Latest Article

Memaknai Ulang Tahun ke-145 GKI Perniagaan

Pengantar

Gereja Kristen Indonesia Perniagaan Jakarta yang juga dikenal dengan nama gereja “Salib Tiga.”  Menurut catatan sejarah  GKI Perniagaan merupakan salah satu gereja yang tertua di Jakarta. Sebenarnya dahulu GKI Perniagaan menyebut dirinya sebagai gereja: Tiong Hoa Kie Tok Kauw Tong. Masyarakat pada masa itu juga menyebutnya sebagai “Gereja Patekoan” karena letak tempatnya di Jl. Patekoan (sekarang Jl. Perniagaan).

Masa Perintisan

Menurut catatan seorang ahli sejarah gereja dan sekaligus seorang Pastor yaitu A. Heuken SJ, GKI Perniagaan telah dirintis sejak tahun 1868 yang waktu itu telah dimulai di Jl. Pagerman (dekat Jl. Kopi) oleh seorang penginjil yang bernama Gan Kwee. Penginjil Gan Kwee sebenarnya  berasal dari Amoy (Xianmen), Tiongkok (lihat: A. Heuken, SJ, Gereja-Gereja Tua di Jakarta, Penerbit Cipta Loka Caraka). Salah satu hasil pelayanan penginjil Gan Kwee di kota Batavia (sekarang Jakarta) adalah membawa 17 orang kepada Kristus, sehingga mereka kemudian dibaptis oleh seorang pendeta Belanda yang bernama Ds. de Gaay Fortman. Ketujuh belas orang inilah yang kelak menjadi inti atau cikal bakal Jemaat Patekoan (kelak disebut sebagai GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi). Selain penginjil Gan Kwee, dapat disebut pula Meester F.L. Anthing (1820-1883) yang memiliki visi penginjilan yang luar-biasa.  Padahal Mr. Anthing sebenarnya bukanlah seorang pendeta atau penginjil. Dia semula berjabatan sebagai Ketua Muda Pengadilan Tinggi di Semarang. Namun karena kuasa kasih Kristus, dia lebih mencurahkan segenap tenaganya untuk pelayanan Tuhan dalam bentuk pekabaran Injil. Sesudah pensiun pada 1867, Mr. Anthing memperkenalkan Injil Kristus kepada banyak orang Tionghoa sehingga ia ikut berperan bersama penginjil Gan Kwee mengembangkan Jemaat Patekoan (GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi). Di sini kita lihat bahwa Mr. F.L. Anthing yang walaupun seorang awam, namun memiliki semangat, dedikasi dan visi pelayanan yang jauh ke depan untuk memberitakan Injil di antara orang Tionghoa. Menurut catatan sejarah Mr. F.l. Anthing juga peduli dan memberitakan Injil kepada orang Sunda, sehingga dari pelayanannya kelak menghasilkan orang-orang percaya yang kelak bernama jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP). Tidaklah berlebihan bahwa Mr. F.L. Anthing layak disebut sebagai “rasul bagi gereja Tionghoa di Indonesia dan gereja Sunda” di kota Batavia.

Masa Pembentukan

Jemaat GKI Perniagaan pada waktu awal pembentukannya masih berpindah-pindah tempat kebaktian, karena mereka belum memiliki tempat kebaktian yang tetap. Salah satu tempat yang sering dipakai adalah rumah keluarga Gouw Ko (ayah Pdt. Gouw Khiam Kiet atau kakek ibu Pnt. Sulistyani Gunawan) di Jalan Angke. Jadi pada masa pembentukannya Jemaat Patekoan (GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi) dimulai dari kebaktian rumah tangga. Ternyata Tuhan memberkati persekutuan jemaat yang berkumpul di daerah Angke, sehingga mulai banyak orang-orang Tionghoa yang mau percaya kepada Tuhan Yesus. Dapat dicatat bahwa seorang Pendeta Belanda, yaitu Ds. P.B. Haag dari Het Java Committee pernah ditugaskan di Gereja Patekoan yang baru tumbuh itu. Pada 1884, tergeraklah hati keluarga Gouw Ko untuk menghibahkan 4 rumahnya di Jalan Patekoan 1, yang kelak menjadi gedung gereja GKI Perniagaan sekarang. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya memberi status kepada jemaat tersebut pada tahun 1899 dengan nama: Evangelische Chineesche Gemeente tot Uitbreiding van Gods Koninkrijk. Antara tahun 1891-1902 Jemaat Patekoan dilayani oleh Ds. G.A.W Geissler yang diutus oleh Het Java Committee. Ia dibantu oleh Ny. Senn van Basel dan Nn. Baltin yang melayani khusus kaum wanita. Sedang Gouw Ko sering mewakili penginjil Gan Kwee, apabila beliau berkeliling pulau Jawa untuk memberitakan Injil. Pada 1899 penginjil Gan Kwee tiba kembali di Jakarta setelah dia pergi dari tugasnya memberitakan Injil di pulau Jawa. Beliau tinggal di rumah keluarga Gouw Ko sampai meninggal dunia pada 22 Juni 1901. Jadi penginjil Gan Kwee telah melayani Tuhan selama 45 tahun sejak datang ke Batavia pada 1856. Sedang Gouw Ko dipanggil Tuhan pada 22 Pebruari 1938.

Masa Pertumbuhan

Selama itu pertumbuhan jemaat Patekoan tidak terlalu signifikan. Calon anggota jemaat yang dibaptiskan hanya sekitar 10 orang setiap tahun. Tetapi pada 1939 datanglah penginjil Dr. John Sung dari daratan Cina. Ia mengadakan kebaktian Kebangunan Rohani selama 3 hari di Gereja Sion (sekarang di Jl. Pangeran Jayakarta). Waktu itu banyak sekali orang bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru-selamatnya. Pengaruh dari penginjilan Dr. John Sung tersebut adalah sejak itu jemaat Patekoan dapat membaptis sampai 150 orang! Karena itu mulai 1939 jemaat Patekoan dapat membuka pos-pos Pekabaran Injil di Cilegon, Tangerang, Bogor dan Karawang. Karena pada 1940 jemaat semakin bertambah banyak, maka kemudian dibentuk: Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee dengan Khoe Hwee (sinode) Jawa Barat sebagai gereja yang berdiri sendiri. Namun sayang, waktu Jepang mendarat di Jawa tahun 1942, jemaat-jemaat di Cilegon, Tangerang, Bogor dan Karawang mengalami kerusakan jalan sehingga pelayanan di jemaat-jemaat tersebut terputus. Efeknya jemaat-jemaat yang mulai terbentuk itu tidak dapat terlayani dengan baik, sehingga jemaat Patekoan tidak dapat mengembangkan bakal jemaat tersebut menjadi jemaat dalam arti yang sesungguhnya.  Pada 24 Maret 1940, atas perkenan Tuhan, putra keluarga Gouw Ko yaitu Gouw Khiam Kiet (dengan nama baru: David Timothy Gunawan) ditahbiskan sebagai Pendeta pertama GKI Perniagaan oleh Ds. Tan Goan Tjong.

Masa Pengembangan

Pada 29 September 1940, jemaat Patekoan menahbiskan pendeta kedua yang diberi tugas untuk komisi pemuda dalam diri Pdt. Tjoa Tek Swat. Pelayanan untuk kebaktian penahbisan dipimpin oleh Ds. Tan Goan Tjong. Kemudian pada 13 Januari 1943 ditahbiskan pendeta ketiga GKI Perniagaan dalam diri Pdt. Tjan Tong Ho (nama baru: Samuel Mesakh). Tak lama lagi pada tanggal 28 Maret 1943 ditahbiskan pendeta keempat Jemaat Patekoan dalam diri Pdt. Gouw Bo Tjay (nama baru: M.C. Woo) khususnya untuk jemaat Patekoan yang berbahasa Hokkian. Penahbisan kedua Pendeta tersebut dilayani oleh Pdt. Gouw Khiam Kiet. Oleh karena kesulitan pembagian waktu dan tempat, maka pada 1952 sebagian anggota jemaat Patekoan yang berbahasa Hokkian (yang ketika itu adalah bagian Jemaat Patekoan) berusaha mencari tempat lain. Pada 11 April 1952 gedung gereja Jalan Pinangsia I No 18, Jakarta diresmikan sebagai Jemaat yang berdiri sendiri dan tetap dilayani oleh Pendeta Gouw Bo Tjay. Pada 18 Mei 1952 mereka diresmikan sebagai jemaat yang berdiri sendiri dan dilayani oleh Pdt. Gouw Khiam Kiet. Mereka inilah yang kelak menjadi cikal bakal GKI Kanaan, Jembatan Dua. Dari catatan ini kita dapat melihat bahwa GKI Pinangsia sebenarnya memiliki akar historis dan tradisi yang sama dengan GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi. Sebagian anggota jemaat yang juga berbahasa Hokkian tidak ikut pindah ke Jemaat Pinangsia, mereka memilih tetap di Jemaat Patekoan.

Peristiwa Patekoan

Peristiwa yang sangat mendukakan hati dapat dicatat dengan sebutan “Peristiwa Patekoan” yang terjadi pada 10 Mei 1953. Penyebab peristiwa Patekoan adalah karena perbedaan pendapat antara Majelis Jemaat dengan beberapa anggota tentang persoalan intern organisasi gereja. Walau Majelis Jemaat Patekoan telah mengundang Sinode (Khoe Hwee THKTKH), perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik sehingga akhirnya Jemaat Patekoan terpecah menjadi dua gereja, yaitu sebagian tetap sebagai Jemaat Patekoan, dan sebagian lainnya pindah ke Jl. Krekot 28 (sekarang Jl. Samanhudi). Kemudian jemaat yang pindah ke Jl Krekot 28 kelak bernama GKI Samanhudi. Dengan demikian kita dapat melihat, bahwa sejarah GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi pada prinsipnya memiliki akar historis yang sama. Kedua jemaat tersebut dapat dikatakan sebagai “saudara kembar” karena mereka berasal dari latar-belakang sejarah dan induk yang sama. Dalam kemelut itu Jemaat Patekoan sempat melepaskan diri dari keanggotaan Sinode GKI wilayah Jawa Barat. Syukurlah pada tanggal 10 Mei 1960, jemaat Patekoan (GKI Perniagaan) akhirnya bergabung kembali dengan Sinode GKI Wilayah Jawa Barat. Sangat menarik untuk disimak “peristiwa Patekoan” terjadi pada 10 Mei 1953, tetapi kemudian dapat terjadi rekonsiliasi juga pada 10 Mei 1960. Sebagai pewaris sejarah kita patut mengucap syukur, bahwa pada tanggal 10 Mei 1960 tersebut gereja Patekoan (GKI Perniagaan) yang sempat memisahkan diri dapat kembali melakukan rekonsiliasi dengan GKI Samanhudi dan Sinode GKI Jawa Barat, sehingga GKI Perniagaan dengan tulus dapat berintegrasi secara utuh sebagai bagian dari GKI Jawa-Barat.

Pertumbuhan Jemaat pada 1964-1983

Karena usia Pdt David Timothy Gunawan sudah lanjut, maka kemudian dicari tenaga penerus untuk melayani jemaat Patekoan. Pada 7 Juni 1964, Paul Tjandranugito, S.Th. diteguhkan menjadi calon pendeta oleh Pdt David Timothy Gunawan. Kemudian beliau ditahbiskan sebagai Pendeta kelima GKI Perniagaan pada 29 Juni 1966 yang dilayani oleh Pdt. Lie Beng Tjoan (Pdt. Rasmindarja). Pertumbuhan jemaat makin meningkat, khususnya setelah dilaksanakan kebaktian kebangunan rohani pada 2-7 Juni 1969 yang dipimpin oleh Rev. Hubert Mitchel dari Amerika Serikat. Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut dihadiri sekitar 350 orang setiap malam! Jumlah sebanyak itu pada waktu itu dianggap luar biasa! Setelah itu jumlah jemaat GKI Perniagaan  makin meningkat. Karena anggota jemaat makin bertambah secara pesat, maka Majelis Jemaat GKI Perniagaan memutuskan untuk membongkar gedung gereja yang lama. Pada 26 Juli 1971 dilaksanakan kebaktian khusus peletakan batu pertama. Gedung gereja GKI Perniagaan yang baru selesai dan diresmikan penggunaannya oleh Ketua Umum Sinode GKI Jawa Barat, yaitu Pdt. Clement Suleeman pada 26 Juli 1974.

Sejak itu pengembangan jemaat GKI Perniagaan makin meningkat dan Majelis Jemaat kemudian memanggil dan mengangkat Jahja Zacharia untuk membantu pelayanan. Kemudian pada 2 Juni 1976, Jahja Zacharia ditahbiskan sebagai Pendeta keenam di GKI Perniagaan. Pada 22 Juni 1979, Pdt David Timothy Gunawan meninggal dunia tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-81. Pada tanggal 31 Oktober 1980, pos PI di Muara Karang dilembagakan menjadi GKI Muara Karang yang mana Pdt. Jahja Zacharia diteguhkan sebagai Pendeta pertama GKI Muara Karang. Kekurangan tenaga pengerja di GKI Perniagaan kemudian terpenuhi dengan hadirnya Pdt. RAS Pandiangan, S.Th. yang semula melayani di GKI Jatibarang. Beliau diteguhkan pada 1 September 1980 sebagai Pendeta ketujuh GKI Perniagaan. Pada tanggal 2 Pebruari 1981, Pdt. Paul Tjandranugito dan keluarga berangkat untuk pelayanan di Australia. Lalu pada tanggal 27 Pebruari 1984 Pdt. Luther Tan, S.Th yang semula melayani di GKI Kanaan, Jakarta diteguhkan sebagai Pendeta kedelapan GKI Perniagaan oleh Pdt. Caleb Tong, S.Th.

Pertumbuhan Jemaat pada 1983-2013

Penambahan jemaat sejak tahun 1983 dapat mencapai 100-200 orang setiap tahun. Pada sisi lain kehidupan kota Jakarta sebagai metropolis juga makin padat dan kompleks, sehingga Majelis Jemaat memutuskan untuk menambah tenaga pengerja. Pada 18 Pebruari 1991, Imanuel Adam, S.Th. ditahbiskan sebagai Pendeta kesembilan GKI Perniagaan oleh Pdt. Semuel O. Purwadisastra, S.Th. Setelah melayani selama sekitar 10 tahun, pada 1 Februari 1998, Pdt. Imanuel Adam mutasi pelayanan ke GKI Gading Indah. Lalu pada 30 Nopember 1998, Pdt. Nur Wahyuni Kristiadji, M.Th. yang semula melayani di GKI Gunung Sahari diteguhkan sebagai Pendeta kesepuluh GKI Perniagaan oleh Pdt. Suatami Sutedja, S.Th. sekaligus sebagai pendeta wanita pertama di GKI Perniagaan. Pada tahun 2002, perkembangan jemaat GKI Perniagaan meluas sampai wilayah Gading Serpong, Tangerang. Di sana telah terbentuk Bakal Jemaat. Untuk itu Majelis Jemaat GKI Perniagaan memproses seorang tenaga, yang akan melayani di wilayah Gading Serpong yaitu dalam diri Pdt. Andreas Loanka,        M. Div. yang semula melayani di GKI Pinangsia. Pada 6 Mei 2002, beliau diteguhkan sebagai pendeta kesebelas GKI Perniagaan oleh Pdt. Hariyanto W. Maranatha, S.Th. dengan tugas khusus yaitu membina Bakal Jemaat tersebut sampai dapat dilembagakan menjadi jemaat GKI Gading Serpong.

Pada 26 Januari 2004, diadakan kebaktian pelembagaan Bakal Jemaat menjadi GKI Gading Serpong sekaligus meneguhkan Pdt. Andreas Loanka M Div. sebagai pendeta pertama GKI Gading Serpong oleh Pdt. Samuel Santoso, M.Th. Ternyata karya Tuhan makin meluas, sehingga Majelis Jemaat kemudian memutuskan untuk menambah tenaga pengerja. Kerinduan tersebut baru terwujud dengan hadirnya Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, S.Th. yang semula melayani di GKI Blimbing Malang, Jawa Timur dan beliau diteguhkan sebagai Pendeta kedua belas GKI Perniagaan pada tanggal 16 Agustus 2004 oleh Pdt. Ronny Setyamukti, S.Th. Lalu pada 1 Desember 2008 Pnt. Lie Nah ditahbiskan menjadi pendeta yang ketiga belas. Dengan demikian GKI Perniagaan dilayani oleh tiga orang pendeta emeritus, yaitu: Pdt. Em. RAS Pandiangan, S.Th, Pdt. Em. Luther Tan, M.Min, dan Pdt. Em. Nur Wahyuni Kristiadji. M.Th. Pendeta aktif yang sekarang melayani adalah: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, M.Th., dan Pdt. Lie Nah. Pelayanan gerejawi didukung oleh seorang tenaga kategorial : Tpg. Ny. Sudiarti Ginting, S.Th. Sedang Ny. Yinatia K. Djojo, S.Th. melayani sebagai tenaga paruh waktu di Komisi Anak. Di samping itu, yang pernah melayani: Pnt. Hadi, S.Si.Teol., dan Sdr. Andri Mawan, M.Div.

Selain itu kini di tengah jemaat GKI Perniagaan hadir Pnt. Marto Marbun, S.Si.Teol. yang diproyeksikan untuk pelayanan khusus di Bakal Jemaat Petak Asem, dan saudari Debora Rachelina Stefani Simanjuntak, S.Si.Teol. sebagai calon pendeta GKI Perniagaan. Ke depan Majelis Jemaat GKI Perniagaan perlu merencanakan kebutuhan tenaga pelayanan secara lebih matang, sehingga proses kaderisasi kepemimpinan jemaat GKI Perniagaan dapat terwujud.

Harapan

Usia jemaat Patekoan (GKI Perniagaan) apabila dilihat dari awal baptisan tahun 1868 sampai 2013, maka jemaat GKI Perniagaan kini telah berusia 145 tahun. Jadi pada 2018, jemaat GKI Perniagaan akan berusia 150 tahun! Dengan usia yang telah lebih satu abad, seharusnya sebagai jemaat GKI Perniagaan, kita makin dimatangkan dalam segala hal. Karena itu harapan jemaat GKI Perniagaan ke depan adalah:

  1. Setiap umat memiliki rasa memiliki (sense of belonging) yang semakin dalam, sehingga mereka tetap setia berperan sebagai anggota jemaat GKI Perniagaan, walau jarak rumah dengan gereja secara geografis semakin jauh.
  2. Setiap umat bertanggungjawab untuk membawa sesama yang belum percaya kepada Kristus ke dalam persekutuan jemaat GKI Perniagaan.
  3. Setiap umat menghayati identitas dirinya sebagai jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI), sehingga terpanggil untuk mengembangkan spiritualitas dan teologi GKI.
  4. Setiap umat diharapkan minimal terlibat dalam satu pelayanan, sehingga mereka dapat mempersembahkan talenta yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Tanpa pelayanan, rohani kita tidak akan bertumbuh secara optimal.
  5. Mampu bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan, sehingga setiap kesalahpahaman dan konflik tidak memisahkan diri mereka sebagai Tubuh Kristus.
  6. Memiliki spiritualitas yang terus dibakar oleh api Allah, sehingga mampu membawa obor Injil Yesus Kristus di tengah-tengah kesuraman dan penderitaan manusia.
  7. Setiap umat mampu mengekspresikan suatu relasi yang hangat dan bersahabat yang dijiwai oleh bela-rasa kasih Kristus.

Strategi Pencapaian

  1. Majelis Jemaat mampu merumuskan visi-misi dan kebijaksanaan yang dapat menginspirasi Badan Pelayanan Jemaat dan jemaat untuk melakukan suatu pelayanan yang kreatif dan transformatif.
  2. Majelis Jemaat bersama dengan Badan Pelayanan serta Bakal Jemaat Petakasem (Makomba) menyusun Program Kerja Pelayanan yang mampu menjawab masalah secara kontekstual dan tantangan yang dihadapi jemaat saat ini dan perubahan zaman di masa mendatang.
  3. Menjadikan jemaat sebagai basis pelayanan, sehingga program kerja Majelis Jemaat dan Badan Pelayanan Jemaat berfungsi sebagai katalisator yang memungkinkan umat untuk berperan dan mengembangkan dirinya.
  4. Kaderisasi para pemimpin di berbagai aras dalam kehidupan jemaat, sehingga mereka dapat melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dengan lebih baik.
  5. Pencalonan Penatua diharapkan lahir dari setiap lingkungan/wilayah, sehingga setiap orang yang menjadi Penatua mampu berperan secara aktif dan kreatif dengan umat di lingkungan/wilayahnya.
  6. Perluasan tanah dan gedung gereja GKI Perniagaan agar dapat menjawab kebutuhan pelayanan Majelis Jemaat, Badan Pelayanan (komisi dan Pokja), sehingga menghasilkan pelayanan yang terpadu.
  7. Rencana pendewasaan Bajem Petakasem, sehingga mereka mampu menjadi jemaat yang berperan lebih optimal dan transformatif dalam kehidupan masyarakat.

 

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

Leave a Reply