Namanya saja alat, tentu tidak bisa menggantikan keunikan dan kehidupan bersama orang lain. Bila kita tidak kritis, peralatan teknologi tersebut dapat m mendorong kita menjadi orang-orang yang menderita “autis” (hidup dalam dunia imaginer yang terputus dengan realitas bersama orang lain). Dengan demikian fungsi peralatan tersebut dibutuhkan misalnya: saat kita dalam perjalanan, mengisi waktu saat kita sendirian, menambah wawasan dan pengetahuan, memperluas lingkup pergaulan, dan sebagainya. Namun hakikat persekutuan sebagai umat Allah yang hidup bersama dengan orang lain tidak boleh diabaikan. Karena itulah gereja disebut sebagai Tubuh Kristus. Makna “tubuh Kristus” menunjuk bahwa gereja terdiri dari berbagai organ yang saling melengkapi dengan fungsi yang berbeda-beda, sehingga dapat hadir dan berperan secara utuh sebagai seorang pribadi yang unik.
- Kita melakukan kriteria penilaian seseorang diberkati atau tidak sering berdasarkan pancaindra yang sifatnya fisik. Karena itu pandangan mata jasmaniah kita sering salah menilai. Misalnya seseorang yang pakaiannya bermerk, naik mobil mewah, rumah yang megah, dan berbagai asesoris yang mahal di tubuhnya akan kita sebut orang berbahagia. Namun setelah kita mengenal lebih dekat, orang-orang yang tampaknya diberkati tersebut ternyata menghadapi masalah kepribadian dan kerohanian yang serius, misalnya: tidak dapat tidur dengan nyenyak, anak-anaknya kecanduan narkoba, istri atau suami tidak lagi saling menyayang, terlibat hutang yang spektakuler, dan sebagainya. Demikian pula penilaian kita terhadap orang-orang yang hidupnya jahat sering kita lihat tampak menikmati kebahagiaan dan berkat. Pengalaman saya sebagai pendeta, ternyata mereka hanya tampak bahagia di bagian permukaan saja. Namun bagian di dalam kepribadian dan hidup keluarga mereka sering mengerikan. Mereka dimusuhi oleh banyak orang. Mereka selalu dikejar-kejar oleh ketakutan, serba gelisah, dan keinginan untuk mengakhiri kehidupan. Apalagi bila mereka memeroleh kekayaan dan kekuasaan dari kuasa kegelapan. Batin mereka begitu sengsara, tidak mampu hidup secara wajar, dan saat meninggalpun harus dengan penderitaan yang begitu menyakitkan. Jadi apa itu makna “berkat?” Berkat Allah bersifat abadi, mendatangkan kedamaian, sukacita, perasaan cukup, mampu bersyukur, hidup berdamai dengan orang lain, tidak punya musuh, dan keluarga yang saling menguatkan, anak-anak yang dapat menyelesaikan studinya dengan baik, sehat, dan kehidupan rohani yang matang serta berkualitas.
Salam sejahtera,
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono