Latest Article
Renungan Tahun Baru 2016
Girl jumps to the New Year 2016

Renungan Tahun Baru 2016

Berlindung dalam Nama Yesus

Bil. 6:22-27; Mzm. 8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:15-21

Dasar kekuatan rohaniah umat Kristen adalah berlindung dalam nama Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi. Pernyataan teologis ini merupakan rumusan Votum di awal kebaktian yang mengutip dari Mazmur 121:2, yaitu: “Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” Pernyataan imaniah berlindung dalam nama Tuhan juga sangat tepat dipakai di awal tahun. Sebab “nama Tuhan adalah menara yang kuat ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat” (Ams. 18:10). Nama Tuhan menjadi perlindungan yang kokoh seperti menara yang kuat, sehingga setiap orang yang berlindung kepada-Nya menjadi selamat. Dalam iman Kristen, nama Allah bukan hanya memiliki makna yang khusus namun juga memiliki kuasa. Karena itu di Yohanes 17:11, Yesus berdoa: “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” Tuhan Yesus berdoa agar Allah berkenan memelihara atau melindungi para murid-Nya dalam nama Allah.

Manakah yang benar umat percaya berlindung dalam nama Tuhan ataukah dalam nama Yesus? Dalam rumusan Votum di Mazmur 121:2 sangat jelas bahwa yang dimaksud dengan nama Tuhan di sini adalah Yahweh. Secara harafiah, seharusnya setiap umat percaya berlindung dalam nama Yahweh. Namun di Yohanes 17:11, Yesus menyatakan bahwa nama-Nya adalah nama yang diberikan Allah kepada-Nya sehingga Yesus dan Yahweh menjadi satu. Di Matius 1:21, Malaikat Tuhan berkata kepada Yusuf, yaitu: “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Nama “Yesus” (Yesua) diartikan sebagai: “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya.” Nama “Yahweh” juga berarti: Tuhan Penyelamat. Dengan demikian nama Yesus berakar pada nama Yahweh. Yesus adalah manifestasi kehadiran Yahweh dalam keberadaan-Nya sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Karena itu nama “Yesus” bukan berasal dari Maria dan Yusuf, tetapi pemberian dari Malaikat dan dipertegas kembali dalam kesaksian Lukas 2:21, yaitu: “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” Dengan demikian kita berlindung dalam nama Yahweh yang menyatakan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus.

Nama “Yesus” (Yesua) berasal dari Yehoshua (יְהוֹשֻׁעַ) dengan transliterasi: yod-hey-vav-shin-ayin. Nama “Yehoshua” kemudian diperpendek menjadi Yeshua (ישוע) dengan transliterasi: yod-shin-vav-ayin. Dua konsonan utama dari nama Yehoshua atau Yeshua terdiri dari shin (ש) dan ayin (ע). Makna “shin” menunjuk pada gigi, penghancur, dan tajam. Jadi makna “shin” adalah gigi penghancur yang tajam. Arti lain dari “shin” adalah gading dan berpindah, sebab gigi tampak seperti gading dan hanya gigi yang bisa pindah/bergerak. Sedang makna “ayin” menunjuk pada mata, melihat sehingga dengan mata yang melihat manusia menjadi mengerti dan taat. Di dalam nama Yesus terkandung makna yaitu: “penghancur yang melihat.” Makna shin dan ayin tersebut dilatarbelakangi oleh kehidupan gembala yang selalu melihat dengan waspada sehingga ia memerhatikan dengan saksama setiap domba-dombanya. Bilamana musuh datang untuk memangsa domba-dombanya, maka ia akan melindungi dan menghancurkan para pemangsa tersebut. Demikian pula makna nama Yesus adalah sosok penyelamat yang akan menghancurkan para lawan sehingga umat yang dilindungi akan tetap aman dan selamat. Karena itu setiap orang yang berlindung dalam nama Yesus akan selamat sebab Ia sendiri yang akan membela kita dengan nyawa-Nya.

Kita berlindung dalam nama Yesus, karena tidak ada nama lain yang mampu menyelamatkan manusia. Kisah Para Rasul 4:12 menyatakan: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Nama Yesus adalah nama yang menyelamatkan setiap orang dari kuasa dosa, sehingga nama Yesus bukan hanya dibutuhkan dan ditujukan pada sekelompok orang, yaitu orang Kristen tetapi juga oleh seluruh umat manusia. Karena itu Yesus Kristus diberitakan bukan dalam rangka kristenisasi, tetapi pewartaan keselamatan yaitu kabar baik (Injil) bagi seluruh umat manusia. Sebagai kabar baik, memberitakan nama Yesus seharusnya dilakukan dengan sukacita, hati yang tulus dan mengasihi. Kristenisasi adalah pola pendekatan penginjilan yang sekadar menjadikan orang beragama Kristen tetapi tidak senantiasa membawa seseorang untuk mengenal dan mengasihi Kristus. Makna mengenal Kristus berarti kita menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan sumber seluruh sistem nilai serta dasar spiritualitas kita.

Namun bagaimanakah kita mempraktikkan berlindung dalam nama Yesus dalam kehidupan sehari-hari? Berlindung dalam nama Yesus dalam praktik hidup yang kita jumpai adalah:

  1. Memakai nama Yesus secara magis, yaitu menggunakan nama Yesus dalam doa seakan-akan bila kita menyebutkan nama Yesus akan mendatangkan kuasa penyembuhan secara otomatis walaupun tidak direspons dengan iman. Padahal kuasa nama Yesus akan dinyatakan apabila dilandasi dengan sikap iman dan percaya akan anugerah-Nya.
  2. Memakai nama Yesus secara tidak hormat atau sembarangan. Kita diingatkan dalam Sepuluh Firman, yaitu: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Kel. 20:7). Dalam konteks ini nama Yesus dipakai secara tidak patut misalnya untuk becanda, mencemooh, menghina, menghujat Dia.
  3. Memakai nama Yesus untuk menutupi dusta dengan bersumpah palsu, meyakinkan orang dengan motif/tujuan jahat, dan memanipulasi kebenaran demi kepentingan pribadi.
  4. Memakai nama Yesus untuk menutupi kemunafikan, sehingga karakter dan perbuatan buruknya tidak berubah sebab lebih suka hidup dalam kepalsuan dan pembenaran diri.

Keempat bentuk berlindung dalam nama Yesus tersebut di atas bukanlah sikap iman dan spiritualitas yang benar. Lebih daripada itu keempat bentuk berlindung dalam nama Yesus tersebut merupakan dosa yang tidak terampuni. Sebab nama Yesus yang kudus dan mulia telah dimanipulasi demi kepentingan diri dan keinginan duniawi. Dalam situasi ini nama Yesus diperalat dan direndahkan untuk melayani hasrat hawa-nafsu yang jahat. Jikalau demikian, bagaimanakah sikap iman dan spiritualitas yang benar berlindung dalam nama Yesus?

  1. Berlindung dalam nama Yesus secara doksologis, berarti kita mempermuliakan nama-Nya sehingga seluruh ekspresi batin, ucapan dan tingkah-laku kita mengagungkan kemuliaan nama-Nya. Karena itu berlindung dalam nama Yesus merupakan sikap doksologis yang tercermin dalam setiap doa, pola pikir, ekspresi dan isi ucapan, serta terungkap dalam perilaku kita. Hidup kita menjadi media dan pancaran kemuliaan nama Yesus.
  2. Berlindung dalam nama Yesus dengan sikap iman, berarti kehidupan kita dilandasi oleh sikap percaya kepada kuasa penebusan dan pengampunan-Nya, serta kebenaran dalam seluruh pengajaran-Nya. Karena itu kita percaya akan jaminan keselamatan di dalam nama-Nya, dan tidak ragu bahwa anugerah pengampunan-Nya lebih besar daripada seluruh dosa dan kesalahan kita.
  3. Berlindung dalam nama Yesus dengan pengharapan, berarti kehidupan kita dikuasai oleh kehadiran-Nya yang menguatkan sehingga mampu tegar dan tabah saat menghadapi berbagai kesulitan, kegagalan, dan penderitaan. Dengan sikap dan spiritualitas yang demikian, kita tidak akan putusasa saat terjepit dan menderita sebagaimana yang dipersaksikan oleh Rasul Paulus: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Rm. 8:35).
  4. Berlindung dalam nama Yesus dengan sikap kasih, berarti kehidupan kita hanya terarah kepada-Nya sehingga kita senantiasa merindukan dan mengasihi Dia dalam segala situasi bahkan saat kita sedang ditinggalkan, sakit, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, dan menderita.

Keempat spiritualitas berlindung dalam nama Yesus secara doksologis, iman, kasih, dan pengharapan perlu dilakukan khususnya pada saat kita mengalami pencobaan, sakit dan mengalami musibah, serta saat ajal menjelang. Karena pada saat kita mengalami pencobaan, sakit dan mengalami musibah, serta saat ajal menjelang hanya Kristus saja yang mampu menolong dan menjaga kita. Dialah Sang Penyelamat yang memahami dan mengetahui dengan sempurna situasi kritis yang sedang kita hadapi. Surat Ibrani berkata: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Bagaimanakah sikap kita untuk berlindung dalam nama Yesus khususnya di saat mengalami pencobaan, sakit dan mengalami musibah, serta ajal menjelang?

  1. Berlindung dalam nama Yesus saat kita berada dalam pencobaan, berarti saat kita dicobai oleh kuasa dunia untuk berbuat jahat, kita berdoa dan mohon pertolongan Yesus agar diberi kekuatan dan kemampuan untuk menolak dan melawan si jahat.
  2. Berlindung dalam nama Yesus saat sakit dan mengalami musibah, berarti kita menyerahkan hidup kita dalam penyertaan dan perlindungan-Nya. Kita percaya bahwa Kristus mampu menyembuhkan, memulihkan, dan menguatkan kita sehingga kita tetap mampu bersukacita di saat sakit dan mengalami musibah. Iman kita pancarkan di saat yang sulit dan kritis.
  3. Berlindung dalam nama Yesus saat ajal menjelang, berarti seluruh kehidupan kita dari awal sampai akhir berserah diri dalam kuasa nama-Nya. Karena itu menjelang ajal, kita berdoa dan memanggil nama Yesus dengan segenap hati agar Dia menyertai kita untuk melewati lembah baka. Sebab kita percaya hanya Dia yang mampu membawa kita dengan selamat. Bukankah hanya Yesus Kristus saja yang telah wafat, turun ke dalam kerajaan maut, bangkit dan naik ke sorga?

Keberadaan nama Yesus mengintegrasikan kasih Allah dalam persekutuan Roh Kudus, karena itu berlindung dalam nama Yesus berarti kita dengan sadar dan sikap iman berlindung dalam nama Bapa-Anak-Roh Kudus. Berlindung dalam nama Yesus tidak meniadakan iman kepada Allah secara trinitaris, sebaliknya sikap iman kepada Allah yang trinitaris dikonkretkan dalam diri Yesus Kristus Sang Firman Allah. Berlindung dalam nama Yesus berarti kita mengakui keagungan Allah sebagai Sang Pencipta seraya menyadari kefanaan kita sebagai manusia. Sebagaimana pemazmur berkata: “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan” (Mzm. 8:2). Kita juga menyadari bahwa martabat dan kedudukan yang mulia sebagai manusia adalah karunia Allah. Siapakah manusia sehingga ia diingat oleh Allah? Mazmur 8:5 berkata: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Berlindung dalam nama Yesus berarti kita juga mengakui kuasa Roh Kudus yang membarui dan menghidupkan, sehingga kita memiliki sikap untuk senantiasa hidup kudus dan benar di hadapan Allah.

Berlindung dalam nama Yesus di awal tahun yang baru menyadarkan kita bahwa hari-hari ke depan selama 365 hari bukanlah waktu yang dapat digenggam dan dikendalikan oleh kekuatan dan kepandaian kita. Hari-hari ke depan di tahun 2016 adalah sepenuhnya milik Allah. Tuhan Allah dengan anugerah-Nya yang memberi kita kesempatan untuk menapaki, menjalani dan memaknai hari-hari ke depan agar kita dapat menikmati penyertaan dan pemeliharaan-Nya.

Berlindung dalam nama Yesus di Tahun Baru berarti kita dipanggil untuk menyambut hidup baru dalam kuasa penebusan-Nya sehingga kita mampu mempermuliakan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Berlindung dalam nama Yesus di Tahun Baru berarti suatu komitmen iman dan sikap spiritualitas bahwa kita oleh kuasa nama-Nya telah dijadikan sebagai anak-anak Allah sehingga kita dipanggil untuk hidup memperlakukan Allah sebagai Bapa. Dalam konteks ini Rasul Paulus mengingatkan kita, bahwa kita bukan lagi hamba tetapi anak sehingga harus hidup sesuai martabat anak-anak Allah. Di Galatia 4:7 Rasul Paulus berkata: “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” Apakah kita telah berlaku sebagai anak-anak Allah ataukah hamba di hadapan Allah? Jikalau kita adalah anak-anak Allah, maka berlindung dalam nama Yesus berarti kita berlindung sebagai seorang anak di pelukan Bapa-Nya. Karena itu kita tidak takut dengan bahaya yang mengancam atau berbagai ketidakpastian yang akan kita jalani sepanjang tahun 2016.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono