Latest Article
Iri-hati Memadamkan Cinta  (Kejadian 37:1-4, 12-28)

Iri-hati Memadamkan Cinta (Kejadian 37:1-4, 12-28)

Yakub menyayang Yusuf lebih daripada anak-anaknya yang lain. Sikap Yakub tersebut seperti menggemakan pengalaman pribadinya, yaitu dia disayang oleh Ribka ibunya, sedangkan Esau kakaknya disayang oleh Ishak. Yakub dibesarkan dalam keluarga yang menganakemaskan salah satu anggota keluarga, sehingga dia juga menyayang Yusuf, anaknya yang bungsu secara menyolok. Di hadapan anak-anaknya, Yakub memberi Yusuf sebuah jubah yang maha indah. Tindakan Yakub tersebut menimbulkan reaksi berupa kemarahan dan kebencian kepada Yusuf. Mereka iri-hati terhadap Yusuf. Apalagi Yusuf beberapa kali menceritakan mimpi-mimpinya bahwa saudara-saudara, ayah dan ibunya akan berlutut di hadapannya. Karena itu saat saudara-saudara Yusuf memiliki kesempatan, mereka segera menceburkan dia ke sumur tua lalu menjualnya sebagai budak di Mesir dengan harga 20 syikal perak.

Sikap iri-hati yang menggerakkan saudara-saudara Yusuf untuk mencelakai dia. Yusuf hampir saja dibunuh. Kakaknya Ruben yang berhasil mencegah saudara-saudaranya membunuh Yusuf. Namun mereka sepakat untuk menyingkirkan Yusuf dari kehidupan bersama. Dengan menyingkirkan Yusuf, saudara-saudara Yusuf berpikir bahwa ayahnya akan lebih memerhatikan dan menyayang mereka. Sayangnya Yakub mengalami kesedihan yang begitu dalam dan terus berkabung meratapi kepergian Yusuf. Iri-hati menghancurkan hubungan persaudaraan dan persahabatan, yaitu menimbulkan kepedihan yang begitu dalam, permusuhan, upaya menganiaya dan membunuh. Makna iri-hati adalah nafsu yang tak terpuaskan sebab lahir dari tindakan mengingini milik orang lain, sehingga mencari berbagai macam cara untuk merebut dan mengambil milik orang lain tersebut.

Iri-hati tidak akan menghasilkan prestasi. Sebaliknya dengan mengukir prestasi dan berkarya untuk kesejahteraan sesama, kita tidak akan memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk iri-hati. Sebab sumber dari iri-hati adalah ketidakpuasan diri, yaitu ego yang rapuh dan tidak aman. Karena itu mengembangkan sikap iri-hati berarti kita sedang mengembangkan kepribadian yang rapuh dan semakin tidak aman. Amsal 14:30 berkata: “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” Sikap iri-hati dapat diatasi bilamana kita mengembangkan sikap bersyukur (grateful) dan perasaan puas (contentment), sehingga mampu menghargai setiap berkat Tuhan yang kita alami. Dengan menghargai berkat Tuhan, kita dimampukan menjadi diri sendiri secara otentik. Kelebihan orang lain mendorong kita untuk belajar lebih giat mengembangkan setiap karunia dan talenta, dan kekurangan orang lain mendorong kita untuk membantu dan memperlengkapi dia. Sebaliknya orang yang iri-hati tidak dapat melihat kelebihan orang lain sehingga memusuhi, dan merendahkan orang yang dianggap memiliki kekurangan. Jika demikian, di manakah Saudara berada?

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

Leave a Reply