Latest Article
Sejarah Jemaat GKI Perniagaan – Jakarta

Sejarah Jemaat GKI Perniagaan – Jakarta

Pendahuluan

Gereja Kristen Indonesia Perniagaan Jakarta yang juga dikenal dengan nama gereja “Salib Tiga.” Menurut catatan sejarah ternyata  GKI Perniagaan salah satu gereja yang tertua di Jakarta. Sebenarnya dahulu GKI Perniagaan menyebut dirinya sebagai gereja: “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Tong.” Atau masyarakat pada zaman dahulu juga menyebut sebagai “gereja Patekoan” karena letak tempatnya di Jl. Patekoan (sekarang Jl. Perniagaan). Menurut catatan seorang ahli sejarah gereja dan sekaligus seorang Pastor yaitu A. Heuken SJ, GKI Perniagaan telah dirintis sejak tahun 1868 yang waktu itu telah dimulai di Jl. Pagerman (dekat Jl. Kopi) oleh seorang penginjil yang bernama Gan Kwee. Penginjil Gan Kwee sebenarnya  berasal dari Amoy (Xianmen), Tiongkok (lihat: A. Heuken, SJ, “Gereja-Gereja Tua di Jakarta, Penerbit Cipta Loka Caraka).

Salah satu hasil pelayanan penginjil Gan Kwee di kota Batavia (sekarang Jakarta) adalah membawa 17 orang kepada Kristus, dan mereka kemudian dibaptis oleh seorang pendeta Belanda yang bernama Ds. de Gaay Fortman. Ketujuh belas orang inilah yang kelak menjadi inti atau cikal bakal “jemaat Patekoan” (GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi). Selain penginjil Gan Kwee, dapat disebut pula Meester F.L. Anthing (1820-1883) yang memiliki visi penginjilan yang luar-biasa.  Padahal Mr. Anthing sebenarnya bukanlah seorang pendeta atau penginjil. Dia semula berjabatan sebagai Ketua Muda Pengadilan Tinggi di Semarang. Namun karena kuasa kasih Kristus, dia lebih mencurahkan segenap tenaganya untuk pelayanan Tuhan dalam bentuk pekabaran Injil. Sesudah pensiun pada tahun 1867, Mr. Anthing memperkenalkan Injil Kristus kepada banyak orang Tionghoa sehingga ia telah ikut berperan bersama penginjil Gan Kwee mengembangkan jemaat Patekoan (GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi). Di sini kita lihat bahwa Mr. F.L. Anthing yang walaupun seorang awam, tetapi dia memiliki semangat, dedikasi dan visi pelayanan yang jauh ke depan untuk memberitakan Injil di antara orang Tionghoa. Menurut catatan sejarah Mr. F.l. Anthing juga peduli dan memberitakan Injil kepada orang Sunda, sehingga dari pelayanannya kelak menghasilkan orang-orang percaya yang kelak bernama jemaat Gereja Kristen Pasundan. Tidaklah berlebihan bahwa Mr. F.L. Anthing layak disebut sebagai “rasul bagi gereja Tionghoa di Indonesia dan gereja Sunda” di kota Batavia.

Tempat Kebaktian yang Tetap

Jemaat GKI Perniagaan pada waktu awal pembentukannya masih berpindah-pindah tempat kebaktian, karena mereka belum memiliki tempat kebaktian yang tetap. Salah satu tempat yang sering dipakai adalah rumah keluarga Gouw Ko (ayah Pdt. Gouw Khiam Kiet atau kakek ibu Pnt. Sulistyani Gunawan) di Jalan Angke. Jadi pada masa pembentukannya jemaat Patekoan (GKI Perniagaan) dimulai dari kebaktian rumah tangga. Ternyata Tuhan memberkati persekutuan jemaat yang berkumpul di daerah Angke, sehingga mulai banyak orang-orang Tionghoa yang mau percaya kepada Tuhan Yesus. Dapat dicatat bahwa seorang Pendeta Belanda, yaitu Ds. P.B. Haag dari “Het Java Committee” pernah ditugaskan di Gereja Patekoan yang baru tumbuh itu. Pada tahun 1884, tergeraklah hati keluarga Gouw Ko untuk menghibahkan 4 rumahnya di Jalan Patekoan 1, yang kelak menjadi gedung gereja GKI Perniagaan sekarang. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya memberi status kepada jemaat tersebut pada tahun 1899 dengan nama: “Evangelische Chineesche Gemeente tot Uitbreiding van Gods Koninkrijk.” Antara tahun 1891-1902 jemaat Patekoan dilayani oleh Ds. G.A.W Geissler yang diutus oleh “Het Java Committee”. Ia dibantu oleh Ny. Senn van Basel dan Nn. Baltin yang melayani secara khusus kaum wanita.

Gouw Ko sering mewakili penginjil Gan Kwee, apabila beliau berkeliling pulau Jawa untuk memberitakan Injil. Tahun 1899 penginjil Gan Kwee tiba kembali di Jakarta setelah dia pergi dari tugasnya memberitakan Injil di pulau Jawa. Beliau tinggal di rumah keluarga Gouw Ko sampai meninggal dunia tanggal 22 Juni 1901. Jadi penginjil Gan Kwee telah melayani Tuhan selama 45 tahun sejak datang ke Batavia tahun 1856. Sedang Gouw Ko dipanggil Tuhan pada tanggal 22 Pebruari 1938.

Selama itu pertumbuhan jemaat Patekoan tidak terlalu signifikan. Calon anggota jemaat yang dibaptiskan hanya sekitar 10 orang setiap tahun. Tetapi tahun 1939 datanglah penginjil Dr. John Sung dari daratan Cina. Ia mengadakan kebaktian Kebangunan Rohani selama 3 hari di Gereja Sion (sekarang di Jl. Pangeran Jayakarta). Waktu itu banyak sekali orang bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru-selamatnya. Pengaruh dari penginjilan Dr. John Sung tersebut adalah sejak itu jemaat Patekoan dapat membaptis sampai 150 orang! Sehingga mulai tahun 1939 jemaat Patekoan dapat membuka pos-pos Pekabaran Injil di Cilegon, Tangerang, Bogor dan Karawang. Karena tahun 1940 jemaat makin bertambah banyak, maka kemudian dibentuk: “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee” dengan Khoe Hwee Jawa Barat sebagai gereja yang berdiri sendiri.

Namun sayang, waktu Jepang mendarat di Jawa tahun 1942, jemaat-jemaat di Cilegon, Tangerang, Bogor dan Karawang mengalami kerusakan jalan sehingga pelayanan di jemaat-jemaat tersebut terputus. Efeknya jemaat-jemaat yang mulai terbentuk itu tidak dapat terlayani dengan baik, sehingga jemaat Patekoan tidak dapat mengembangkan bakal jemaat tersebut menjadi jemaat dalam arti yang sesungguhnya.  Pada tanggal 24 Maret 1940, atas perkenan Tuhan, putra keluarga Gouw Ko yaitu Gouw Khiam Kiet (dengan nama baru: David Timothy Gunawan) ditahbiskan sebagai Pendeta pertama GKI Perniagaan oleh Ds. Tan Goan Tjong.

Pada tanggal 29 September 1940, di jemaat Patekoan menahbiskan pendeta kedua GKI Perniagaan yang diberi tugas untuk komisi pemuda dalam diri Pdt. Tjoa Tek Swat. Pelayanan untuk kebaktian penahbisan dipimpin oleh Ds. Tan Goan Tjong. Kemudian pada tanggal 13 Januari 1943 ditahbiskan pendeta ketiga GKI Perniagaan dalam diri Pdt. Tjan Tong Ho (nama baru: Samuel Mesakh). Tak lama lagi pada tanggal 28 Maret 1943 ditahbiskan pendeta keempat GKI Perniagaan dalam diri Pdt. Gouw Bo Tjay (nama baru: M.C. Woo) khususnya untuk jemaat Patekoan yang berbahasa Hokkian. Penahbisan kedua Pendeta tersebut dilayani oleh Pdt. Gouw Khiam Kiet.

Oleh karena kesulitan pembagian waktu dan tempat, maka pada tahun 1952 sebagian anggota jemaat Patekoan yang berbahasa Hokkian (yang ketika itu adalah bagian Jemaat Patekoan) berusaha mencari tempat lain. Pada tanggal 11 April 1952 gedung gereja Jalan Pinangsia I No 18, Jakarta diresmikan sebagai Jemaat yang berdiri sendiri dan tetap dilayani oleh Pendeta Gouw Bo Tjay. Dari catatan ini kita dapat melihat bahwa GKI Pinangsia sebenarnya memiliki akar historis dan tradisi yang sama dengan GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi. Sebagian anggota jemaat yang juga berbahasa Hokkian tidak turut pindah ke Jemaat Pinangsia, mereka bertempat tetap di Jemaat Patekoan dan pada tanggal 18 Mei 1952 mereka diresmikan sebagai jemaat yang berdiri sendiri dan dilayani oleh Pdt. Gouw Khiam Kiet. Mereka inilah yang kelak menjadi cikal bakal GKI Kanaan, Jembatan Dua.

Peristiwa Patekoan

Peristiwa yang sangat mendukakan hati dapat dicatat dengan sebutan “Peristiwa Patekoan” yang terjadi pada tanggal 10 Mei 1953. Penyebab peristiwa Patekoan adalah karena perbedaan pendapat antara Majelis Jemaat dengan beberapa anggota tentang persoalan intern organisasi gereja. Walau Majelis Jemaat Patekoan telah mengundang Sinode (Khoe Hwee THKTKH), perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik sehingga akhirnya Jemaat Patekoan terbagi dua; sebagian tetap sebagai jemaat Patekoan, dan sebagian lainnya pindah ke Jl. Krekot 28 (sekarang Jl. Samanhudi). Kemudian jemaat yang pindah ke Jl Krekot 28 kelak bernama GKI Samanhudi.

Dengan demikian kita dapat melihat, bahwa sejarah GKI Perniagaan dan GKI Samanhudi pada prinsipnya memiliki akar historis yang sama. Kedua jemaat tersebut dapat dikatakan sebagai “saudara kembar” karena mereka berasal dari latar-belakang sejarah dan induk yang sama. Dalam kemelut itu jemaat Patekoan sempat melepaskan diri dari keanggotaan Sinode GKI wilayah Jawa Barat. Syukurlah pada tanggal 10 Mei 1960, jemaat Patekoan (GKI Perniagaan) akhirnya bergabung kembali dengan Sinode GKI Wilayah Jawa Barat. Sangat menarik untuk disimak “peristiwa Patekoan” terjadi pada tanggal 10 Mei 1953, tetapi kemudian dapat terjadi rekonsiliasi juga pada tanggal 10 Mei 1960. Sebagai pewaris sejarah kita patut mengucap syukur, bahwa pada tanggal 10 Mei 1960 tersebut gereja Patekoan (GKI Perniagaan) yang sempat memisahkan diri dapat kembali melakukan rekonsiliasi dengan GKI Samanhudi dan Sinode GKI Jawa Barat, sehingga GKI Perniagaan dengan tulus dapat berintegrasi secara utuh sebagai bagian dari GKI Jawa-Barat.

Pertumbuhan Jemaat

Karena usia Pdt David Timothy Gunawan sudah lanjut, maka kemudian dicari tenaga penerus untuk melayani jemaat Patekoan. Pada tanggal 7 Juni 1964, sdr Paul Tjandranugito, S.Th. diteguhkan menjadi calon pendeta oleh Pdt David Timothy Gunawan. Kemudian beliau ditahbiskan sebagai Pendeta kelima GKI Perniagaan pada tanggal 29 Juni 1966 dilayani oleh Pdt. Lie Beng Tjoan (Pdt. Rasmindarja). Pertumbuhan jemaat makin meningkat, khususnya setelah dilaksanakan kebaktian kebangunan rohani pada tanggal 2-7 Juni 1969 yang dipimpin oleh Rev. Hubert Mitchel dari Amerika Serikat. Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut dihadiri sekitar 350 orang setiap malam!. Jumlah sebanyak itu pada waktu itu dianggap luar biasa! Jumlah jemaat GKI Perniagaan  makin meningkatKarena anggota jemaat makin bertambah secara pesat, maka Majelis Jemaat GKI Perniagaan memutuskan untuk membongkar gedung gereja yang lama. Pada tanggal 26 Juli 1971 dilaksanakan kebaktian khusus peletakan batu pertama. Gedung gereja GKI Perniagaan yang baru selesai dan diresmikan penggunaannya oleh Ketua Umum Sinode GKI Jawa Barat, yaitu dalam diri Pdt. Clement Suleeman pada tanggal 26 Juli 1974.

Sejak itu pengembangan jemaat GKI Perniagaan makin meningkat dan Majelis Jemaat kemudian memanggil dan mengangkat Jahja Zacharia untuk membantu pelayanan. Kemudian tanggal 2 Juni 1976, Jahja Zacharia ditahbiskan sebagai Pendeta keenam di GKI Perniagaan. Pada tanggal 22 Juni 1979, Pdt David Timothy Gunawan meninggal dunia tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-81. Pada tanggal 31 Oktober 1980, pos PI di Muara Karang didewasakan menjadi GKI Muara Karang yang mana Pdt. Jahja Zacharia diteguhkan sebagai Pendeta pertama GKI Muara Karang. Kekurangan tenaga pengerja di GKI Perniagaan akhirnya terpenuhi dengan hadirnya Pdt. RAS Pandiangan, S.Th. yang semula melayani di GKI Jatibarang. Beliau diteguhkan pada tanggal 1 September 1980 sebagai Pendeta ketujuh GKI Perniagaan. Pada tanggal 2 Pebruari 1981, Pdt. Paul Tjandranugito dan keluarga berangkat untuk pelayanan di Australia. Syukur kepada Tuhan, pada tanggal 27 Pebruari 1984 Pdt. Luther Tan, S.Th yang semula melayani di GKI Kanaan, Jakarta dapat diteguhkan sebagai Pendeta kedelapan GKI Perniagaan oleh Pdt. Caleb Tong, S.Th.

Penambahan jemaat sejak tahun 1983 dapat mencapai 100-200 orang setiap tahun. Pada sisi lain kehidupan kota Jakarta sebagai metropolis juga makin padat dan kompleks, sehingga Majelis Jemaat memutuskan untuk menambah tenaga pengerja. Pada tanggal 18 Pebruari 1991, sdr. Imanuel Adam, S.Th. ditahbiskan sebagai Pendeta kesembilan GKI Perniagaan oleh Pdt. Semuel O. Purwadisastra, S.Th. Setelah melayani selama sekitar 10 tahun, pada tanggal 1 Februari 1998, Pdt. Imanuel Adam mutasi pelayanan ke GKI Gading Indah. Syukur kepada Tuhan, tanggal 30 Nopember 1998, Pdt. Nur Wahyuni Kristiadji, M.Th. yang semula melayani di GKI Gunung Sahari diteguhkan sebagai Pendeta kesepuluh GKI Perniagaan oleh Pdt. Suatami Sutedja, S.Th. sebagai pendeta wanita pertama. Pada tahun 2002, perkembangan jemaat GKI Perniagaan meluas sampai wilayah Gading Serpong, Tangerang. Di sana telah terbentuk Bakal Jemaat. Untuk itu Majelis Jemaat GKI Perniagaan memproses seorang tenaga, yang akan melayani di wilayah Gading Serpong yaitu dalam diri Pdt. Andreas Loanka, M. Div. yang semula melayani di GKI Pinangsia. Pada tanggal 6 Mei 2002, beliau diteguhkan sebagai pendeta kesebelas GKI Perniagaan oleh Pdt. Hariyanto W. Maranatha, S.Th. dengan tugas khusus yaitu membina Bakal Jemaat tersebut sampai dapat dilembagakan menajdi GKI Gading Serpong. Pada 26 Januari 2004, diadakan kebaktian pelembagaan Bakal Jemaat menjadi GKI Gading Serpong sekaligus meneguhkan Pdt. Andreas Loanka M Div. sebagai pendeta pertama GKI Gading Serpong oleh Pdt. Samuel Santoso, M.Th.

Ternyata karya Tuhan makin meluas, sehingga Majelis Jemaat kemudian memutuskan untuk menambah tenaga pengerja. Kerinduan tersebut baru terwujud dengan hadirnya Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, S.Th. yang semula melayani di GKI Blimbing Malang, Jawa Timur dan beliau diteguhkan sebagai Pendeta kedua belas GKI Perniagaan pada tanggal 16 Agustus 2004 oleh Pdt. Ronny Setyamukti, S.Th. Dengan demikian GKI Perniagaan kini dilayani oleh 9 orang pengerja yang terdiri dari 4 orang Pendeta : Pdt. Em. RAS Pandiangan, S.Th, Pdt. Luther Tan, M.Min, Pdt. Nur Wahyuni Kristiadji, M.Th dan Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, S.Th., didukung oleh 2 orang tenaga kategorial : Tkt. Ny. Sudiarti Ginting, S.Th. dan Tkt. Ny. Yinatia K. Djojo, S.Th. Di samping itu, turut melayani: Pnt. Hadi, S.Si.Teol. (kini telah mutasi pelayanan ke GKI Nurdin), Pnt. Lie Nah, S.Th. dan Sdr. Andri Mawan, M.Div. yang keduanya waktu itu diproses ke arah jabatan pendeta. Namun Sdr. Andri Mawan, M.Div. kemudian mengundurkan diri.

Apabila dilihat dari karya pelayanan GKI Perniagaan, kita dapat melihat tangan Tuhan yang telah memakai jemaat ini untuk meluaskan kerajaanNya. Dapat dicatat melalui jemaat GKI Perniagaan, bersama GKI Residen Sudirman Surabaya, GKI Kebayoran Baru Jakarta dan GKI Gunung Sahari juga telah merintis pembentukan jemaat GKI Batam; sehingga pada tanggal 27 Pebruari 1998 diresmikan sebagai GKI Batam. Selain itu GKI Perniagaan bersama dengan GKI Gunung Sahari, GKI Muara Karang, GKI Perumnas Tangerang, GKI Samanhudi, GKI Sutopo dan GKI Wahid Hasyim memprakarsai pembukaan Pos Jemaat baru di daerah perumahan Gading Serpong yang akhirnya bakal jemaat di wilayah Gading Serpong tersebut dapat dilembagakan menjadi GKI Gading Serpong.

Usia jemaat Patekoan (GKI Perniagaan) apabila dilihat dari awal baptisan tahun 1868 sampai tahun 2008, maka kini  jemaat GKI Perniagaan telah berusia 140 tahun! Dengan usia yang telah lebih satu abad, seharusnya sebagai jemaat GKI Perniagaan, kita makin dimatangkan dalam segala hal. Karena itu kita harus makin hati-hati melangkah, agar kita makin bijaksana dan rendah-hati untuk diproses dan ditempa sebagai alat di tangan Tuhan, sehingga sudah selayaknya kita perlu senantiasa mohon karunia hikmat, kasih dan kekuatan dari Tuhan; agar kita selaku jemaat makin dimampukan untuk dapat melayani Tuhan dan memberitakan karya keselamatanNya di atas muka bumi ini.

Dengan penyatuan ketiga Sinode GKI yaitu GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah dan GKI Jawa Timur, kita selaku jemaat GKI Perniagaan tidak hanya merupakan salah satu bagian dari GKI Wilayah Jawa Barat tetapi kini kita telah menjadi bagian yang utuh dan integral dengan 200 lebih gereja/jemaat GKI di seluruh Indonesia yang membentang dari pulau Batam, Bali, seluruh Jawa dan Lampung. Dengan demikian, saat ini kita memiliki peran yang lebih luas dan menantang untuk menaburkan benih-benih Injil di seluruh pelosok bumi Nusantara ini. Untuk itu kita perlu secara konsisten dan dengan hati yang tulus memberlakukan Tata Gereja GKI sebagai dasar pijakan yuridis formal agar seluruh langkah dan proses keputusan gerejawi kita tetap menyatu dengan seluruh jemaat GKI. Apa artinya kita dapat melayani banyak hal, tetapi ternyata tidak sinergis dan esa dengan seluruh jemaat GKI? Di Yoh. 17:21, Tuhan Yesus mendoakan: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.

Kita juga patut bersyukur, bahwa GKI Perniagaan dipercaya Tuhan untuk melakukan pelayanan di kepulauan Riau. Karena itu kita perlu senantiasa mendoakan agar pelayanan jemaat di kepulauan Riau suatu saat dapat menuai dengan banyak orang yang percaya kepada Kristus. Tetapi apakah kita selaku anggota jemaat bersedia untuk menjadi para pekerja untuk terus-menerus dengan setia memberitakan Injil Tuhan Yesus dalam berbagai aspek kehidupan? Tuhan Yesus berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat. 9:37-38).

Kehidupan Jemaat GKI Perniagaan dari Masa ke Masa

2.1 Masa Konsolidasi (1953 – 1969)

Tanggal 1 Januari 1952 sampai dengan 30 Oktober 1953 Kho Tjoe Sin sebagai penginjil turut melayani Jemaat Perniagaan (Patekoan) dan sejak tanggal 1 Januari 1955 sampai dengan 30 September 1958 The Eng Hsiang juga turut melayani Jemaat tersebut.

Dibukalah Pos-Pos PI berturut-turut :

  1. Di Jln. Sindoro No. 16, Jakarta pada tanggal 11 Agustus 1953 sampai dengan 7 Desember 1958.
  2. Di Jln. Kencana No. 42, Jakarta pada tanggal 15 Februari 1959 sampai dengan 19 Juni 1960.
  3. Pengajaran Agama Kristen (Katekisasi) dilaksanakan di Jalan Tegalan No. 15, Jakarta pada tanggal 10 Mei 1961 sampai dengan 11 April 1962.

Oleh karena usia Pendeta D.T. Gunawan (Gouw Khiam Kiet) sudah lanjut, maka perlu tenaga muda, yang dapat mendampinginya dalam pelayanan Jemaat GKI Perniagaan. Dari sekian banyak calon terpilihlah Paul Tjandranugito (Paul Chow) untuk melayani Jemaat tersebut. Awal tahun 1964, Paul menamatkan studinya di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta. Kemudian pada tanggal 7 Juni 1964 ia diteguhkan sebagai calon Pendeta (sekarang disebut Penatua Khusus) GKI Perniagaan oleh Pendeta David Timothy Gunawan.

Waktu bergulir cepat. Pintu pelayanan pun kian terbuka lebar. Tanggal 21 Maret 1965 diresmikanlah Pos Kebaktian Anak-Anak di Jalan Rajawali Selatan XII No. 26, Jakarta.

Calon Pendeta Paul Tjandranugito ditahbiskan ke dalam jabatan Pendeta pada tanggal 29 Juni 1966. Panahbisan dilayani oleh Pendeta E. Rasmindarja (Pdt. Lie Beng Tjoan).

Pdt. Paul Tjandranugito berkhotbah pada HUT ke-5 Komisi Pemuda tanggal 2 Agustus 1969

Pdt. Paul Tjandranugito berkhotbah pada HUT ke-5 Komisi Pemuda tanggal 2 Agustus 1969

Pelayanan dan pemberitaan Injil Tuhan Yesus semakin meluas setelah tahun 1967. Sekolah-sekolah, yang tadinya anti agama (komunis), memperbolehkan pendeta kita menyampaikan berita keselamatan di sana, bahkan sekaligus di tiga sekolah yaitu SMP Negeri 63, SMP Negeri 69 dan SMA Negeri 19. Kenyataan membuktikan, bahwa Injil Kristus dapat bersemi di sanubari pelajar-pelajar kawula muda. Oleh sebab itulah kini jemaat terus mendapat tantangan yang lebih besar dengan dibukanya kesempatan memberitakan Injil secara menyeluruh di sekolah swasta “Budi Pekerti” di daerah Blandongan. Kemudian diikuti oleh penyerahan Kebaktian Anak-anak di SD Immanuel, Jakarta. Pada pertengahan tahun 1968 SD di Jalan Perniagaan No. 31 Jakarta juga membuka pintu menerima Pemberitaan Injil. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang menggerakan anak-anak-Nya untuk membantu pelayanan pekabaran injil di ketiga sekolah tersebut. Dengan dimulainya sistem pembagian wilayah pelayanan, terbukalah bidang pelayanan lagi yaitu membantu Pos Pekabaran Injil di Tanjung Priok (sekarang GKI Tanjung Priok). Pada tanggal 29 Desember 1968 diadakan serah terima pelayanan Pos Pekabaran Injil di Berok, Pasar Ikan oleh Jemaat GKI Jabar Jln. Kelinci No. 34 kepada Jemaat GKI Jabar Jln. Perniagaan No. 1 Jakarta (sekarang Bajem Petak Asem).

Dalam tahun 1968, Jemaat Perniagaan dilayani oleh delapan belas Majelis Jemaat dan enam Komisi (Komisi Diakonia, Komisi Pekabaran Injil, Komisi Wanita, Komisi Pemuda, Komisi Anak dan Persekutuan Antarkeluarga) serta Dewan Perbendaharaan dan bagian mengurus kematian Jemaat.

Perluasan pelayanan kian pesat. Jemaat melayani pula kebaktian-kebaktian di rumah tangga di Jalan Kemenangan V No. 3 Jakarta (Gang Jago), di Jalan Laksa I No. 106 Jakarta, di Jalan Dwiwarna I No. 47 Jakarta. Pelayanan itu semua dimulai pada akhir tahun 1967 dan awal tahun 1968.

Pada tanggal 30 Maret 1968 diresmikan pula sebuah Pos Kebaktian Anak-anak di Jalan Rata No. 15, Jakarta.

2.2 Masa Pembangunan (1969 – 1974)

Peringatan 100 tahun Pekabaran Injil di Petekoan dilaksanakan secara bersama oleh Majelis Jemaat GKI Jabar Jalan Perniagaan No. 1 Jakarta dan Majelis Jemaat GKI Jabar Jalan Kelinci No. 34 Jakarta pada tanggal 15 Mei 1969 bertempat di GKI Perniagaan dengan Tata Kebaktian Pengucapan Syukur peringatan seratus tahun PEKABARAN INJIL di Patekoan.

Susunan Panitia Bersama Peringatan 100 Tahun Pekabaran Injil di Patekoan sebagai berikut:

  • Penasihat : Pdt. David Timothy Gunawan (GKI Perniagaan), Pdt. Paul Tjandranugito (GKI Perniagaan), Pdt. Martin Jonatan (GKI Kelinci)
  • K e t u a : Daud Paramarta (GKI Perniagaan)
  • Wakil Ketua : Junaidi S. Kristianto (GKI Perniagaan)
  • Sekretaris I : Heru Purnomo (GKI Perniagaan)
  • Sekretaris II : Thomas Kusnadi (GKI Perniagaan)
  • Bendahara I : Arif Surjawidjaja (GKI Perniagaan)
  • Bendahara II : Paul Harianto (GKI Kelinci)
  • Seksi Penghubung I : Barkah Karnadi (GKI Perniagaan)
  • Seksi Penghubung II : A.F. Tumiwa (GKI Kelinci)
  • Seksi Perlengkapan I : Irwan Tristandi (GKI Perniagaan)
  • Seksi Perlengkapan II : Gunawan Setiadi (GKI Kelinci)
  • Seksi Protokol I : Samuel Lazuardi (GKI Perniagaan)
  • Seksi Protokol II : Sulistyani Gunawan (GKI Perniagaan)
  • Seksi Protokol III : Eddy J. Gunawan (GKI Perniagaan)
  • Seksi Konsumsi : Ibu Sulastri Gunawan (GKI Perniagaan)
  • Seksi Keamanan/Umum : Reginald S. Kurniawan (GKI Perniagaan)

Penambahan tenaga pengerja disusul terbukanya pelayanan-pelayanan baru sesudah peringatan 100 tahun penginjilan di Patekoan, ternyata semakin memacu pertumbuhan anggota Jemaat yang lebih pesat. Hal ini terlihat, tatkala diadakan kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh Rev. Hubert Mitchel (seorang pakar musik dan penginjil dari U.S.A.) pada tanggal 2-7 Juni 1969, ternyata dihadiri rata-rata tiga ratus lima puluh orang setiap malam. Pada waktu itu, jumlah tersebut sudah dianggap cukup besar. Hal ini pun berdampak pada bertambahnya jumlah pengunjung pada kebaktian setiap minggu. Melihat penambahan pengunjung kebaktian ini, ditambah lagi kebutuhan komisi-komisi untuk ruangan pelayanan (seperti komisi Anak), kondisi gedung ibadah yang sudah mulai lapuk (tua), lebih-lebih didorong oleh adanya informasi tentang rencana baru Tata letak kota Pemerintah DKI Jakarta seperti penataan gedung-gedung di kota serta pelebaran jalan-jalan. Maka Majelis Jemaat GKI Perniagaan merencanakan pembangunan/pemugaran gedung ibadah yang lama. Sebab itu pada tahun 1969, dibentuklah panitia pembangunan rumah ibadah GKI Perniagaan. Namun sayang panitia ini tidak dapat melaksanakan tugasnya, disebabkan antara lain: adanya berita bahwa pelebaran jalan di Jalan Perniagaan itu sedemikian rupa, sehingga sisa tanah gedung ibadah menjadi sangat kecil. Akhirnya panitia mengembalikan lagi mandatnya kepada Majelis Jemaat. Tetapi Tuhan tidak meninggalkan Jemaatnya di dalam kesempitan, karena terjadi hal yang sangat mengherankan, yaitu bahwa pada awal tahun 1970, diperoleh lagi berita bahwa rencana Tata letak kota Pemerintah DKI Jakarta itu mengalami perubahan yang justru sangat menguntungkan rencana pembangunan tersebut.

Oleh sebab itulah pada pertengahan tahun 1970 Majelis Jemaat membentuk lagi panitia Pembangunan Rumah Ibadah GKI Perniagaan dengan tugas : memperluas ruang ibadah, agar mampu menampung pengunjung yang lebih banyak, membangun ruangan-ruangan yang menampung kegiatan komisi-komisi, serta aktifitas lainnya, dengan mengantisipasi rencana tata letak kota Pemerintah DKI Jakarta.

Susunan Panitia sebagai berikut :

  • Penasihat : Pdt. D.T. Gunawan, Pdt. Paul Tjandranugito
  • Ketua I : Ichsan K. Gunawan
  • Ketua II : Arif Surjawidjaja
  • Penulis I : Lukas Teryadi
  • Penulis II : Sugih Perdana
  • Bendahara I : Daud Paramarta
  • Bendahara II : Herman Gunawan
  • Anggota : Harun J. Gunawan, Barkah Karnadi, Samuel Lazuardi, Junius Suhadi

Pemborongnya Bapak Sumarta, dengan total anggaran Rp 33.000.000,00 (tiga puluh tiga juta rupiah). Kebaktian khusus dalam rangka peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja diselenggarakan pada tanggal 26 Juli 1971.

Ternyata membongkar gedung lama dan membangun yang baru bukanlah hal yang mudah. Tahun pertama panitia sudah harus menyediakan dana yang cukup besar, di samping Majelis Jemaat harus mengalihkan tempat kebaktian sementara ke GKI Jalan Pinangsia I No. 18 Jakarta, sedangkan Persekutuan Wanita yang diadakan setiap hari Rabu sore dialihkan ke Gereja Pentakosta Jalan Perniagaan No. 39 Jakarta, dan katekisasi diselenggarakan di rumah-rumah anggota di Jln. Angke, Jembatan Lima dan Perniagaan. Pembangunan gedung gereja ini memakan waktu tiga tahun. Diresmikan penggunaannya oleh Ketua Umum Sinode GKI Jawa Barat Pdt. Clement Suleeman pada tanggal 26 Juli 1974.

2.3 Masa Pengembangan (1974 – 1998)

Dengan selesainya pembangunan gedung ibadah di Jalan Perniagaan No. 1, maka GKI Perniagaan memasuki tahap baru dalam pelayanannya ; seiring bertambahnya jumlah anggota, sementara Pdt. D.T. Gunawan yang sudah berusia lanjut, praktis Pdt. Paul Tjandranugito makin kewalahan dengan bertumpuknya pelayanan yang harus ditangani. Oleh sebab itu permulaan tahun 1972, Majelis Jemaat memutuskan untuk meminta Jahja Zacharia (yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di I-3 Malang) untuk melayani di GKI Perniagaan, khususnya menggembalakan Pos PI di Petak Asem (Berok), dengan tujuan supaya Jahja Zacharia dibimbing oleh Pdt. Paul Tjandranugito. Ternyata setelah mendapat bimbingan selama satu tahun, terlihat kemajuan dalam hidup persekutuan dan pelayanan di Pos PI Petak Asem ini. Sehingga pada tanggal 3 November 1974, Jahja Zacharia diteguhkan kedalam jabatan Tua-Tua Khusus. Dua tahun kemudian tepatnya tanggal 2 Juni 1976, ia ditahbiskan ke dalam jabatan Pendeta sebagai Pengerja ketiga di Jemaat GKI Perniagaan. Meskipun pengerja sudah tiga orang tetapi pelayanan terasa semakin menantang untuk terus menambah pengerja, sebab pelayanan GKI Perniagaan bertambah lagi dengan diterimanya pelayanan di Pos PI Pluit yang dirintis oleh Pdt. Rasmindarja. Dengan pelayanan yang intensif, seiring dengan perkembangan kompleks perumahan di Pluit/Muara Karang, maka Pos PI ini didewasakan menjadi GKI Muara Karang pada tanggal 31 Oktober 1980 dengan Pdt. Jahja Zacharia diteguhkan sebagai gembala di sana. Oleh karena itu di GKI Perniagaan hanya dua orang pengerja, sehingga usaha pencarian pengerja baru terus dilakukan.

Tahun 1980 merupakan masa paling “krisis” tenaga kepengerjaan di GKI Perniagaan. Sebab dengan didewasakannya Jemaat Pluit/Muara Karang dengan Pdt. Jahja Zacharia sebagai gembalanya, maka praktis di Jemaat GKI Perniagaan hanya seorang pendeta yang dapat dibebani tugas yang semakin banyak itu, Pdt. D.T. Gunawan semakin lanjut usianya, dan pada hari ulang tahunnya yang ke-81, tepatnya pada tanggal 22 Juni 1979, setelah melayani Jemaat selama kurang lebih empat puluh tahun, Tuhan memanggilnya pulang kepangkuan-Nya.

Demikianlah Jemaat ditangani oleh Pdt. Paul Tjandranugito sendiri sementara jemaat terus bertumbuh. Tetapi sekali lagi, Tuhan tidak meninggalkan Jemaat-Nya, sebab, setelah melalui pergumulan yang panjang, akhirnya Tuhan berkenan mengirim hamba-Nya yaitu Pdt. R.A.S. Pandiangan untuk melayani di GKI Perniagaan. Ia sebelumnya melayani di Jemaat GKI Jabar Jatibarang selama enam tahun. Beserta keluarga ia bergabung dengan Jemaat GKI Perniagaan mulai tanggal 7 Juli 1980, dan diteguhkan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan pada tanggal 1 September 1980.

Peneguhan Pdt. R.A.S Pandiangan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan, pada tanggal 1 September 1980.

Namun kegembiraan Jemaat tidak berlangsung lama, sebab pada bulan September 1980 Pdt. Paul Tjandranugito menyampaikan rencananya kepada Majelis Jemaat, kepindahan mereka sekeluarga ke Australia untuk melayani di sana. Ternyata rencana untuk pindah dan melayani Tuhan di Benua Kangguru ini sudah lama dipersiapkannya, sementara usaha untuk menambah tenaga pengerja terus dilakukan. Tepat pada tanggal 2 Februari 1981, Pdt. Paul Tjandranugito sekeluarga berangkat ke Australia meninggalkan Indonesia.

Peneguhan Pdt. R.A.S Pandiangan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan, pada tanggal 1 September 1980.

Peneguhan Pdt. R.A.S Pandiangan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan, pada tanggal 1 September 1980.

Untitled5

Dengan demikian pengerja di GKI Perniagaan hanya Pdt. R.A.S. Pandiangan, yang relatif baru beberapa bulan masuk kedalam pelayanan, masih dalam masa adaptasi dan pengenalan akan situasi pelayanan di Jemaat baru. Tahun 1980 merupakan masa “krisis” tenaga kepengerjaan di GKI Perniagaan, sebab dengan anggota Jemaat berjumlah lebih dari seribu orang, tenaga pelayan-Nya masih baru. Majelis Jemaat mengatasi keadaan ini dengan meminta ke Sinode GKI Jabar serta ke Lembaga Penginjilan OMF (Overseas Missionary Fellowship) agar Sue Harris (yang sudah lama berjemaat di GKI Perniagaan) diteguhkan ke dalam jabatan Tua-Tua Khusus untuk membantu pelayanan secara purna waktu mulai tanggal 28 Februari 1982. Sementara itu upaya untuk mendapat pengerja baru terus dilakukan. Waktu berjalan terus, dan puji syukur kepada Tuhan, setelah melalui pergumulan dan doa, pada tanggal 27 Februari 1984 Pdt. Luther Tan diteguhkan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan.

Memasuki tahun pelayanan 1983, Majelis Jemaat mulai berupaya mencari pola pelayanan yang tepat dengan keadaan Jemaat, di samping berupaya terus mencari tenaga pengerja. Hal ini dilakukan, melihat tantangan pelayanan disebabkan: Penambahan jumlah anggota (rata-rata sekitar 100 s.d. 200 orang setiap tahun), perkembangan kehidupan masyarakat di Jakarta yang semakin kompleks, lalulintas, domisili anggota makin menyebar ke luar kota Jakarta, seperti Tangerang – Bekasi – Bogor, hal ini semakin terasa berat karena jumlah tenaga pengerja yang tidak memadai (ideal rasio pengerja dengan jemaat adalah 1 : 300 orang). Dampak yang ditimbulkan hal-hal di atas, antara lain anggota Jemaat tidak saling mengenal, dan menjadi acuh-tak acuh satu dengan lainnya dan kurang menunjukkan satu persekutuan. Di samping itu banyak anggota kurang diperhatikan baik dalam suka maupun duka, kaderisasi terasa kurang berjalan dengan wajar, pembinaan kurang berjalan secara merata dan sinambung. Masih banyak lagi yang harus diatasi melalui pelayanan. Pembenahan aspek organisasi yang dilakukan melalui Makomba, yaitu rapat Majelis Jemaat dengan komisi-komisi baru, mulai terlihat memberi dampak. Program-program mulai dapat disinkronkan dan anggaran belanja Jemaat mulai dapat dikendalikan serta diarahkan agar lebih terfokus. Hal ini membuat Jemaat semakin bergairah mendukung pelayanan dengan persembahan dana. Terobosan yang pertama dilakukan pada tahun 1986 ialah membentuk satu komisi baru yang disebut, Komisi PERKEKAP (Persekutuan antarkeluarga untuk kesaksian dan pelayanan), suatu upaya mempertemukan anggota-anggota Jemaat yang tinggal di satu wilayah dalam sebuah persekutuan rutin. Wadah ini juga dapat difungsikan sebagai pembinaan, kaderisasi pemimpin, dan sarana komunikasi antaranggota Jemaat sehingga terjalin saling mengasihi dan saling menolong, juga sarana komunikasi antarjemaat dengan para Tua-Tua pembina wilayah (kemajelisan). Hingga kini sudah terbentuk hampir di 60 % wilayah. Pola ini dilihat sebagai satu jalan keluar dan jawaban untuk keadaan anggota Jemaat GKI Perniagaan. Terobosan yang lain adalah dengan dimulainya SOM (School of Ministry) pada tanggal 13 Oktober 1993, sebagai wadah pembinaan Jemaat.

Dengan akte Notaris Winanto Wiryomartani, S.H., tanggal 20 Agustus 1986 No. 158 didirikan satu Yayasan yang diberi nama YAYASAN PERNIAS (singkatan dari : Yayasan Perniagaan Satu), dengan tugas melakukan pelayanan-pelayanan sosial di masyarakat sebagai perpanjangan tangan gereja.

Yayasan ini menangani pelayanan : Radio ministry (pelayanan melalui radio) yang semula bekerja sama dengan radio Suara Pembangunan, sekarang bekerja sama dengan radio Metro Sport FM 89,35 siaran pagi pukul 4.30 s.d. 6.00 dan pukul 22.00 s.d. 24.00 (berlokasi di Proyek Senen). Untuk mengisi salah satu program radio ini, Majelis Jemaat meminta kesediaan Pdt. Emeritus Sam Gosana, yang sampai saat ini masih terus aktif.

7
Kebaktian syukur dalam rangka peresmian Wisma “Muara KasihJuga pelayanan melalui poliklinik dan RPUK (Rumah Perawatan Usila Kristen) “Muara Kasih” yang berlokasi di Kapuk, dengan penghuni pada saat ini 41 orang yaitu 14 laki-laki dan 27 perempuan.

Pada tanggal 21 September 1987 telah dilakukan upacara peletakan batu pertama pembangunan gedung jalan Perniagaan No. 3 Jakarta Barat. Puji syukur kepada Tuhan, bahwa pada tanggal 28 November 1988 gedung Jalan Perniagaan No. 3 telah diresmikan bertepatan dengan peringatan 120 tahun pelayanan GKI Perniagaan.

Pada bulan Januari 1988 BP Majelis Sinode GKI Jawa Barat menempatkan seorang lulusan STT Jakarta, yaitu Imanuel Adam, S.Th. untuk menjalani masa perkenalan sebagai Calon Pengerja. Setelah melalui pergumulan dan doa bersama Majelis Jemaat dan anggota Jemaat, maka ia diteguhkan sebagai Tua-Tua Khusus pada tanggal 4 Desember 1988 dan ditahbiskan ke dalam jabatan Pendeta GKI Perniagaan pada tanggal 18 Februari 1991.

Pelayanan sekolah Minggu tidak lagi hanya dilaksanakan di Jln. Perniagaan, tetapi di beberapa tempat di sekitar domisili anggota Jemaat, antara lain di Jln. Blandongan 88, Jln. Kapuk Raya Gg. Samarasa Ujung, Jln. Pinangsia I/47, Jln. Sawah Lio II/67, Jln. Sawah Lio IV/8-D, Jln. Terate Raya 43 (sampai dengan tahun 1997) , Jln. Teluk Gong Raya 6, Jln. Ternate 17 Roxi dan Jln. Petak Asem I/6, dengan meminjam atau menyewa tempat. Ini sangat menolong anggota Jemaat sehingga tidak terlalu jauh membawa anak-anak mereka ke Perniagaan.Pada periode ini pun GKI Perniagaan dibantu oleh beberapa orang Sarjana Teologia : Ny. Sudiarti Ginting, Tan Tjhay Hoen (sekarang Ny. Yinatia K. Djojo) dan Marojahan S. Sijabat.

Bentuk pelayanan lainnya ialah memberikan beasiswa kepada anak anggota Jemaat atau masyarakat yang tidak mampu membiayai anak-anak mereka sampai sekolah lanjutan atas sebanyak 35 anak yaitu 2 murid TK, 13 murid SD, 12 murid SMP dan 8 murid SMK.

Beasiswa ini pun diberikan kepada anggota Jemaat yang ingin studi di sekolah-sekolah Teologia di luar yang diselenggarakan oleh Sinode GKI Jabar.

Melalui komisi Pekabaran Injil, Majelis Jemaat juga membuka pelayanan Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-sekolah Negeri maupun swasta yang tidak memiliki guru agama, dengan mencari tenaga-tenaga yang bersedia diutus ke tempat pelayanan tersebut, dengan biaya dari GKI Perniagaan. Saat ini sudah kurang lebih tiga puluh enam orang guru yang diutus GKI Perniagaan ke sekolah-sekolah tersebut.

Semangat Misioner ini mendorong Majelis Jemaat mengundang beberapa gereja (sebagian besar GKI di Jakarta) untuk memikirkan pelayanan yang lebih nyata ke luar, termasuk ke luar pulau. Ternyata mendapat dukungan dari berbagai Jemaat GKI khususnya, dan dari informasi-informasi yang dikumpulkan, diperoleh khabar bahwa saudara-saudara kita di Pulau Nias sangat membutuhkan bantuan agar mereka mampu menjadi Jemaat yang misioner juga. Sebab itu, Majelis Jemaat mengirimkan sebuah tim ke sana untuk melihat dari dekat, dan bertemu dengan pimpinan-pimpinan gereja setempat. Inilah yang kemudian melahirkan KELOMPOK KERJA MITRA NIAS, yang dijadikan program Sinodal GKI Jawa Barat dengan mengadakan Memorandum of Understanding (MOU) dengan ketiga Pimpinan Sinode di Nias yaitu : BNKP, ONKP dan AMIN. Program ini mendapat dukungan yang luas dari Jemaat-Jemaat GKI lainnya antara lain GKI Gunung Sahari, GKI Wahid Hasyim juga Jemaat-Jemaat di luar GKI.

Di samping itu, Majelis Jemaat setiap tahun mengadakan kerja sama dengan beberapa gereja di luar pulau seperti Gereja Kristen Sumba (GKS) untuk melakukan pembinaan warga Jemaat maupun membantu sarana prasarana serta hamba-hamba Tuhan di sana. Demikian juga pelayanan ke kepulauan Riau, untuk melayani para transmigran dan karyawan-karyawan perkebunan dan pabrik, yang jumlahnya ribuan orang tetapi tidak ada Jemaat yang melayani mereka. Kini telah berdiri beberapa Jemaat di sana sebagai buah pelayanan tersebut.

Majelis Jemaat juga mendukung kerinduan anggota GKI yang berdomisili di Batam untuk mengadakan Pos Pelayanan yang diprakarsai oleh BPMS Am GKI, yang mengundang empat Jemaat yaitu GKI Jatim Residen Sudirman Surabaya, GKI Jateng Kebayoran Baru Jakarta, GKI Jabar Gunung Sahari dan GKI Jabar Perniagaan. Pada pertemuan tanggal 2 Mei 1996, disepakati empat Jemaat ini menjadi Jemaat pengasuh pelayanan di Batam dengan Jemaat induk GKI Perniagaan. Puji Tuhan pelayanan ini begitu cepat berkembang, Bakal Jemaat GKI Batam ini sudah diteguhkan dan diresmikan menjadi Jemaat ke-79 GKI Sinode Wilayah Jawa Barat pada tanggal 27 Februari 1998 (Catatan: 103 anggota sidi dan 47 anggota baptis anak).

Pada bulan November 1996, GKI Perniagaan bersama dengan GKI Gunung Sahari, GKI Muara Karang, GKI Perumnas Tangerang, GKI Samanhudi, GKI Sutopo Tangerang dan GKI Wahid Hasyim, memprakarsai membuka pelayanan di kompleks perumahan Gading Serpong dengan mengambil tempat untuk beribadah di lantai satu gedung BPK Penabur, dalam hal ini GKI Perniagaan diminta menjadi jemaat induk. Kini Pos KPK ini sudah berusia kurang lebih satu tahun dan berkembang dengan baik. Jumlah pengunjung setiap minggu rata-rata seratus dua puluh orang. Diharapkan tahun 1998 sudah dapat diresmikan menjadi Bakal Jemaat.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

 

Leave a Reply