Latest Article
Pemulihan dalam Tahun Rahmat Tuhan (Lukas 4:16-30)

Pemulihan dalam Tahun Rahmat Tuhan (Lukas 4:16-30)

“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).

Tahun 2022 secara simbolis dapat dimaknai secara positif. Sebab di tahun 2022 mengandung susunan angka 2 yang diulang 3x. Tahun 2022 dimaknai sebagai tahun kelimpahan, sebab ada kelipatan ganda (angka 2) sebanyak 3x. Begitulah salah satu kecenderungan manusia untuk menciptakan harapan dan sugesti agar bisa memaknai kehidupan di tengah-tengah persoalan yang sulit dan kompleks. Apabila di tahun 2021 atau sebelumnya kita mengalami berbagai macam musibah, maka diharapkan di tahun 2022 ini  kita dapat mengalami pemulihan berupa kelimpahan dalam rezeki, kesehatan dan pekerjaan atau perjodohan. Dalam tradisi Tionghoa tahun 2022 disebut tahun “harimau air” sehingga beberapa shio diramalkan akan mengalami keberuntungan.

            Namun apabila kita simak dengan kritis, pemaknaan tersebut bersifat spekulatif. Sebab faktanya di tahun 2022 bukan berarti setiap orang akan mengalami kelimpahan dengan kelipatan ganda. Beberapa shio tertentu yang diramalkan akan mengalami keberuntungan tidak dijamin akan mengalami keberuntungan di tahun 2022. Pemaknaan simbolis tersebut dilakukan dalam upaya untuk membangkitkan harapan dan sugesti positif agar kita tidak apatis dan kehilangan semangat apabila di tahun sebelumnya kita mengalami kegagalan, kerugian dan kondisi sakit dan kedukaan. Setiap orang membutuhkan harapan dan pemulihan untuk keluar dari penderitaan yang pernah dialami. Melalui pemulihan, seseorang memiliki semangat untuk melanjutkan kehidupan secara bermakna. Kita menyadari bahwa sejak tahun 2020 sampai kini kehidupan umat manusia berubah drastis. Pandemi covid-19 menciptakan banyak penderitaan dan dukacita. Namun bagi sebagian orang justru mengalami sebagai berkat yang tak terduga (blessing in disguise).

              Sebagai umat percaya tidaklah bijaksana kita memaknai pergantian waktu secara spekulatif. Sebab pemaknaan spekulatif sifatnya dugaan atau perkiraan saja. Selain itu pemaknaan spekulatif hanya membangun harapan yang cenderung pasif. Bahkan kita tidak boleh hidup berdasar pengharapan yang palsu atau semu (PHP). Seakan-akan di tahun 2022 setiap orang akan mengalami kelipatan ganda dan mengalami keberuntungan. Firman Tuhan di Lukas 4:18-19 memberikan perspektif iman yang lebih proaktif, konkret dan transformatif. Sebab daripada manusia menaruh harapan akan memperoleh kesuksesan dan keberuntungan, ia dipanggil untuk menghadirkan pemulihan dan pembebasan bagi sesama yang kurang beruntung. Daripada ia mengharapkan kabar baik bagi kehidupannya, ia dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin. Daripada setiap orang mengharapkan pembebasan dari permasalahan, kita dipanggil memberitakan pembebasan kepada orang-orang yang sedang terbelenggu oleh rasa putus-asa. Pemulihan dimaknai oleh iman Kristen apabila setiap umat percaya mampu mengatasi penderitaan, kesedihan dan dukacita yang menguasai sehingga kita mampu menjadi pribadi yang membebaskan bagi orang yang sedang menderita.

            Kebahagiaan sejati apabila kita mampu melampaui (mentransendensikan) situasi kesedihan dan penderitaan yang dialami sehingga mampu mengulurkan tangan untuk menolong sesama yang sedang menderita. Semakin kita terjebak atau terbelenggu oleh kesedihan dan penderitaan yang dialami, maka seluruh energi kita akan disedot habis-habisan. Tetapi semakin kita mampu melampaui kesedihan dan penderitaan yang dialami dengan peduli membantu sesama yang sedang kesulitan, kita menemukan jalan keluar yang tidak terduga.

            Ilustrasi permainan di kelas mencari nama yang dituliskan di balon. Setelah nama ditulis, balon dikumpulkan menjadi satu. Setiap anak diminta untuk mencari namanya. Mereka kesulitan mencari namanya sendiri, dan tidak berhasil. Karena itu kini guru minta agar setiap anak yang menemukan nama temannya menyerahkan balon tersebut kepada teman tersebut. Teman tersebut bahagia sebab balon dengan namanya dapat ditemukan. Pesan moralnya adalah kita tidak akan berhasil bahagia apabila berfokus kepada diri sendiri. Kebahagiaan sejati apabila kita memberi kebahagiaan kepada orang lain.

            Dengan pemahaman tersebut berita nubuat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus seharusnya dimaknai. Melalui nubuat dari nabi Yesaya 61:1-2, Tuhan Yesus menyatakan telah tergenapi di dalam diri-Nya. Di Lukas 4:21, Tuhan Yesus berkata: “Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Kristus bukan hanya memberitakan kabar baik tentang pemulihan, pembebasan, penglihatan dan tahun rahmat Tuhan tetapi juga ia adalah wujud nyata dari pribadi yang memulihkan, membebaskan orang-orang yang tertawan oleh kuasa dosa dan tertindas oleh ketidakadilan, mencelikkan orang-orang yang buta dan Tahun Rahmat Tuhan. Arti dari “menggenapi” adalah mewujudkan dan menyempurnakan. Kristus adalah Sang Pemulih, Sumber Kabar Baik, Sang Pembela, Penyembuh dan Wujud Tahun Yobel.

            Keseluruhan karya Kristus yang memberitakan kabar baik, memberi pemulihan, pembebasan, dan penyembuh dinyatakan sebagai perwujudan diri-Nya sebagai Tahun Rahmat Tuhan (Yobel). Sebab ciri Tahun Yobel adalah pemulihan, restorasi, pembebasan, dan pendamaian.

            Pelaksanaan Tahun Yobel dalam kalender Yudaisme terjadi pada hari Penebusan atau Pendamaian yang disebut dengan Yom Kippur, yaitu tanggal 10 bulan Tishre (September-Oktober). Di Tahun Yobel terdiri dari “7 tahun Sabat.” Jadi Tahun Yobel terjadi: 7×7 tahun = 49 tahun. Sebab nilai “1 Tahun Sabat” adalah 7 tahun. Karena itu di tahun ke-50 umat Israel diperintahkan Tuhan dalam kitab Imamat 25 untuk memulihkan tanah di ladang atau sawah agar diiistirahatkan, mengembalikan tanah yang dijual oleh saudara yang berhutang dan saudara yang menjual rumah yang tidak bertembok. Intinya Allah menghendaki pemulihan dan pembebasan di Tahun Yobel, sebab Allah adalah Sang Pemilik yang sesungguhnya. Mereka selaku umat Allah adalah para pengelola yang dipercaya. Imamat 25:23 menyatakan: “Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.”

            Di dalam Kristus, Tahun Rahmat Tuhan (Yobel) telah terjadi. Pelaksanaan Tahun Yobel kini tidak harus terjadi setiap 50 tahun. Sebab Tahun Yobel akan terjadi saat iman kepada Kristus dimanifestasikan. Pembebasan dan pemulihan akan terjadi dalam realitas kehidupan sehari-hari apabila setiap umat hidup dalam iman dan relasi yang intim dengan Kristus. Melalui sikap iman dan relasi kepada Kristus, umat percaya dimampukan untuk menjadi media penyampai kabar baik kepada  orang-orang miskin, pembebasan kepada orang-orang tawanan dan tertindas, serta penglihatan kepada sesama yang mengalami kebutaan rohani. Umat percaya bukan lagi menunggu janji dan harapan bahwa tahun 2022 akan mendatangkan keberuntungan dan kesuksesan, tetapi utamanya mereka dipanggil menjadi para pelaku pemulihan dan pembebasan. Setiap umat percaya tidak pasif menunggu “hoki” (keberuntungan) datang, sebaliknya proaktif dan memiliki inisiatif untuk membawa pemulihan dan pembebasan bagi orang-orang di sekitar.

            Sikap iman dan relasi kepada Kristus bukan sekadar sikap kagum atau terpesona akan kuasa, kewibawaan dan kebenaran firman Tuhan. Sebab sikap kagum atau terpesona dapat segera berubah menjadi penolakan. Orang-orang Nazaret semula kagum akan keindahan, kewibawaan dan kebenaran pengajaran yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Tetapi setelah itu mereka menolak Kristus. Orang-orang Nazaret yang kagum itu mengeraskan hati sebab mereka mengenal bahwa Yesus berasal dari tempat yang sama. Mereka mengenal orang-tua atau keluarga Yesus. Lukas 4:22 menyatakan: “Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: Bukankah Ia ini anak Yusuf?”

Orang-orang Nazaret bukan hanya menolak Yesus, tetapi lebih daripada itu mereka menghalau Dia bahkan berupaya untuk membunuh dengan cara melemparkan Dia dari tebing. Lukas 4:29 berkata: “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” Tahun Rahmat Tuhan yang mereka lihat dalam diri Yesus tidak merahmati orang-orang Nazaret, sebab kekerasan dan kebutaan hati mereka. Tanpa kesediaan diri menerima rahmat Tuhan, kita akan menjadi orang-orang yang membuat onar (problem-maker). Di masa kini dikenal orang-orang yang membuat onar sebagai toxic person/people.

            Kriteria toxic person/people adalah orang-orang yang sifatnya suka menyerang pribadi orang lain, tidak memiliki kemampuan berempati, memanipulasi relasi, egoistis, merendahkan orang lain dan tidak mau mengakui kesalahan. Orang-orang Nazaret tidak memberi dukungan atau penghargaan akan salah seorang dari anggota masyarakatnya yang berhasil menjadi seorang rabbi, atau pengajar yang berpengaruh. Para pribadi toxic umumnya hidup dalam kegetiran dan kepahitan, sehingga mereka terus-menerus mengeluarkan racun yang melumpuhkan semangat orang-orang di sekitarnya. Tipe toxic person sering disebut sebagai orang-orang yang susah melihat orang senang/bahagia, sebaliknya juga mereka senang melihat orang lain susah. Ibrani 12:15 menyatakan: “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”

            Seandainya kita pernah menjadi pribadi yang toxic, di tahun 2022 kita dipanggil untuk hidup dalam kasih-karunia Allah, yaitu sikap iman yang mengalami pengampunan dan rahmat Allah di dalam Yesus Kristus. Akar pahit perlu kita pangkas dan buang agar tidak menggerogoti kerohanian yang sebenarnya dahulu baik dan saleh. Melalui kesediaan untuk mengampuni, maka kita dimampukan untuk memangkas akar pahit yang kita alami. Kita mengetahui bahwa pengalaman traumatis berupa luka-luka batin, perasaan kecewa dan terhina dapat menjadi sumber akar pahit sehingga kita berubah menjadi orang-orang yang toxic. Karena itu marilah kita jadikan tahun 2022 sebagai Tahun Rahmat Tuhan, Tahun Yobel. Saat kita telah dipulihkan dan dibebaskan, maka kita diberi kemampuan untuk memulihkan dan membebaskan orang-orang di sekitar dari belenggu akar pahit dan keputusasaan. Di dalam Kristus, Tahun Yobel telah terjadi sehingga di dalam diri-Nya kita mengalami pemulihan yang menyeluruh agar dapat hidup dalam kasih-karunia Allah yang membebaskan.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono