Latest Article
Adonai Pesakh (Keluaran 12:12-37)

Adonai Pesakh (Keluaran 12:12-37)

“Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir” (Kel. 12:13).

Abstrak
Melalui peristiwa Pesakh, Allah menyatakan perlindungan-Nya kepada umat Israel yang waktu itu tertindas. Sebaliknya Allah menghukum Firaun dan Mesir yang puncaknya pada tulah kesepuluh, sehingga umat Israel akhirnya mengalami kemurahan bangsa Mesir dan keluar menuju tanah Terjanji. Dengan demikian umat Israel secara turun-temurun mengingat karya pembebasan YHWH dalam perayaan Pesakh dan mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk hidup taat dalam perjanjian-Nya, yaitu hidup kudus dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekitarnya. Di dalam Kristus, perayaan Pesakh umat Israel tergenapi. Sebab Kristus adalah Sang Anak Domba Allah yang menyelamatkan dan membebaskan manusia dari belenggu dan kuasa dosa.
Kata kunci: Pesakh, tulah, mengingat, karya penebusan Kristus

Latar-belakang
Allah memerintahkan Musa untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir. Untuk itu Musa harus menyampaikan kepada umat Israel dan Firaun rencana Tuhan tersebut. Musa menyadari bahwa tidaklah mudah menjelaskan dan meyakinkan umat Israel, apalagi Firaun untuk mengizinkan mereka. Keraguan dan pergumulan Musa tersebut disampaikan kepada Allah. Di Keluaran 4:1, Musa berkata kepada Tuhan: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?” Terhadap keraguan dan pergumulan Musa tersebut, Allah memberi tanda mukjizat berupa tongkat di tangan Musa yang dapat berubah menjadi ular. Selain itu Musa diberi mukjizat yaitu saat tangannya dikeluarkan dari dalam bajunya, tangannya berubah putih terkena kusta. Tetapi saat tangannya dimasukkan kembali ke dalam bajunya, maka tangan yang terkena kusta tersebut menjadi pulih Kembali (Kel. 4:6-7).

            Permohonan Musa kepada Firaun agar umat Israel dapat beribadah di padang gurun ternyata membuat Firaun semakin mengeraskan hati dengan memperberat beban perbudakan bagi umat Israel. Mereka tidak diberi jerami untuk membakar dan membuat batu bata. Perbuatan mukjizat yang dilakukan Musa yang mengubah tongkatnya menjadi ular ternyata tidak melunakkan hati Firaun. Itu sebabnya Allah menyatakan kuasa-Nya dengan membuat 10 tulah yaitu hukuman Allah secara bertahap kepada bangsa Mesir.

Tulah 1 (Kel. 7:14-25)Semua sumber air menjadi darah sehingga ikan-ikan dan semua kehidupan air lainnya menjadi mati (dam).
Tulah 2 (Kel. 7:26-8:11)Katak yang menjadi hama (tsfardeia)
Tulah 3 (Kel. 8:12-15)Nyamuk yang mematikan (kinim)
Tulah 4 (Kel. 8:16-28)Lalat pikat (arov)
Tulah 5 (Kel. 9:1-7)Penyakit pada seluruh hewan ternak (dever)
Tulah 6 (Kel. 9:8-12)Barah yang tidak tersembuhkan (sy’khin)
Tulah 7 (Kel. 9:13-35)Hujan es yang bercampur api (barad)
Tulah 8 (Kel. 10:1-20)Belalang (arbeh)
Tulah 9 (Kel. 10:21-29)Kegelapan (khosyekh)
Tulah 10 (Kel. 11:1-12:36)Kematian anak sulung bangsa Mesir (makat berkhorot)

Di setiap tulah yang terjadi, hati Firaun berubah menjadi lunak tetapi segera ia mengeraskan hati sehingga mencegah umat Israel keluar dari tanah Mesir. Hati Firaun melunak manakala tulah tersebut menyebabkan penderitaan bagi umat Mesir. Itu sebabnya Firaun memohon kepada Musa agar Tuhan menghentikan tulah-tulah tersebut. Namun ketika Allah menghentikan tulah-tulah tersebut, hati Firaun kembali menolak untuk mengizinkan umat Israel pergi. Puncaknya pada tulah ke-10 yaitu Allah menghukum seluruh anak sulung di Mesir. Dalam tulah ke-10 umat Israel diperintahkan Allah untuk melaksanakan perayaan Pesakh.

Pelaksanaan Pesakh
Perayaan Pesakh dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan dan berakhir pada tanggal 21 bulan Nisan. Penetapan Pesakh dapat kita lihat dalam Imamat 23:5-7. Di Imamat 23:5 perayaan Pesakh dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan (Maret-April) setelah pukul 6 sore, yaitu: “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN.” Tanggal 14 Nisan setelah pukul 6 sore sesungguhnya sudah memasuki tanggal 15 bulan Nisan, sebab umat Israel menghitung pergantian hari setelah matahari terbenam. Selama 7 hari umat Israel wajib makan roti yang tidak beragi (matzoh). Karena itu hari raya Paskah juga disebut dengan hari raya Roti Tidak Beragi.

            Permulaan perayaan Pesakh disebut dengan nama Seder yang berarti tata-cara, pengaturan. Dalam perayaan Pesakh Seder umat Israel melaksanakan ibadah dalam keluarga. Sesuai perintah Keluaran 13:8, maka dalam perayaan Pesakh Seder tersebut ayah dalam keluarga Israel menyampaikan kisah pembebasan yang dilakukan YHWH kepada umat Israel. Keluaran 13:8 berkata: “Pada hari itu harus kauberitahukan kepada anakmu laki-laki: Ibadah ini adalah karena mengingat apa yang dibuat TUHAN kepadaku pada waktu aku keluar dari Mesir.” Karena itu dalam perayaan Pesakh Seder merupakan media pembelajaran dan pewarisan nilai-nilai iman bagi generasi muda untuk mengenal karya keselamatan yang dilakukan YHWH. Selain itu dalam perayaan Pesakh Seder dibacakan teks Haggadah. Maksud dari teks Haggadah sebenarnya merupakan teks-teks yang disusun oleh para rabbi berdasarkan tradisi lisan dari Torah Musa.

            Pelaksanaan Pesakh Seder dengan tata-cara Haggadah secara garis besar sebagai berikut, yaitu: a). Menyampaikan berkat dan 4 cawan anggur (Kadesh), b). Mencuci tangan (ur’chatz), c). Mencelupkan karpas ke dalam air garam (karpas), d). Memecahkan roti yang tidak beragi (yachatz), e). Mengisahkan peristiwa Paskah (maggid), f). Pembasuhan tangan yang kedua (rachtzah), g). Pengucapan berkat (matzah), h). Memakan charoset  dan maror (maror), i). Makan malam (shulchan orech), j). Makan afikomen (tzafun), k). Berkat makan malam dan anggur (barech), l). Sambutan kepada nabi Elia (ashkenazi), m). Menyanyi dan meminum anggur (hallel), n). Penutup (nirtzah).  

Dalam tradisi umat Israel dikembangkan dua model pendidikan, yaitu sistem halakhah dan haggadah. Pola pengajaran “halakhah” berasal dari kata halakh yang artinya: “berjalan atau pergi.” Makna “halakhah” adalah jalan yang harus dilalui. Model “halakhah” diwujudkan dengan ketaatan kepada 613 hukum yang tertulis dalam Taurat Musa. Jumlah 613 hukum tersebut terdiri dari 365 hukum yang bersifat negatif (mitzvot lo taaseh), dan 248 hukum yang bersifat positif  (mitzvot aseh). Karena itu model halakhah bersifat mengingat, menghafal, taat dan melakukan secara objektif 613 hukum Taurat. Setiap kesalahan dalam melaksanakan model halakhah diberi sanksi agar setiap orang dapat waspada, cermat dan taat melakukan perintah Allah tersebut. 

Pola haggadah berasal dari kata “nagad” (menarik keluar, menceritakan, mengisahkan). Dalam pola “haggadah” tidak berisi tentang hal-hal yang dilarang atau diizinkan, tetapi pengajaran yang inspiratif.  Melalui  “haggadah” guru mengisahkan sejarah, kisah, puisi, nyanyian, perumpamaan, amsal, alegori, metafor, analogi, dan sebagainya. Pola “haggadah” mengandung nilai-nilai spiritual, kebijaksanaan, pencerahan, pemahaman yang mendalam, cara berpikir yang holistik dan humanistik.

HalakhahFormal, rigid, objektif, tegas, sanksi
HaggadahInformal, inspiratif, menggugah, keteladanan, memberi motivasi, kreatif dan kontekstual

Dengan demikian pelaksanaan Pesakh Seder merupakan pengembangan dari Keluaran 12. Cara umat Israel merayakan Pesakh dengan menyiapkan anak domba untuk setiap keluarga. Ketentuan anak domba tersebut adalah: “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing” (Kel. 12:5). Anak Domba itu harus disembelih pada waktu senja pada tanggal 14 bulan Nisan (Kel. 12:6). Daging anak domba itu harus dipanggang, bukan direbus; dan harus dimakan pada malam hari itu juga bersama dengan roti yang tidak beragi dan sayur pahit (Kel. 12:8). Sedang posisi saat umat Israel makan dalam perayaan Paskah adalah: “Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN” (Kel. 12:11).

Kekhususan perayaan Pesakh bagi umat Israel saat akan meninggalkan Mesir adalah darah anak domba Paskah tersebut harus dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan ambang atas. Keluaran 12:7 menyatakan: “Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.” Tujuan pembubuhan darah anak domba Paskah tersebut di tiang pintu dan ambang atas pintu adalah sebagai penanda agar rumah tersebut dilewati Tuhan. Keluaran 12:13 berkata: “Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.”

Masalah Anak Sulung dalam Peristiwa Paskah
Dalam menetapkan perayaan Paskah menjelang umat Israel keluar dari Mesir, kita menjumpai 2 kali Allah berfirman kepada Musa tentang rencana hukuman-Nya kepada anak-anak sulung bangsa Mesir. Di Keluaran 12:12, Tuhan berfirman: “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.” Allah menyatakan bahwa Ia akan menjalani tanah Mesir, lalu semua anak sulung dari anak manusia sampai anak binatang akan dibunuh. Hukuman Tuhan kepada anak-anak sulung bangsa Mesir terlihat di Keluaran 12:29, yaitu: “Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.”

            Timbul pertanyaan apa sebabnya Tuhan menghukum anak-anak sulung di tanah Mesir mulai anak sulung Firaun sampai kepada anak sulung orang tawanan, bahkan juga anak sulung hewan peliharaan? Bagaimana mungkin semua anak sulung bangsa Mesir dan hewan peliharaan dapat mati dalam satu malam?

            Sebutan khusus anak sulung adalah bekhor.  Kedudukan yang khusus dari bekhor terlihat dalam kasus Ruben sebagai anak sulung Yakub. Di Kejadian 49:3, Yakub berkata: “Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan.” Dalam konteks ini Ruben selaku anak sulung disebut oleh Yakub sebagai “kekuatanku” (kohi), permulaan kegagahanku (waresit owni), terutama dalam keluhuran (yater saet), dan terutama dalam kesanggupan/kekuasaan (wayeter az). Sangat jelas kedudukan anak sulung memiliki tempat yang tinggi dan terhormat dalam kehidupan umat Israel dan bangsa-bangsa Timur Tengah. Karena itu dalam hak waris, anak sulung memperoleh 2/3 bagian. Bahkan hak waris anak sulung tersebut wajib diberikan dalam kasus perkawinan poligami walau ia lahir dari isteri yang tidak dicintai. Ulangan 21:17 berkata: “Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan.”

            Walau anak sulung memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat bukan berarti tidak tergantikan. Kedudukan anak sulung dapat beralih kepada adiknya apabila ia memiliki karakter atau perbuatan yang tidak pantas. Kita mengetahui Ruben adalah anak sulung Yakub. Tetapi karena ia berkelakuan buruk dan membuat nista kepada ayahnya, maka kedudukan Ruben sebagai anak sulung diserahkan kepada adiknya bernama Yusuf. Sebab Ruben pernah menyetubuhi Bilha, gundik ayahnya (Kej. 35:22). Karena itu di kitab 1 Tawarikh 5:1 menyatakan: “Anak-anak Ruben, anak sulung Israel. Dialah anak sulung, tetapi karena ia telah melanggar kesucian petiduran ayahnya, maka hak kesulungannya diberikan kepada keturunan dari Yusuf, anak Israel juga, sekalipun tidak tercatat dalam silsilah sebagai anak sulung.”

            Dalam konteks kerajaan, seorang anak sulung memiliki hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Di kitab 2 Tawarikh 21:3 raja Yosafat dari Kerajaan Israel Selatan menyerahkan kedudukan raja kepada anak sulungnya, yaitu Yoram, yaitu: “Ayahnya memberikan kepada mereka banyak pemberian, berupa emas dan perak dan barang-barang berharga, juga kota-kota berkubu di Yehuda. Tetapi kedudukan raja diberikannya kepada Yoram, karena dialah anak sulungnya.” Anak-anak raja Yosafat yang lain, yaitu: Azarya, Yehiel, Zakharia, Azariahu, Mikhael dan Sefaca (saudara-saudara Yoram) hanya diberikan barang-barang berharga dan kota-kota yang berkubu sebab mereka bukan berkedudukan sebagai anak sulung. Sebaliknya yang berhak menyandang gelar raja adalah Yoram selaku anak sulung raja Yosafat. Karena itu tidak mengherankan jikalau kedudukan anak sulung dalam beberapa bagian kitab Kejadian dalam kasus Esau dan Yakub diperebutkan (bdk. Kej. 25:30-34; 27:21-36).

            Hukuman Tuhan yang membunuh anak-anak sulung dan hewan peliharaan bangsa Mesir hendak menyatakan bahwa bangsa Mesir kehilangan kesempatan bagi anak-anak sulungnya sebagai lambang kehormatan dan pengganti kekuasaan. Hukuman Tuhan kepada seluruh anak sulung dan hewan peliharaan bangsa Mesir di Keluaran 12:12 dihubungkan pula dengan “dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman.” Jadi dalam perayaan Paskah, YHWH selaku Tuhan menghukum kekuasaan pemerintahan, kekayaan dan para ilah (dewa-dewa) sembahan bangsa Mesir. Sebaliknya semua anak sulung bangsa Israel sejauh mereka tidak keluar rumah sebaliknya telah membubuhi tiang dan ambang atas pintu rumahnya dengan darah anak domba Paskah, mereka akan selamat (Kel. 12:13, 23).

Adonai Pesakh
Di Keluaran 12:23, YHWH berkata: “Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi.” Menurut penafsiran dari Jewish Studi Bible (TANAKH Translation) makna kata pesakh (p-s-h) sebenarnya adalah to protect (melindungi) (Adele Berlin and Marc Zvi Brettler. 1999, 128). Perintah YHWH kepada umat Israel agar mereka merayakan Pesakh adalah bertujuan mereka dilindungi dari hukuman yang akan dijatuhkan Allah kepada anak sulung bangsa Mesir. Melalui darah anak domba yang dibubuhkan di tiang dan ambang atas pintu rumah, maka keluarga umat Israel khususnya anak-anak sulungnya tidak akan mengalami kematian.

            Melalui tindakan YHWH yang “melewati” rumah-rumah Israel yang ditandai dengan darah anak domba, mereka mengalami perlindungan ilahi. Makna Adonai Pesakh adalah Allah adalah Pelindung dan penyelamat bagi umat-Nya saat mereka mengalami ancaman, penindasan dan penderitaan dari para penindasnya. Sebab Adonai Pesakh pada hakikatnya adalah Tuhan yang berkarya dalam sejarah dan realitas kehidupan umat percaya. Walau Adonai Pesakh adalah Allah yang Mahakuasa dan Mahatinggi (transenden), namun Ia berkarya secara imanen dalam realitas kehidupan umat manusia. YHWH adalah adalah Sang Pencipta (Khalik), tetapi sekaligus Ia pemelihara dan penyelamat manusia.

            Jikalau dinyatakan bahwa umat Israel diselamatkan oleh YHWH, maka berarti Allah menghukum bangsa Mesir dengan tangan-Nya sendiri. Di Keluaran 12:12 dengan jelas dinyatakan: “Aku akan menjalani tanah Mesir.” Demikian pula Keluaran 12:29 menyatakan:

“Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.” Dalam konteks ini Adonai Pesakh bertindak secara otonom menghukum bangsa Mesir dan menyelamatkan umat Israel. Tindakan YHWH tersebut juga dinyatakan dalam Ulangan 4:37, yaitu: “Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar.” Adonai Pesakh sebagai aktor utama. Ia sendiri yang bertindak! Yesaya 63:9 yang menyatakan: “….. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.” Jadi YHWH dalam menyelamatkan umat Israel tidak memakai pengantara misalnya malaikat. Tetapi Ia sendiri yang menyelamatkan dan menebus mereka dalam kasih-Nya.

            Bukankah para malaikat yang diciptakan seharusnya menjadi kaki-tangan YHWH untuk melakukan karya-Nya? Apa sebabnya YHWH harus bertindak sendiri untuk menyelamatkan umat Israel dan menghukum bangsa Mesir?

            YHWH adalah Allah sejarah. Ia bertindak untuk membawa sejarah umat manusia ke dalam rencana-Nya. Walau Ia adalah Allah yang Mahakuasa, tetapi bersedia masuk ke dalam proses ruang dan waktu dalam sejarah. YHWH tidak bertindak di luar proses peristiwa, hukum dan ketentuan yang berlaku. Karena itu untuk menghukum Firaun dan bangsa Mesir YHWH terlebih dahulu menetapkan perayaan Pesakh. Ia memerintahkan umat Israel untuk membubuhkan darah anak domba Paskah di tiang dan ambang atas pintu rumah mereka. Umat Israel juga diwajibkan makan Paskah dengan anak domba yang berumur 1 tahun dan tidak tercela dengan disertai sayur pahit (matzah).

            YHWH sebagai Allah sejarah sesungguhnya bertindak berdasarkan perjanjian anugerah-Nya. Dalam penyataan-Nya kepada Musa, YHWH memperkenalkan diri-Nya dengan deklarasi: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” (Kel. 3:6). Umat Israel diikat perjanjian dengan YHWH melalui para bapa leluhur mereka, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Sebagai Allah sejarah, YHWH melakukan karya-Nya berdasarkan kedaulatan kuasa-Nya. Tetapi pada yang sama YHWH memperhatikan perjanjian-Nya (berit) dengan umat Israel. Makna “perjanjian” (berit) merupakan ikatan relasi yang didasarkan pada kedaulatan Allah yang berkenan memilih dan memakai umat Israel sebagai kawan sekerja-Nya. Karena itu perayaan Pesakh sesungguhnya merupakan manifestasi perjanjian YHWH dengan umat Israel. Peristiwa penyelamatan yang dialami oleh umat Israel pada hakikatnya merupakan perjanjian anugerah YHWH kepada umat-Nya yang sedang tertindas dan menderita.

Pesakh dalam Kebangkitan Kristus
Menjelang Yesus ditangkap dan disalibkan, Ia mengadakan perjamuan Pesakh Seder. Karena itu Perjamuan Malam Terakhir sebagaimana yang dipersaksikan oleh kitab Injil-injil (Mat. 26:26-29; Mark. 14:22-25; Luk. 22:15-20) merupakan pelaksanaan Pesakh Seder. Yesus dan para murid-Nya merayakan Pesakh Seder sebagaimana yang dilakukan oleh umat Israel menjelang keluar dari tanah Mesir. Upacara pelaksanaan Pesakh Seder telah diulang di bagian atas (lihat: pelaksanaan Pesakh) yang mana setiap keluarga Israel makan roti, anak domba dan sayur pahit. Namun ada satu hal yang tidak tersedia dalam Perjamuan Malam Terakhir Yesus dengan para murid-Nya, yaitu tidak tersedia anak domba Paskah. Penyebabnya adalah karena Yesus sendiri berperan sebagai Anak Domba Allah yang akan dikurbankan sebagai penebus dosa umat manusia.

Para murid Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir tidak makan anak domba Paskah sebagaimana ketentuan dalam Taurat dan Haggadah sebab melalui kematian-Nya Yesus telah memperdamaikan dengan Allah. Itu sebabnya Yesus menjelang wafat berkata: “Sudah selesai” (tetelestai). Yesus telah berhasil menggenapi ketentuan dan rencana Allah sebagai Anak Domba Allah secara sempurna. Penebusan dosa dan pendamaian dengan Allah telah terjadi, sehingga setiap umat yang percaya mengalami anugerah Allah yang membebaskan.

            Dalam konteks ini Kristus berperan sebagai Anak Domba Paskah yang dikurbankan. Melalui darah-Nya yang tertumpah di kayu salib, Allah “melewati” setiap umat dari hukuman maut. Apabila Allah “melewati” berarti keselamatan akan terjadi. Allah yang “melewati” adalah Allah yang menjadi pelindung dan penyelamat. Allah di dalam Kristus adalah Adonai Pesakh. Namun sebagai Adonai Pesakh dan Anak Domba Allah, hidup Kristus tidak berakhir dalam kematian di atas kayu salib. Sebab apabila hidup Kristus selaku Anak Domba Allah hanya berakhir dalam kematian, maka Ia hanya menjadi korban (victim) seperti anak domba Paskah pada umumnya. Lebih daripada itu Kristus setelah wafat-Nya mampu “melewati” maut dengan bangkit dari kematian. Yesus adalah Anak Domba yang menyerahkan nyawa sebagai kurban (sacrifice) adalah juga Anak Domba yang menang atas maut.

            Melalui wafat dan kebangkitan Kristus, umat percaya mengalami “keselamatan ganda” yang saling berkaitan secara utuh. Makna “keselamatan ganda” yang dimaksud adalah darah Kristus dalam kematian-Nya memampukan umat diselamatkan (“dilewati”) dari hukuman Allah, dan kebangkitan Kristus memampukan umat percaya mengalami kepastian keselamatan yang sempurna sebab Kristus telah “melewati” kuasa maut.

Relevansi
Di dalam Kristus, umat percaya diikat perjanjian yang abadi dengan karya penebusan-Nya. Karena itu setiap umat percaya adalah anak-anak terjanji yang telah ditebus dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Seperti umat Israel yang telah diselamatkan YHWH melalui pembubuhan darah anak domba Paskah, demikian pula umat percaya telah dbeli lunas dengan darah Kristus selaku Adonai Pesakh. Tujuannya adalah agar umat percaya hidup kudus dalam kebenaran anugerah Allah.

            Apabila kita semula adalah budak dosa, maka di dalam karya penebusan Kristus setiap umat percaya telah ditebus sehingga dibebaskan dari perbudakan dosa. Seperti halnya umat Israel yang dahulu adalah budak Firaun dan bangsa Mesir, kini melalui peristiwa Pesakh mereka berstatus sebagai milik YHWH. Karena itu sebagai milik dan tebusan YHWH umat Israel dipanggil menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekitar. Mereka diingatkan terus-menerus sebagai umat yang dipilih karena anugerah Allah, sehingga tidak memiliki dasar untuk bermegah. Demikian pula setiap umat percaya di dalam Kristus tidak memiliki dasar sedikit pun untuk bermegah (bdk. Ef. 2:8-9). Sebab yang lebih utama dan pertama adalah bagaimana hidup dalam penebusan Kristus setiap umat percaya menjadi kawan sekerja Allah yang menghadirkan pembebasan dan pembaruan bagi masyarakat dan dunia. Peristiwa Pesakh dalam kebangkitan Kristus bukan sekadar peristiwa ritual (ibadah), tetapi bagaimana ibadah yang diselenggarakan menghasilkan spiritualitas yang transformatif. Melalui pengisahan Pesakh dalam karya penebusan Kristus (bdk. Haggadah), setiap umat percaya menghayati dan menghidupi narasi karya penyelamatan Allah dalam realitas kehidupannya. Pengisahan Pesakh dalam wafat dan kebangkitan Kristus menjadi sumber nilai-nilai yang kita yakini mampu membawa perubahan yang konstruktif dalam kehidupan di era disruptif ini. Sebab itu kisah Pesakh dalam karya penebusan Kristus perlu senantiasa diberitakan dan dikondisikan di seluruh aspek kehidupan agar menjadi spirit dan nilai-nilai yang membarui. Sebab Allah di dalam Kristus adalah Adonai Pesakh, yaitu Tuhan Pelindung dan Penyelamat khususnya bagi sesama yang lemah dan tertindas.

            Jikalau demikian, apakah setiap kita yang telah ditebus oleh darah dan kebangkitan Kristus juga telah berperan sebagai pelindung, pembela dan penyelamat bagi setiap orang yang sedang tertindas? Siapa pun di antara kita yang menjadi penindas, kepadanya akan dikenai tulah Allah yang mematikan!

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono