“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:12-13). Inti dan tujuan setiap agama dan kepercayaan adalah keselamatan. Dalam kodratnya manusia menyadari kefanaannya ... Read More »
Biblika
Keselamatan yang Sempurna
Agama dan kepercayaan lahir karena membutuhkan keselamatan. Dari lubuk hati yang terdalam setiap umat manusia membutuhkan jaminan keselamatan dalam kehidupan masa kini dan mendatang. Manusia mahluk yang fana, namun sekaligus menyadari dimensinya yang abadi. Tubuh akan mati, tetapi masih ada kelanjutan kehidupan setelah mati. Karena itu keselamatan senantiasa berdimensi 2 waktu, yaitu keselamatan di masa kini yang terbatas oleh kebertubuhan, ... Read More »
Berpegang Teguh pada Kebenaran (2 Timotius 3:10-17)
“Namun, hendaknya engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkauyakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu” (2Tim. 3:14). Kebenaran sering menjadi ketidakbenaran. Sebab setiap orang baik dan jahat berbicara tentang “kebenaran.” Makna “kebenaran” sering menjadi realitas ketidakbenaran sebab dipahami, dimaknai, dan ditafsirkan menurut sudut pandang setiap orang. Karena itu makna “kebenaran” menjadi subjektif, tergantung persepsi ... Read More »
Sabat yang Sejati (Ul. 5:12-15, Mark. 2:23-3:6)
Kata shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, yang secara harafiah berarti “berhenti”, atau shev yang berarti “duduk”. Terjemahan yang lebih harafiah adalah “berhenti”, dengan implikasi “berhenti dari melakukan pekerjaan”. Jadi Sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat. Akar kata untuk “tujuh”, atau “sheva”, mirip ucapannya dengan Shabbat, walau tulisannya berbeda. Dalam Keluaran 20:11 menyatakan, ... Read More »
Melihat secara Baru (Kis. 9:1-19)
Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus” (Kis. 9:17). Kehadiran kekristenan tidak akan mengusik jikalau landasan imannya bukan nama Yesus. Para pemimpin agama Yudaisme ... Read More »
Setia Bersaksi (Kis. 5:17-25)
Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: “Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak” (Kis. 5:25). Yesus adalah seorang Yahudi. Ia berasal dari keturunan raja Daud. Dari Maria, ibu-Nya, mengalir darah Imam Besar Harun. Sebab Elisabet, saudara Maria disebut berasal dari keturunan Harun (bdk. Luk. 1:5). Namun di ... Read More »
Pencobaan Mesianis dan Proklamasi Injil (Markus 1:9-15)
“Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia” (Mark. 1:13). Setiap Minggu Prapaskah ke-1, pembacaan Alkitab difokuskan pada peristiwa pencobaan Yesus di padang gurun. Dari Tahun Liturgi pesan Minggu Prapaskah ke-1 berkaitan dengan perayaan Rabu Abu, yang menekankan aspek pertobatan yang ditandai dengan pengolesan ... Read More »
Rabu Abu: “Trilogi Spiritualitas Ketersembunyian Yesus”(Matius 6:1-18)
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat. 6:1). Pembacaan Alkitab pada perayaan Rabu Abu memanggil umat percaya untuk mempraktikkan trilogi spiritualitas Yesus, yaitu doa, puasa, dan sedekah. Ketiga aspek tersebut menjadi pola kehidupan umat percaya yang membedakan dengan umat yang tidak mengenal Allah. ... Read More »
Menjadi Jembatan bagi Sesama (Matius 15:21-28)
Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakanbagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15:26). Pondasi utama yang bermakna adalah komunikasi dan relasi. Kita akan menjembatani dengan setiap sesama yang beragam apabila mampu berempati dan peduli. Sebaliknya kata-kata yang tajam dan bernada merendahkan akan menghalangi kita. Kerusakan relasi di antara anggota keluarga, kolega, rekan, tetangga, dan sesama sering disebabkan ... Read More »
Iri-hati versus Murah-hati (Matius 20:1-16)
“Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat. 20:14-15) Perumpamaan Tuhan Yesus di Matius 20:1-16 dapat ditafsirkan dalam beberapa pendekatan, yaitu: Waktu panggilan keselamatan dari Allah yang bersifat personal: Kristus mengilustrasikan waktu panggilan keselamatan Allah ... Read More »